Anak-anak di bawah perlindungan Brain sudah meninggalkan tempat ini.
{Apakah mereka berhasil melarikan diri dengan aman, aku penasaran.} Mereka seperti benih yang dia tabur untuk masa depan, sumber ketenangannya. Mungkin - ada peluang 0,01%, tidak, peluang 0,000001% jika salah satu dari mereka bisa tumbuh menjadi cukup kuat untuk menyaingi Sorcerer King. Angan-angan jauh ke masa depannya ini meningkatkan suasana hatinya.
Brain berdiri di tengah jalan, menunggu lawannya mendekat.
Pasti terlihat sangat bodoh!
Apa yang seharusnya dia lakukan yaitu bersembunyi dan menunggu kesempatan untuk membalas dendam pada Sorcerer King, dan tidak melawan monster yang bertugas sebagai garda depan mereka.
Seseorang yang menyaksikannya mungkin mengatakan sesuatu seperti, "lihatlah kenyataannya, jangan lakukan sesuatu yang begitu bodoh," kepadanya.
Namun, tujuan hidup Brain yaitu untuk hidup dengan pedangnya, jadi dia lebih suka membabi buta bertarung dengan seluruh kemampuannya.
Setelah waktu yang cukup lama berlalu, akhirnya pada jarak di mana dia bisa melihat cukup jelas sosok lawannya.
Lawannya bukanlah manusia.
Namun, secara naluriah ia dapat memahami jika raksasa berwarna cyan muda ini merupakan ras yang jauh lebih tinggi dari rasnya.
Tidak lama setelah—
{...sangat dingin.}
Dari arah lawannya badai bertiup dan dikirim ke arahnya, suhunya sedingin hawa di musim dingin. Seluruh tubuh Brain gemetaran, bukan karena dia merasakan haus darah atau aura yang menindas, tetapi dari dinginnya angin yang tertiup. Nafas putih yang keluar dari mulut Brain membuktikan bahwa ini bukan ilusi.
"Apa....?"
Dia mau tak mau bergumam pada dirinya sendiri.
Apakah lawannya mahluk yang mengeluarkan hawa dingin? Ketika dia memikirkannya, gerbang pada saat itu - bukankah diselimuti es dan kemudian rubuh menjadi serpihan?
{Memangnya seberapa dinginnya dia...}
Gerbang itu sama sekali tidak kecil, jadi domain apa pun yang dimiliki oleh monster ini, benar-benar menakutkan baginya.
Bisa dikatakan - dia sudah tahu ini.
Brain mempererat cengkeraman pada katananya dan menunggu lawannya.
Tangannya gemetaran, bukan karena kegembiraan atau karena kedinginan, tetapi karena emosi tertentu.
Emosi itu dikenal sebagai rasa takut.
Berulang-ulang dia meratap dalam benaknya, suara hati yang menyuruhnya untuk melarikan diri dan meringkuk ketakutan. Mahluk itu, meskipun seekor monster, cara dia menarik tombaknya dari tanah saat berjalan memancarkan aura seorang warrior. Jika dia meringkuk di sisi jalan, mungkin dia akan diabaikan seperti kerikil.
Rumah-rumah yang berjajar di sisi jalan memiliki tanda-tanda kehidupan, tetapi sepertinya mahluk itu tidak mempedulikannya.
Dan karena itu - Brain mungkin harus melakukan hal yang sama.
Jika dia melakukan itu, hidupnya mungkin akan terselamatkan.
Tetapi - kakinya menolak untuk bergerak.
Dia tidak melarikan diri dari mahluk ini.
Dia memfokuskan kekuatannya ke satu tangan yang mencengkeram gagang pedang dan menampar dirinya sendiri dengan tangan lainnya.
"Baiklah!"
Dia tidak lagi gemetaran. Dia telah membulatkan tekadnya, tubuh dan jiwanya.
Sementara mahluk itu sudah secara visual mengidentifikasi kehadiran Brain, raksasa berwarna cyan muda terus melangkah tanpa mengubah kecepatannya.
Makhluk yang memegang tombak di salah satu tangannya memancarkan aura menekan yang semakin meningkat ketika jarak di antara mereka secara bertahap berkurang. Brain menelan seteguk air liurnya.
Brain menunggu, seperti sebuah penghalang bagi raksasa berwarna cyan muda.
Karena kehadirannya yang luar biasa, Brain gagal menyadari jika daritadi terdapat sosok beberapa wanita di belakang makhluk itu. Mereka mengenakan pakaian berwarna putih, warna kulit mereka mirip dengan pakaiannya, rambut panjang mereka berwarna hitam, dan dari sosok mereka, angin dingin juga bertiup ke arahnya.
Dia dibuat sangat sadar dengan tatapan mereka pada dirinya.
Musuh belum mengambil tindakan apa pun terhadap Brain, yang berdiri di jalur mereka, masih belum.
Dia mengeluarkan botol dari ikat pinggangnya dan langsung meminumnya. Dia meminum sebotol lagi setelah itu, dan satu lagi setelah itu. Secara keseluruhan, Brain telah mengaktifkan tiga jenis sihir buff pada tubuhnya.
Meskipun dia telah meminum beberapa potion, bentuk tindakan perlawanan dirinya pada mereka, musuh-musuhnya kelihatannya tidak berencana untuk segera menyarangnya. Tetap saja, dia merasakan sesuatu yang mirip dengan semangat juang dari mereka.
Jarak antara mereka telah berkurang menjadi sekitar lima meter atau lebih.
