March 03, 2019

Tsuki ga Michibiku Isekai Douchuu Bahasa Indonesia Chapter 60 - Balas Dendam




Chapter 60 - Balas Dendam


"Ini ... Tsige? Apakah aku... kembali?"


Suara seorang wanita.


"A ... A ha! Aku sudah selamat! Udara ini, aroma ini, tak diragukan lagi! Ini Tsige!"


Pada saat itu, aku menemukan gadis itu.

Di tempat yang aku ikuti, aku menemukannya.

Di sebuah gang sempit tanpa kehadiran orang lain.

Tempat di mana gadis itu baru saja terbangun. Aku terkejut. Dia benar-benar salah satu dari ketiga orang itu. Gadis yang sepertinya merupakan ketuanya.

Dia memiliki luka parah disekujur tubuhnya.

Lukanya cukup serius, bisa dibilang mustahil baginya untuk kembali hidup-hidup jika dia berada di gurun.

Tapi bagusnya, ini di kota. Jika dia merangkak ke jalanan dan berteriak, dia akan diselamatkan.

Tidak peduli seberapa larut malam itu, Tsige yang memiliki banyak gang-gang di sekitar rumah bordil pastilah terdapat beberapa orang yang berlalu-lalang.

Ada juga kesempatan bertemu dengan orang jahat. Tetapi jika itu dia, kupikir dia akan diselamatkan oleh orang baik.

Itu benar, kalau saja dia bisa keluar dari gang dan berteriak.

Gadis itu bisa diselamatkan.

Kalau saja dia sedikit terlambat, pada waktu di mana aku tidak tahu hal seperti itu terjadi.

Bahkan aku tidak mengetahui apa yang terjadi pada tubuhku.

Sembari berjalan mendekatinya, pada saat itulah aku berpikir untuk menanyai gadis yang baru saja tersadar tentang apa yang telah terjadi.

Kekuatan sihirku yang melekat pada tubuhnya dan alasan dari lukanya tidak lain merupakan bencana di Asora.

Aku ingin tahu. Itu sudah pasti.


“...Membuntuti, ambrosia, demihuman yang sekarat, bunuh, # $ % &, obyektif, buru mereka, mist town, Raidou, musuh <>? Kota, bahaya, konspirator, keraguan, mengapa mereka berdua? Melarikan diri) = ~ | ~ =, melarikan diri, sukses, Tsige, menghancurkan, membunuh, mencuri, merebut, benar, keberuntungan, Ando? Sampah, demihuman tolol, malam, gunung harta,! ”# jurang, pelacak, senjata terkuat, kartu truf, cincin RTGH yang nggak guna, ledakan cahaya.”
(TL Note: Makoto ngamok pikirannya erro)


Tiba-tiba, Banyak gambaran mengalir di kepalaku.

Aku secara paksa diperlihatkan banyak gambaran dengan volume dan kecepatan tinggi, membaca dengan lantang kalimat yang tidak mengikuti kelogisan apapun, dan tiba-tiba huruf-huruf berlanjut seperti subtitle yang tidak masuk akal. Kadang-kadang, aku menangkap gelombang suara seperti suara yang aku tidak bisa tahu apa artinya dan pola seperti noda warna yang sangat banyak campuran warnanya.

Bagaimanapun, keadaan itu membuatku ingin muntah. Kepalaku terasa berat, mengaduk isi kepalaku dan bahkan membuatku kesakitan. Dengan santai menuangkan begitu banyak informasi yang terfragmentasi tanpa dirapikan, itu membuat kepalaku sangat terasa sakit.

Apa-apaan ini? Pengalaman orang lain? Atau mungkin, kenangan?

Perasaan memiliki ingatan seseorang mengalir dalam diriku ini sangatlah mengerikan.

Tapi…

Ini bukan pertama kalinya aku ingin muntah. Pikirannya, dan isi kenangan terakhir yang bisa aku baca. Jelas, aku tidak bisa mengingat semua informasi kenangan yang dituangkan dikepalaku. Gambaran terakhir yang mengalir padaku. Masih teringat jelas dikepalaku.

Aku berencana untuk memulihkan diriku dulu ketika aku sudah di dekatnya.

Sudah berapa lama waktu telah berlalu? Tubuhku merasakan sensasi waktu yang begitu lama telah berlalu, tetapi mungkin tidak selama itu.

Tapi yah, aku sudah menonaktifkan [ Sakai ]. Rencana sebelumnya untuk memulihkan diri hilang sepenuhnya.

Tidak semuanya kenangan hyuman, kan? Bagaimanapun, tadi itu hanyalah cara berpikir dan pengalamannya.

Namun, mereka mungkin memiliki banyak kesamaan di poin-poin tertentu. Jika dipikirkan, ketika aku melihat orang-orang cantik, aku merasakan sensasi aneh dari dunia ini, atau lebih seperti distorsi.