{Oy oy oy, tebing tinggi yang harus dilampaui lagi ya?}
Pada jarak ini, semakin jelas bagi Brain jika lawannya merupakan makhluk yang memiliki keunggulan absolut dari dirinya. Sudah mencapai ketinggian yang Brain bahkan tidak pernah bisa berharap untuk mencapainya. Bagi Brain, seseorang yang telah meningkatkan kemampuannya hanya sebatas jari, jika dibandingkan dengannya, lawannya merupakan makhluk yang jelas-jelas tidak bisa dia kalahkan.
Meski begitu - meskipun dia mengetahui itu, Brain masih menolak untuk melarikan diri.
Lawannya menghentikan langkahnya.
Jarak di antara mereka tiga meter.
Mempertimbangkan panjang lengannya dan tombak di tangannya, Brain sudah berada dalam jangkauan serangannya.
"—Brain Unglaus."
Dia menyatakan namanya, mengangkat pedangnya, dan memfokuskan pikirannya.
“Seseorang. Yang. Melayani. Langsung. Sosok. Supreme. Being. Yang Mulia Ainz Ooal. Gawn,. Cocytus."
Pada saat itu, mata Brain melebar karena terkejut.
Itu mungkin nama lawannya. Dia tidak menyangka bisa menerima balasan.
Sementara dia terkejut, dia juga merasakan déjà vu.
{Apa itu?} Dia merasa seperti pernah mendengar nama ini sebelumnya tetapi dia tidak ingat dari mana. Mungkin dia hanya terlalu memikirkannya.
Dan kemudian, Brain merasakan rasa malu yang tertahankan karena sungguh tak sopannya dirinya.
Lawan di depannya bersedia menbalasnya, namun dia melakukan tindakan tak sopan dengan tersesat dalam ingatannya sendiri yang berlumpur.
Alasan mengapa pikirannya menuju ke arah itu yaitu karena lawannya merupakan monster yang tidak pernah bisa harapkan untuk menandinginya, mahluk itu mungkin pada tingkat yang sama dengan Sebas atau Shalltear Bloodfallen. Itu menyiratkan bagi lawannya, dia tidak lebih dari seekor semut yang menghalanginya. Terlepas dari semua itu, lawannya tidak memperlakukannya seperti makhluk yang lebih rendah.
Jika peran mereka terbalik, apa yang akan dilakukan Brain? Dia mungkin akan menebasnya tanpa banyak pertimbangan dan melanjutkan perjalanannya. Brain sangat tidak penting dibandingkan dengan lawannya, dia mungkin bahkan tidak bisa meninggalkan kesan dirinya dalam ingatan mahluk itu.
Brain menegakkan punggungnya dan dengan lembut menundukkan kepalanya, seperti apa yang akan dilakukan seorang siswa pada gurunya.
"Terima kasih banyak."
"Tidak. Perlu."
Brain mencengkeram gagang katana-nya dengan erat. {Lebih kuat, lebih kuat.}
Mengacungkan senjatanya pada makhluk yang memiliki kekuatan luar biasa tanpa memikirkan sebuah rencana, terasa seperti dia mengkhianati niat baik mereka yang telah menyelamatkannya. Apa yang dia lakukan saat ini tidak berbeda dengan bunuh diri.
Juga, jika dia memikirkannya, apa gunanya menghentikan musuh di sini?
Tidak ada sama sekali.
Namun tetap saja—
{Aku seorang idiot, Cocytus-danna ini bukan satu-satunya yang menyerang kota ini. Aku sudah gagal untuk kedua kalinya... tidak, aku bukan lagi anak-anak. Masa depanku ini merupakan apa yang aku inginkan. Itu benar... itu ada di tanganku dan cuma ada di tanganku saja.}
Cocytus, yang sedang melihat Brain, menancapkan tombaknya ke tanah.
“—God. Slaying. Emperor. Blade.”
Odachi dengan bentuk raksasa, jauh lebih tinggi dari tinggi Brain, tertarik keluar dari udara tipis, yang dengan itu Cocytus mengambil posisi Jōdan.
Ini suatu kehormatan.
Tak perlu ada pertukaran kata-kata. Cocytus sudah menyampaikan keinginannya untuk menyelesaikan ini dengan mata pedangnya.
Brain menghembuskan napas berat dan dengan cepat menghembuskannya lagi. Sepertinya dia sedang berusaha mengeluarkan seluruh udara yang tersisa di paru-parunya.
Dia benar-benar tidak berdaya saat melakukannya, namun Cocytus tidak bergerak satu inci pun. Dari posturnya, Brain tahu jika lawannya sangat menghormatinya.
Bukan hanya kekuatannya yang tingkat tinggi, tetapi juga karakternya.
Jika dia setingkat dengan monster yang dikenalnya sebagai Shalltear, maka dia mungkin bisa menggunakan senjatanya dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada kecepatan yang mampu dicapai Brain, bahkan dalam posisi tegak seperti itu. Meski begitu, Cocytus tidak mengubah sikap tubuhnya.
Ini bukan karena dia memandang Brain sebagai lawan yang tangguh.
Tetapi dengan alasan jika Brain telah membulatkan tekadnya, Cocytus memperlakukannya dengan kehormatan sesama warrior.
Tindakan seperti itu membuat Brain kewalahan.
{Dia tidak sama dengan Shalltear.}
Tidak, dirinya tidak sopan untuk membandingkan keduanya.
{Hmm? Shalltear? Cocytus? Aku bersumpah telah mendengar nama mereka di suatu tempat... kurasa— Tidak, jangan! Bagaimana kau masih bisa membuang-buang waktu untuk pemikiran yang tidak perlu ini di saat-saat seperti ini? Sungguh bodoh.}
Brain memusatkan kekuatan otaknya semata-mata untuk meraih kemenangan.
Untuk menangkis serangan jōdan odachi raksasa ini tidak diragukan lagi pastilah sulit. Jika lawannya memiliki atribut fisik yang mirip dengan Shalltear, menerima serangan dengan katananya sendiri tidak akan bisa menghentikan lajunya. Kepala Brain mungkin akan terbelah menjadi dua, katananya mungkin juga akan hancur.
Jadi, haruskah dia mencoba menghindari serangan pertama Cocytus?
Tidak, bahkan jika dia beruntung dan menghindari serangan pertama, itu tidak seperti lawannya akan berhenti di situ. Serangan kedua dan ketiga pasti akan berlanjut setelah titik itu. Strategi umumnya yaitu dengan menangkis serangan pertama lawan dan menyerang balik saat lawannya memperbaiki postur tubuhnya. Namun, melawan musuh yang luar biasa ini, bahkan untuk mengganggu keseimbangan dan posturnya pasti membutuhkan kekuatan penuh Brain. Itu menyiratkan bahkan jika dia mencapainya, dia tidak akan memiliki sisa kekuatan yang cukup untuk melakukan serangan balik. Karena itu, Cocytus mungkin akan mengakhiri pertarungan dengan menebas ke atas sebagai serangan keduanya.
Yang berarti—
{Ini situasi lakukan-atau-mati kan?}
Dia mengingat sesuatu yang dikatakan Vesture kepadanya.
Jika dia ingin menang melawan Cocytus, dia tidak punya pilihan selain untuk menyerang beberapa milidetik lebih cepat darinya. Bisa dikatakan, bahkan jika dia berhasil menebas tubuh atau kepala Cocytus, itu tidak akan mengubah lintasan pedangnya. Pertempuran akan berakhir dengan keduanya saling menyerang.
Maka dia harus membidik pergelangan tangan Cocytus, yang memegang pedangnya.
Menginginkan bergerak lebih cepat dari monster di level Shalltear dan memotong pergelangan tangannya merupakan lelucon yang tak tau diri.
Namun-
{Ini merupakan satu-satunya pilihanku, aku tidak punya pilihan selain menggunakan gerakan itu...}
Brain meerendahkan posisi pinggangnya.
Dia memakai postur serupa yang mampu memotong kuku Shalltear Bloodfallen - Hidden Blade Nail Clipper.
-Tidak.
Ini bukan lagi sekadar Hidden Blade Nail Clipper.
Awalnya, Nail Clipper merupakan gerakan yang menggabungkan seni bela diri yang menjamin serangannya, [ Field ], kecepatan [ God Flash ], dan [ Fourfold Slash of Light ]. Kristalisasi setiap keterampilan yang digunakan Brain masih mengambil seluruh kekuatannya untuk memotong kuku Shalltear. Tentu saja, memotong kukunya sudah merupakan pencapaian besar - tidak akan terlalu aneh baginya untuk menjadi legenda yang diceritakan dalam sejarah. Namun, Brain tidak menghentikan kemenangannya di sana, dia terus menempa diri dengan satu-satunya tujuan mencapai puncak yang sama seperti yang perempuan itu.
Karena alasan inilah Brain berusaha menjadi lebih kuat, sampai meminta bimbingan pada orang itu - guru Gazef Stronoff dan mantan petualang peringkat Adamantite, Vesture Croff di Leoghain. Di bawah bimbingannya dan melalui pelatihan tanpa henti, dia akhirnya bisa menggunakan [ Sixfold Slash of Light ]. Sayangnya, dia tidak dapat mencapai tingkat pemahaman yang dimiliki Gazef mengenai seni itu.
Maka sementara penggunaan [ Field ] dan [ God Flash ] tetap sama, penggunaan [ Sixfold Slash of Light ] lalu diteruskan dengan [ Fourfold Slash of Light ] membuatnya menjadi teknik baru.
Seni bela diri menggunakan sesuatu yang mirip dengan konsentrasi. Semakin kuat seni bela diri, semakin banyak yang dibutuhkan. Warrior luar biasa - warrior tingkat tinggi, sementara mereka memiliki kesempatan untuk menguasainya, mereka juga akan menemukan kesulitan untuk menggunakan beberapa seni bela diri pada saat yang sama. Memang, Brain memiliki kemampuan konsentrasi yang lebih tinggi daripada warrior rata-rata pada umumnya, tetapi dia sudah mencapai batasnya lagi ketika dirinya menggunakan Nail Clipper melawan Shalltear.
Jadi seharusnya tidak mungkin baginya untuk menggunakan [ Sixfold Slash of Light ], seni yang membutuhkan konsentrasi lebih dari [ Fourfold Slash of Light ], dengan seni bela diri lainnya.
Hanya ada satu alasan mengapa dia bisa terlepas dari semua itu.
Brain Unglaus yang berdiri di sana sudah melampaui Gazef Stronoff - dia telah memasuki ranah para pahlawan.
Semua ini memuncak dengan teknik baru Brain - True Nail Clipper©.
Cocytus menggerakkan kakinya sedikit ke depan untuk mengurangi jarak di antara mereka, jarak yang sangat pendek.
Mempertimbangkan perbedaan dalam kekuatan mereka, tidak aneh bagi Cocytus untuk dengan mudah menutup celah di antara mereka dan secara langsung menebas ke bawah dengan katananya.
Jadi mengapa dia melakukan hal seperti itu?
Jawabannya sederhana, dia ingin memberikan Brain kematian yang sesuai dengan seorang warrior.
Penghargaan Brain pada Cocytus sebagai seorang warrior semakin dalam ketika dia menggunakan postur True Nail Clipper ©.
{Belum...}
{Tidak... berada dalam jangkauan ...}
Sihir buff yang diterima Brain dari potionnya menyiratkan jika dirinya jauh lebih kuat daripada sosoknya ketika menghadapi Shalltear.