Pandangan hyuman pada demihuman, tidak, cara mereka melihat sesuatu yang berbeda dari mereka. Ini mungkin kasus yang ekstrim, tetapi aku telah melihat satu contohnya di sini.

Bagaimanapun, ini tidak bagus.

Ingin muntah, jijik, dan juga marah. Aku merasakan kebencian yang hampir menjadi kemarahan, pada tingkat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Hal-hal semacam itu berputar di dalam kepalaku. Keinginan berteriak, menjerit, memenuhi tenggorokanku.

Ketika gadis itu menyadari dirinya berada di Tsige dan mengeluarkan suara kegembiraan...

Aku menyeretnya ke dalam kabut. Begitupun dengan yang ada disekitarnya.

Baginya, daerah ini terlihat tertutupi kabut secara tiba-tiba.

Perubahan situasi yang tiba-tiba itu membuatnya menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk memastikan sekitarnya.

Di dalam kabut tebal, aku mendekati gadis yang belum mengerti bahwa dirinya berada di tempat yang berbeda.


"Siapa kau?!"


Dia pasti telah menyadari ada orang lain ketika melihat bayanganku, dia berteriak ke tempat di mana aku berada.


"Kaukah ... Raidou?!"


Aku tidak menjawab. Karena tidak perlu berbicara dengannya.


“Aku mengerti, jadi kau mengejarku. Tapi sudah terlambat. Ini di Tsige. Kau, yang bekerja sama dengan demihuman yang menyerang hyuman, tidak akan memiliki teman!”

"Bekerja sama? Ah ~, dalam ingatanmu itu yang terjadi ya. Aku tidak punya niat untuk menjelaskannya, jadi pikirkan saja apa pun yang kau inginkan.” (Makoto)


Itu tidak pasti, tapi aku merasa seperti melihat gambaran keadaan rekan-rekannya dan percakapan mereka yang membicarakan para demihumanlah yang bertanggung jawab.

Aku menggunakan kata-kata yang paling pas dalam bahasa Jepang untuk memberitahunya apa yang aku rasakan.


"Apa? Apa yang kau katakan? Apakah kau gila?"


Tentu saja, dia tidak memiliki berkah perantara dari Dewi, maka dari itu dia tidak bisa mengerti bahasa Jepang. Dia pasti merasa tidak nyaman denganku yang mengatakan kata-kata yang tidak bisa dia mengerti.


“Aku benar-benar muak dengan diriku sendiri. Aku saat ini berpikir dari lubuk hatiku bahwa aku seharusnya membunuh kalian ketika aku bisa. Tapi karena aku sudah berada di batasku hanya dengan mengandalkan diriku sendiri, di suatu tempat di dalam diriku, aku masih melihat manusia di dunia ini seperti yang ada di dunia asalku.” (Makoto)

"Kuberitahu kau, aku tidak mengerti apa yang kau katakan! Berbicaralah dengan menulis seperti biasanya!”


Aku tahu suaranya semakin histeris saat itu. Dia pasti ingin menyembunyikan ketakutannya. Bagaimanapun juga, dia telah berhasil berjuang untuk memperhankan kehidupannya. Dia pasti ingin menghargainya.


“Bagi seseorang yang begitu cantik mengobrol dengan seseorang seperti diriku, sungguh, lelucon yang parah. Tidakkah aku merupakan contoh sempurna dari seorang pedagang pria yang biasa disebut germo? (Makoto)

"Raidou. Singkirkan kabut ini dan bebaskan aku. Jika saat ini, aku masih bisa membebaskanmu. Kau mungkin dipenjara, tetapi bahkan jika kau ditangkap, itu tidak akan segera menjadi hukuman mati.”


Dia berdiri dengan bersandar di dinding gang dan menyiapkan senjatanya. Meskipun dia seharusnya telah melihat pertarunganku, apakah dia masih mempercayai menilai kemampuan seseorang berdasarkan dari levelnya?


"Apakah itu gertakan? Atau kau sedang serius? Dirimu ini, memiliki banyak potensi. Kau tentu lebih luar biasa dibandingkan dengan seseorang sepertiku. Kau diberkati seperti pahlawan dari berbagai cerita.” (Makoto)


Aku serius memikirkan itu dari lubuk hatiku.


“Bahkan jika aku terluka, aku merupakan petualang berlevel 96. Aku tidak akan kalah dari pedagang.”