Walaupun begitu.
Manusia bernama Brain Unglaus tidak bisa berharap untuk mencapai domain para monster seperti Cocytus.
Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk itu. Lagi pula, tidak mungkin seekor semut menang melawan seekor naga. Sebuah fakta yang sulit untuk ditelan, tetapi dia tetap harus menelannya.
Tetap saja, dia tidak ingin kalah. Apa yang harus dia lakukan? Jelas lebih baik untuk mengurangi kesenjangan kekuatan yang luar biasa di antara mereka meskipun hanya sedikit, tetapi bagaimana dia harus menyelesaikannya?
{—Aku seorang warrior, maka aku harus menyelesaikannya seperti para warrior.}
"- [ Ability Boost ]"
Brain mengaktifkan seni bela diri.
Dia telah menghabiskan seluruh kekuatannya pada True Nail Clipper©, seharusnya tidak ada yang tersisa untuk seni bela diri lainnya.
Namun - Mata Brain mulai dipenuhi dengan darah dan darah mulai mengalir ke lubang hidungnya. Kapilernya baru saja pecah.
Suara {shing} terdengar seakan-akan menandakan transisi. Kemampuan fisiknya ditingkatkan ke tingkat berikutnya.
Dia mengaktifkan seni bela diri lain.
Kemampuan fisiknya ditingkatkan sekali lagi.
Tetapi - {Belum... belum...}
Dia masih tidak bisa melakukannya.
Jadi apa yang harus dia lakukan?
Hanya ada satu jawaban.
Brain mengaktifkan seni bela diri yang lain.
"-[ Greater Ability Boost ]"
Brain Unglaus sekali lagi, mencapai sesuatu yang mustahil.
Dia sendiri tidak menyadarinya.
Sifat sebenarnya dari bakatnya yaitu peningkatan kapasitas konsentrasinya, hanya dengan ini dan penambahan levelnya yang lebih tinggi dia mampu mengaktifkan seni bela diri yang dibutuhkan oleh Nail Clipper.
Tetapi, meskipun begitu, Brain mencapai batasnya. Dia tidak bisa menggunakan seni bela diri lagi dari itu, batas yang berikan padanya oleh dunia.
Tetapi, pada saat itu - Brain menghancurkan aturan dunia ini sekali lagi.
Keajaiban untuk kedua kalinya.
Yang pertama yaitu ketika dia memotong kuku Shalltear.
Yang kedua, dibuat pada saat ini.
Konsekuensi dari menghancurkan aturan dunia yaitu tubuhnya mulai rusak.
Tubuhnya mungkin tidak akan bertahan selama satu menit.
Namun, bagi mereka yang kuat, satu menit merupakan waktu yang lama.
Cocytus memasuki—
Ke dalam jangkauan Brain—
Tebasan Jōdan dengan God Slaying Emperor Blade—
Brain mengeluarkan katananya sendiri untuk menerima serangan dari katana Cocytus—
Lalu-
- suara darah dan daging yang tertebas dapat terdengar.
Setelah mengayunkan God Slaying Emperor Blade, Cocytus menghempaskan darah dan lemak dari katana dan menghilangkannya di udara. Dia menarik tombaknya dari tanah dan menatap mayat pria yang baru saja dia bunuh.
Dia - merupakan seorang warrior yang hebat.
Cocytus tidak terluka, serangan Brain tidak mencapai dirinya, namun skillnya sebagai seorang warrior terpuji.
{... Aku. Belum. Pernah. Mendengar. Ada. Warrior. Sehebat Dirinya...}
Sangat memalukan jika dia harus membunuhnya.
Jika itu mungkin, dia ingin menyelamatkan hidupnya dan membuatnya setia kepada masternya. Dia bisa saja dengan mudah mematahkan pedang lawannya, menerima serangannya, atau mematahkan keempat anggota tubuhnya, tetapi itu bukan cara seorang warrior.
Cocytus sudah merasakannya ketika dia melihat pria ini berdiri sendiri dari jauh, dia mengetahuinya lebih baik lagi ketika dia berdiri berhadap-hadapan dengannya: dia merupakan seorang warrior yang telah membulatkan tekadnya.
Cocytus tidak bisa tidak menghormati pria semacam itu.
Dia sangat tahu betapa bermanfaatnya membawa pria ini di bawah kekuasaan mereka, tetapi masih tetap membunuhnya. Tidak salah jika dikatakan dia telah mengkhianati Nazarick.
Tetap saja.
Dia ingin bercakap-cakap dengannya melalui benturan pedang mereka.
Jika Warrior Takemikazuchi ada di sini, dia mungkin akan memuji Cocytus atas keputusannya.
{Dari. Levelnya,. Dia. Kemungkinan. Berada. Pada. Level. 40.}
Namun, dia merasa jika selain serangan tunggal itu, tidak ada banyak kekuatan di dalam dirinya. Mungkin itu seperti Srangan Vidyārāja Strike Cocytus, atau mungkin dia menggunakan kemampuan khusus untuk memperkuat dirinya sendiri.
Kemampuannya tidaklah signifikan jika dibandingkan dengan Cocytus, tetapi dalam aturan dunia ini dia kuat.
Cocytus mengambil katana yang dijatuhkan Brain.
"Aku. Akan. Mengambil. Ini."
Di antara senjata yang dimiliki Cocytus, senjata ini sangat lemah - sesuatu yang praktis tidak berguna baginya. Mungkin akan lebih baik untuk meletakkan pedang ini di sisinya untuk menandai kuburnya, tetapi Cocytus memutuskan untuk mengambil pedang itu.