“Sebuah kebetulan kami menginap di Asora pada saat yang sama dengan para ogre hutan, karena keadaan itu mereka tidak terlalu memperhatikan kami, dan kami diberikan tempat menginap dekat dengan tempat penyimpanan pembungangan barang tidak berguna para dwarf. Mereka sama sekali tidak mewaspadai kami, karena itulah kami bisa mencuri beberapa peralatan, bahkan jika kualitasnya lebih rendah. Kami mendapatkan Draupnir yang telah rusak dan ketika kami diketahui aku berlari ke gerbang kabut yang telah kami lewati sebelumnya, dan mampu menyingkirkan para pengejar dengan cincin yang aku lempar dan meledak secara kebetulan. Untuk berjaga-jaga, aku menggunakan alat yang disebut Clay Aegis atau sesuatu seperti itu dan sementara menjadi tiga orang terlemah, salah satu dari kami berhasil selamat. Secara kebetulan, ada gelombang kekuatan sihir yang serupa dan mampu membuka gerbang kabut, yang aku gunakan untuk kembali ke kota.”


Lelucon macam apa ini? Memangnya seberapa banyak keajaiban yang dibutuhkan agar semua itu terjadi? Apakah itu kehendak surga? Atau mungkin keberuntungan yang seperti gacha? Ini sudah bukan pada level itu kan?

Keterkaitan dari adegan yang aku dapatkan, mungkin sedikit salah. Ada kemungkinan persentase tertentu dari hal itu mungkin keinginannya sendiri. Dan juga, tidak pasti apakah itu benar-benar ingatannya. Itu benar, bahkan jika aku mencoba melihat situasi saat ini secara objektif, aku melihat keberuntungannya tidak normal.

Tentu saja, apa yang kami lakukan membawa masalah besar. Sebuah saran dan tekanan.

Itu pada tingkatan dimana siswa sekolah menengah pertama membuka kafe di sebuah festival budaya untuk mencoba benar-benar menjual makanan dan minuman. Ada segunung masalah. Tentu saja, kau mengerjakan hal itu semata-mata karena kau berada dalam suasana mood festival, dan kau baru saja menyadarinya, yang berarti, kau terlambat menyadarinya.
(TL Note: Intinya, terlalu terbawa suasana dan terlambat menyadari apa yang terjadi)

Sekali lagi aku katakan, orang-orang ini terlalu beruntung. Tidak, pada akhirnya di sini aku memburu mereka, jadi yah, mungkin dia kurang beruntung? Dua lainnya sepertinya sudah mati.


“Ini yang terakhir, aku tahu kabut aneh ini adalah sesuatu yang kau buat. Lepaskan!"


Tangan kananku memegang cengkeraman Athame dan melepaskannya.
(TL Note: Athame, senjata yang dibawa Makoto ketika buru-buru)

Dia pasti mengerti jawabanku. Aku mendengar suara rendah seseorang menelan napas.

Aku senang membawa belati ini bersamaku. Tidak ada senjata yang lebih baik untuk mengurus seseorang seperti dirinya.

Apa yang aku sadari dari kematian pria itu.

Orc dataran tinggi yang menyertai ketiganya. Saat mereka berlari, sampah ini melakukan itu pada bagian tubuh Tomoe, Arke dan seorang pria yang dekat dengan mereka.

Mereka berdua memberitahunya tentang peristiwa abnormal, menyuruhnya untuk mundur, dan bahkan dengan itu, dia, yang mencoba menangkap mereka bertiga ... Sungguh bodohnya. Dia seharusnya melangkah mundur. Bagian tubuh Tomoe mencoba mengurangi kekuatan ledakan dengan menempatkan dirinya di depan dan penghalang dihancurkan bersama dengannya, dan kemudian, Arke yang berada di belakang menghampiri jalan kematiannya. Dan Orc dataran tinggi yang ada di sana ... meskipun itu sesuatu yang Orc dataran tinggi tidak akan bisa tahan ...

Jika dia tidak dikendalikan oleh rasa tanggung jawab dan dengan patuh melangkah mundur, dia bisa diselamatkan.

Tetapi tindakan dan kematiannya setelah itu, aku tidak ingin menyalahkannya untuk itu. Setidaknya dia mencoba dengan caranya sendiri untuk mati-matian mengambilnya kembali. Dan faktanya dia mati ketika mencoba melakukannya.

Itu sebabnya, dia mungkin salah, tapi aku pikir tindakannya layak dihormati. Dengan belati yang telah aku terima dari kalian, aku akan membalaskan dendam untuknya, itulah apa yang akan aku sampaikan kepada Ema dan para orc dataran tinggi lainnya. Setidaknya aku berharap ini akan sedikit membantu.

Dengan pemikiran yang dingin dan tenang, aku memikirkan hal-hal yang akan terjadi selanjutnya.


"Ini adalah belati yang telah diberikan oleh orc yang mati karena perjuanganmu yang tidak berguna." (Makoto)


Gadis itu tidak mengatakan apa-apa lagi ketika aku tidak berbicara dengannya secara tertulis.

Sementara melemparkan sumpah serapah padaku yang semakin mendekatinya, dia mengarahkan ujung pedangnya yang panjang ke arahku.

Tanpa peduli dengan cacian yang keluar dari mulutnya, pedang itu tampak seperti sedang menungguku untuk mendekat. Tidak, mungkin dia berencana memberi tahu lingkungan sekitar dengan mengeluarkan suara keras. Jika ini di Tsige, itu bisa berhasil dengan keberuntungannya.

Aku sudah mengetahuinya karena luka-luka di tubuhnya, dia tidak dalam kondisi di mana dia dapat menghadapiku. Dia terluka parah. Tentu saja, dia pasti mengetahui apa yang bisa terjadi jika dia berbalik dari hadapanku.

Jarak di antara kami perlahan menghilang.

Mungkin sudah jelas tapi seseorang yang mendapat serangan pertama adalah dia. Ukuran antara pedang panjang dan belati sangatlah berbeda.

Matanya memberitahuku sudah waktunya melepaskan pegas yang daritadi kutahan. Jarak kami cukup dekat hingga dapat melihat dengan jelas wajah kami di dalam kabut ini.

Bidikannya ... sepertinya tenggorokanku. Menikam ya.

Titik pedang tempat seluruh tumpuan kekuatannya, membuat suara bernada tinggi tepat sebelum mencapai wajahku. Penghalang [ Sakai ]. Karenanya terdengar seperti dua buah pedang yang saling berbenturan. Tubuhnya juga terhanyut seperti ketika seseorang terdorong kembali oleh benturan pedang, kedua tangannya naik ke atas.

Aku tidak ragu-ragu.

Mengambil satu langkah ke depan, aku menebas kedua lengannya dengan Athame-ku. Belati yang diayunkan terbalik membuat garis biru tua dan aku menghempaskan kedua lengan dan pedang panjangnya pada saat yang sama.

Tidak ada perlawanan. Aku juga tidak merasakan banyak perlawanan ketika aku melakukan ini pada laba-laba hitam. Tidak mungkin lengan tipis wanita ini akan memberikan adanya hambatan.

Sebagai gantinya, sebercak darah menempel padaku. Menyebalkan sekali. Aku menendang perut gadis itu, yang masih belum menjerit dan baru saja mulai mewarnai wajahnya dengan ketakutan. Ruang antara dia dan diriku sekali lagi melebar.

Siluet jeritannya, melebur dan bercampur dalam kabut. Ada apa dengannya?

Ah, sakit sekali telingaku.

Bukankah kau juga tadi membunuh seseorang? Dengan pandangan yang tidak berharga itu, yang selalu berpikir hyuman adalah yang tertinggi. Bagiku, bagian tubuh Tomoe dan orc juga sama, tidak, kehidupan mereka lebih berharga daripada dirimu.

Aku mendekat tanpa terburu-buru menuju bayangan yang menggeliat kesakitan. Persis seperti yang aku bayangkan ketika aku mengambil nyawa seseorang. Tidak, itu bahkan lebih dari itu. Aku mungkin akan menjadi seseorang yang egois dan arogan.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan diriku setelah ini. Aku mungkin akan berubah menjadi eksistensi yang menjijikkan.

Meskipun aku akan membunuh seseorang yang memiliki bentuk yang sama denganku, aku tidak merasa bersalah. Hanya amarah dan niat membunuh. Aku didorong oleh keinginan aku harus melakukan ini.


"… Hiiiiiiiiiiiii!!!"


Dia pasti menyadari diriku yang mendekat. Dia berguling dan berbalik, seperti ulat yang berusaha bersembunyi di tanah. Dari mulutnya, jeritan ketakutan keluar.

Yah, tidak ada yang berubah sih kalau kau hanya menggeliat kesakitan digenangan darah. Karena tidak mungkin hasilnya akan berubah.


"Yasudahlah, sayonara." (Makoto)

"A-AMPUNI AKU~ !!! Aku akan melakukan apa saja, apa saja—“


Tidaklah perlu mendengarkan ratapannya yang membosankan.

Sama seperti bagaimana dia membidik leherku, aku juga menusukan belatiku di lehernya. Untuk sesaat, dia mengejang, dari pergelangan tangan, leher dan mulutnya, darah mengalir.

Sampai akhir, kami tidak bertukar satu "percakapan" pun.

Lututku kehilangan kekuatan.

Mungkin karena aku telah melakukan pembunuhan, atau mungkin karena aku tidak bisa menghentikan apa yang dilakukan ketiga orang itu dan tidak dapat menyelamatkan orc ...

Aku menangis.



[ Chapter 60 Selesai ]





 Jangan lupa Like Fanspage kami & Share terjemahan ini ya !!!  




1 comment:


EmoticonEmoticon