Dia tidak terlalu ingin meninggalkan tubuhnya seperti apa adanya.
"Kalian,. Bekukanlah. Pria. Ini."
Setelah dia memberi perintah pada para Frost Virgin, tubuh pria bernama Brain itu perlahan mulai membeku.
Saat Cocytus hendak melangkahi Brain, dia menghentikan dirinya lagi.
Dia melihat ke arah kastil di belakang Brain.
"..."
Cocytus menoleh sembari berpikir keras.
Dia berbelok ke kanan dan berjalan ke jalanan yang lebih sempit dari sebelumnya. Dia menyusuri jalan itu sampai dirinya tiba di jalan utama lagi, setelah itu dia berbelok ke kanan lagi. Dia berjalan sembari mengkonfirmasikan posisi kastil, mengambil jalan memutar kanan yang dia lihat lalu membawanya kembali ke jalan utama.
Cocytus melihat ke arah kanannya.
Mayat Brain dari sini cukup jauh.
Cocytus kemudian diam-diam berjalan menuju sisi kirinya - menuju kastil.
{Apakah mereka berhasil melarikan diri dengan aman, aku penasaran.} Mereka seperti benih yang dia tabur untuk masa depan, sumber ketenangannya. Mungkin - ada peluang 0,01%, tidak, peluang 0,000001% jika salah satu dari mereka bisa tumbuh menjadi cukup kuat untuk menyaingi Sorcerer King. Angan-angan jauh ke masa depannya ini meningkatkan suasana hatinya.
Brain berdiri di tengah jalan, menunggu lawannya mendekat.
Pasti terlihat sangat bodoh!
Apa yang seharusnya dia lakukan yaitu bersembunyi dan menunggu kesempatan untuk membalas dendam pada Sorcerer King, dan tidak melawan monster yang bertugas sebagai garda depan mereka.
Seseorang yang menyaksikannya mungkin mengatakan sesuatu seperti, "lihatlah kenyataannya, jangan lakukan sesuatu yang begitu bodoh," kepadanya.
Namun, tujuan hidup Brain yaitu untuk hidup dengan pedangnya, jadi dia lebih suka membabi buta bertarung dengan seluruh kemampuannya.
Setelah waktu yang cukup lama berlalu, akhirnya pada jarak di mana dia bisa melihat cukup jelas sosok lawannya.
Lawannya bukanlah manusia.
Namun, secara naluriah ia dapat memahami jika raksasa berwarna cyan muda ini merupakan ras yang jauh lebih tinggi dari rasnya.
Tidak lama setelah—
{...sangat dingin.}
Dari arah lawannya badai bertiup dan dikirim ke arahnya, suhunya sedingin hawa di musim dingin. Seluruh tubuh Brain gemetaran, bukan karena dia merasakan haus darah atau aura yang menindas, tetapi dari dinginnya angin yang tertiup. Nafas putih yang keluar dari mulut Brain membuktikan bahwa ini bukan ilusi.
"Apa....?"
Dia mau tak mau bergumam pada dirinya sendiri.
Apakah lawannya mahluk yang mengeluarkan hawa dingin? Ketika dia memikirkannya, gerbang pada saat itu - bukankah diselimuti es dan kemudian rubuh menjadi serpihan?
{Memangnya seberapa dinginnya dia...}
Gerbang itu sama sekali tidak kecil, jadi domain apa pun yang dimiliki oleh monster ini, benar-benar menakutkan baginya.
Bisa dikatakan - dia sudah tahu ini.
Brain mempererat cengkeraman pada katananya dan menunggu lawannya.
Tangannya gemetaran, bukan karena kegembiraan atau karena kedinginan, tetapi karena emosi tertentu.
Emosi itu dikenal sebagai rasa takut.
Berulang-ulang dia meratap dalam benaknya, suara hati yang menyuruhnya untuk melarikan diri dan meringkuk ketakutan. Mahluk itu, meskipun seekor monster, cara dia menarik tombaknya dari tanah saat berjalan memancarkan aura seorang warrior. Jika dia meringkuk di sisi jalan, mungkin dia akan diabaikan seperti kerikil.
Rumah-rumah yang berjajar di sisi jalan memiliki tanda-tanda kehidupan, tetapi sepertinya mahluk itu tidak mempedulikannya.
Dan karena itu - Brain mungkin harus melakukan hal yang sama.
Jika dia melakukan itu, hidupnya mungkin akan terselamatkan.
Tetapi - kakinya menolak untuk bergerak.
Dia tidak melarikan diri dari mahluk ini.
Dia memfokuskan kekuatannya ke satu tangan yang mencengkeram gagang pedang dan menampar dirinya sendiri dengan tangan lainnya.
"Baiklah!"
Dia tidak lagi gemetaran. Dia telah membulatkan tekadnya, tubuh dan jiwanya.
Sementara mahluk itu sudah secara visual mengidentifikasi kehadiran Brain, raksasa berwarna cyan muda terus melangkah tanpa mengubah kecepatannya.
Makhluk yang memegang tombak di salah satu tangannya memancarkan aura menekan yang semakin meningkat ketika jarak di antara mereka secara bertahap berkurang. Brain menelan seteguk air liurnya.
Brain menunggu, seperti sebuah penghalang bagi raksasa berwarna cyan muda.
Karena kehadirannya yang luar biasa, Brain gagal menyadari jika daritadi terdapat sosok beberapa wanita di belakang makhluk itu. Mereka mengenakan pakaian berwarna putih, warna kulit mereka mirip dengan pakaiannya, rambut panjang mereka berwarna hitam, dan dari sosok mereka, angin dingin juga bertiup ke arahnya.
Dia dibuat sangat sadar dengan tatapan mereka pada dirinya.
Musuh belum mengambil tindakan apa pun terhadap Brain, yang berdiri di jalur mereka, masih belum.
Dia mengeluarkan botol dari ikat pinggangnya dan langsung meminumnya. Dia meminum sebotol lagi setelah itu, dan satu lagi setelah itu. Secara keseluruhan, Brain telah mengaktifkan tiga jenis sihir buff pada tubuhnya.
Meskipun dia telah meminum beberapa potion, bentuk tindakan perlawanan dirinya pada mereka, musuh-musuhnya kelihatannya tidak berencana untuk segera menyarangnya. Tetap saja, dia merasakan sesuatu yang mirip dengan semangat juang dari mereka.
Jarak antara mereka telah berkurang menjadi sekitar lima meter atau lebih.
{Oy oy oy, tebing tinggi yang harus dilampaui lagi ya?}
Pada jarak ini, semakin jelas bagi Brain jika lawannya merupakan makhluk yang memiliki keunggulan absolut dari dirinya. Sudah mencapai ketinggian yang Brain bahkan tidak pernah bisa berharap untuk mencapainya. Bagi Brain, seseorang yang telah meningkatkan kemampuannya hanya sebatas jari, jika dibandingkan dengannya, lawannya merupakan makhluk yang jelas-jelas tidak bisa dia kalahkan.
Meski begitu - meskipun dia mengetahui itu, Brain masih menolak untuk melarikan diri.
Lawannya menghentikan langkahnya.
Jarak di antara mereka tiga meter.
Mempertimbangkan panjang lengannya dan tombak di tangannya, Brain sudah berada dalam jangkauan serangannya.
"—Brain Unglaus."
Dia menyatakan namanya, mengangkat pedangnya, dan memfokuskan pikirannya.
“Seseorang. Yang. Melayani. Langsung. Sosok. Supreme. Being. Yang Mulia Ainz Ooal. Gawn,. Cocytus."
Pada saat itu, mata Brain melebar karena terkejut.
Itu mungkin nama lawannya. Dia tidak menyangka bisa menerima balasan.
Sementara dia terkejut, dia juga merasakan déjà vu.
{Apa itu?} Dia merasa seperti pernah mendengar nama ini sebelumnya tetapi dia tidak ingat dari mana. Mungkin dia hanya terlalu memikirkannya.
Dan kemudian, Brain merasakan rasa malu yang tertahankan karena sungguh tak sopannya dirinya.
Lawan di depannya bersedia menbalasnya, namun dia melakukan tindakan tak sopan dengan tersesat dalam ingatannya sendiri yang berlumpur.
Alasan mengapa pikirannya menuju ke arah itu yaitu karena lawannya merupakan monster yang tidak pernah bisa harapkan untuk menandinginya, mahluk itu mungkin pada tingkat yang sama dengan Sebas atau Shalltear Bloodfallen. Itu menyiratkan bagi lawannya, dia tidak lebih dari seekor semut yang menghalanginya. Terlepas dari semua itu, lawannya tidak memperlakukannya seperti makhluk yang lebih rendah.
Jika peran mereka terbalik, apa yang akan dilakukan Brain? Dia mungkin akan menebasnya tanpa banyak pertimbangan dan melanjutkan perjalanannya. Brain sangat tidak penting dibandingkan dengan lawannya, dia mungkin bahkan tidak bisa meninggalkan kesan dirinya dalam ingatan mahluk itu.
Brain menegakkan punggungnya dan dengan lembut menundukkan kepalanya, seperti apa yang akan dilakukan seorang siswa pada gurunya.
"Terima kasih banyak."
"Tidak. Perlu."
Brain mencengkeram gagang katana-nya dengan erat. {Lebih kuat, lebih kuat.}
Mengacungkan senjatanya pada makhluk yang memiliki kekuatan luar biasa tanpa memikirkan sebuah rencana, terasa seperti dia mengkhianati niat baik mereka yang telah menyelamatkannya. Apa yang dia lakukan saat ini tidak berbeda dengan bunuh diri.
Juga, jika dia memikirkannya, apa gunanya menghentikan musuh di sini?
Tidak ada sama sekali.
Namun tetap saja—
{Aku seorang idiot, Cocytus-danna ini bukan satu-satunya yang menyerang kota ini. Aku sudah gagal untuk kedua kalinya... tidak, aku bukan lagi anak-anak. Masa depanku ini merupakan apa yang aku inginkan. Itu benar... itu ada di tanganku dan cuma ada di tanganku saja.}
Cocytus, yang sedang melihat Brain, menancapkan tombaknya ke tanah.
“—God. Slaying. Emperor. Blade.”
Odachi dengan bentuk raksasa, jauh lebih tinggi dari tinggi Brain, tertarik keluar dari udara tipis, yang dengan itu Cocytus mengambil posisi Jōdan.
Ini suatu kehormatan.
Tak perlu ada pertukaran kata-kata. Cocytus sudah menyampaikan keinginannya untuk menyelesaikan ini dengan mata pedangnya.
Brain menghembuskan napas berat dan dengan cepat menghembuskannya lagi. Sepertinya dia sedang berusaha mengeluarkan seluruh udara yang tersisa di paru-parunya.
Dia benar-benar tidak berdaya saat melakukannya, namun Cocytus tidak bergerak satu inci pun. Dari posturnya, Brain tahu jika lawannya sangat menghormatinya.
Bukan hanya kekuatannya yang tingkat tinggi, tetapi juga karakternya.
Jika dia setingkat dengan monster yang dikenalnya sebagai Shalltear, maka dia mungkin bisa menggunakan senjatanya dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada kecepatan yang mampu dicapai Brain, bahkan dalam posisi tegak seperti itu. Meski begitu, Cocytus tidak mengubah sikap tubuhnya.
Ini bukan karena dia memandang Brain sebagai lawan yang tangguh.
Tetapi dengan alasan jika Brain telah membulatkan tekadnya, Cocytus memperlakukannya dengan kehormatan sesama warrior.
Tindakan seperti itu membuat Brain kewalahan.
{Dia tidak sama dengan Shalltear.}
Tidak, dirinya tidak sopan untuk membandingkan keduanya.
{Hmm? Shalltear? Cocytus? Aku bersumpah telah mendengar nama mereka di suatu tempat... kurasa— Tidak, jangan! Bagaimana kau masih bisa membuang-buang waktu untuk pemikiran yang tidak perlu ini di saat-saat seperti ini? Sungguh bodoh.}
Brain memusatkan kekuatan otaknya semata-mata untuk meraih kemenangan.
Untuk menangkis serangan jōdan odachi raksasa ini tidak diragukan lagi pastilah sulit. Jika lawannya memiliki atribut fisik yang mirip dengan Shalltear, menerima serangan dengan katananya sendiri tidak akan bisa menghentikan lajunya. Kepala Brain mungkin akan terbelah menjadi dua, katananya mungkin juga akan hancur.
Jadi, haruskah dia mencoba menghindari serangan pertama Cocytus?
Tidak, bahkan jika dia beruntung dan menghindari serangan pertama, itu tidak seperti lawannya akan berhenti di situ. Serangan kedua dan ketiga pasti akan berlanjut setelah titik itu. Strategi umumnya yaitu dengan menangkis serangan pertama lawan dan menyerang balik saat lawannya memperbaiki postur tubuhnya. Namun, melawan musuh yang luar biasa ini, bahkan untuk mengganggu keseimbangan dan posturnya pasti membutuhkan kekuatan penuh Brain. Itu menyiratkan bahkan jika dia mencapainya, dia tidak akan memiliki sisa kekuatan yang cukup untuk melakukan serangan balik. Karena itu, Cocytus mungkin akan mengakhiri pertarungan dengan menebas ke atas sebagai serangan keduanya.
Yang berarti—
{Ini situasi lakukan-atau-mati kan?}
Dia mengingat sesuatu yang dikatakan Vesture kepadanya.
Jika dia ingin menang melawan Cocytus, dia tidak punya pilihan selain untuk menyerang beberapa milidetik lebih cepat darinya. Bisa dikatakan, bahkan jika dia berhasil menebas tubuh atau kepala Cocytus, itu tidak akan mengubah lintasan pedangnya. Pertempuran akan berakhir dengan keduanya saling menyerang.
Maka dia harus membidik pergelangan tangan Cocytus, yang memegang pedangnya.
Menginginkan bergerak lebih cepat dari monster di level Shalltear dan memotong pergelangan tangannya merupakan lelucon yang tak tau diri.
Namun-
{Ini merupakan satu-satunya pilihanku, aku tidak punya pilihan selain menggunakan gerakan itu...}
Brain meerendahkan posisi pinggangnya.
Dia memakai postur serupa yang mampu memotong kuku Shalltear Bloodfallen - Hidden Blade Nail Clipper.
-Tidak.
Ini bukan lagi sekadar Hidden Blade Nail Clipper.
Awalnya, Nail Clipper merupakan gerakan yang menggabungkan seni bela diri yang menjamin serangannya, [ Field ], kecepatan [ God Flash ], dan [ Fourfold Slash of Light ]. Kristalisasi setiap keterampilan yang digunakan Brain masih mengambil seluruh kekuatannya untuk memotong kuku Shalltear. Tentu saja, memotong kukunya sudah merupakan pencapaian besar - tidak akan terlalu aneh baginya untuk menjadi legenda yang diceritakan dalam sejarah. Namun, Brain tidak menghentikan kemenangannya di sana, dia terus menempa diri dengan satu-satunya tujuan mencapai puncak yang sama seperti yang perempuan itu.
Karena alasan inilah Brain berusaha menjadi lebih kuat, sampai meminta bimbingan pada orang itu - guru Gazef Stronoff dan mantan petualang peringkat Adamantite, Vesture Croff di Leoghain. Di bawah bimbingannya dan melalui pelatihan tanpa henti, dia akhirnya bisa menggunakan [ Sixfold Slash of Light ]. Sayangnya, dia tidak dapat mencapai tingkat pemahaman yang dimiliki Gazef mengenai seni itu.
Maka sementara penggunaan [ Field ] dan [ God Flash ] tetap sama, penggunaan [ Sixfold Slash of Light ] lalu diteruskan dengan [ Fourfold Slash of Light ] membuatnya menjadi teknik baru.
Seni bela diri menggunakan sesuatu yang mirip dengan konsentrasi. Semakin kuat seni bela diri, semakin banyak yang dibutuhkan. Warrior luar biasa - warrior tingkat tinggi, sementara mereka memiliki kesempatan untuk menguasainya, mereka juga akan menemukan kesulitan untuk menggunakan beberapa seni bela diri pada saat yang sama. Memang, Brain memiliki kemampuan konsentrasi yang lebih tinggi daripada warrior rata-rata pada umumnya, tetapi dia sudah mencapai batasnya lagi ketika dirinya menggunakan Nail Clipper melawan Shalltear.
Jadi seharusnya tidak mungkin baginya untuk menggunakan [ Sixfold Slash of Light ], seni yang membutuhkan konsentrasi lebih dari [ Fourfold Slash of Light ], dengan seni bela diri lainnya.
Hanya ada satu alasan mengapa dia bisa terlepas dari semua itu.
Brain Unglaus yang berdiri di sana sudah melampaui Gazef Stronoff - dia telah memasuki ranah para pahlawan.
Semua ini memuncak dengan teknik baru Brain - True Nail Clipper©.
Cocytus menggerakkan kakinya sedikit ke depan untuk mengurangi jarak di antara mereka, jarak yang sangat pendek.
Mempertimbangkan perbedaan dalam kekuatan mereka, tidak aneh bagi Cocytus untuk dengan mudah menutup celah di antara mereka dan secara langsung menebas ke bawah dengan katananya.
Jadi mengapa dia melakukan hal seperti itu?
Jawabannya sederhana, dia ingin memberikan Brain kematian yang sesuai dengan seorang warrior.
Penghargaan Brain pada Cocytus sebagai seorang warrior semakin dalam ketika dia menggunakan postur True Nail Clipper ©.
{Belum...}
{Tidak... berada dalam jangkauan ...}
Sihir buff yang diterima Brain dari potionnya menyiratkan jika dirinya jauh lebih kuat daripada sosoknya ketika menghadapi Shalltear.
Walaupun begitu.
Manusia bernama Brain Unglaus tidak bisa berharap untuk mencapai domain para monster seperti Cocytus.
Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk itu. Lagi pula, tidak mungkin seekor semut menang melawan seekor naga. Sebuah fakta yang sulit untuk ditelan, tetapi dia tetap harus menelannya.
Tetap saja, dia tidak ingin kalah. Apa yang harus dia lakukan? Jelas lebih baik untuk mengurangi kesenjangan kekuatan yang luar biasa di antara mereka meskipun hanya sedikit, tetapi bagaimana dia harus menyelesaikannya?
{—Aku seorang warrior, maka aku harus menyelesaikannya seperti para warrior.}
"- [ Ability Boost ]"
Brain mengaktifkan seni bela diri.
Dia telah menghabiskan seluruh kekuatannya pada True Nail Clipper©, seharusnya tidak ada yang tersisa untuk seni bela diri lainnya.
Namun - Mata Brain mulai dipenuhi dengan darah dan darah mulai mengalir ke lubang hidungnya. Kapilernya baru saja pecah.
Suara {shing} terdengar seakan-akan menandakan transisi. Kemampuan fisiknya ditingkatkan ke tingkat berikutnya.
Dia mengaktifkan seni bela diri lain.
Kemampuan fisiknya ditingkatkan sekali lagi.
Tetapi - {Belum... belum...}
Dia masih tidak bisa melakukannya.
Jadi apa yang harus dia lakukan?
Hanya ada satu jawaban.
Brain mengaktifkan seni bela diri yang lain.
"-[ Greater Ability Boost ]"
Brain Unglaus sekali lagi, mencapai sesuatu yang mustahil.
Dia sendiri tidak menyadarinya.
Sifat sebenarnya dari bakatnya yaitu peningkatan kapasitas konsentrasinya, hanya dengan ini dan penambahan levelnya yang lebih tinggi dia mampu mengaktifkan seni bela diri yang dibutuhkan oleh Nail Clipper.
Tetapi, meskipun begitu, Brain mencapai batasnya. Dia tidak bisa menggunakan seni bela diri lagi dari itu, batas yang berikan padanya oleh dunia.
Tetapi, pada saat itu - Brain menghancurkan aturan dunia ini sekali lagi.
Keajaiban untuk kedua kalinya.
Yang pertama yaitu ketika dia memotong kuku Shalltear.
Yang kedua, dibuat pada saat ini.
Konsekuensi dari menghancurkan aturan dunia yaitu tubuhnya mulai rusak.
Tubuhnya mungkin tidak akan bertahan selama satu menit.
Namun, bagi mereka yang kuat, satu menit merupakan waktu yang lama.
Cocytus memasuki—
Ke dalam jangkauan Brain—
Tebasan Jōdan dengan God Slaying Emperor Blade—
Brain mengeluarkan katananya sendiri untuk menerima serangan dari katana Cocytus—
Lalu-
- suara darah dan daging yang tertebas dapat terdengar.
Setelah mengayunkan God Slaying Emperor Blade, Cocytus menghempaskan darah dan lemak dari katana dan menghilangkannya di udara. Dia menarik tombaknya dari tanah dan menatap mayat pria yang baru saja dia bunuh.
Dia - merupakan seorang warrior yang hebat.
Cocytus tidak terluka, serangan Brain tidak mencapai dirinya, namun skillnya sebagai seorang warrior terpuji.
{... Aku. Belum. Pernah. Mendengar. Ada. Warrior. Sehebat Dirinya...}
Sangat memalukan jika dia harus membunuhnya.
Jika itu mungkin, dia ingin menyelamatkan hidupnya dan membuatnya setia kepada masternya. Dia bisa saja dengan mudah mematahkan pedang lawannya, menerima serangannya, atau mematahkan keempat anggota tubuhnya, tetapi itu bukan cara seorang warrior.
Cocytus sudah merasakannya ketika dia melihat pria ini berdiri sendiri dari jauh, dia mengetahuinya lebih baik lagi ketika dia berdiri berhadap-hadapan dengannya: dia merupakan seorang warrior yang telah membulatkan tekadnya.
Cocytus tidak bisa tidak menghormati pria semacam itu.
Dia sangat tahu betapa bermanfaatnya membawa pria ini di bawah kekuasaan mereka, tetapi masih tetap membunuhnya. Tidak salah jika dikatakan dia telah mengkhianati Nazarick.
Tetap saja.
Dia ingin bercakap-cakap dengannya melalui benturan pedang mereka.
Jika Warrior Takemikazuchi ada di sini, dia mungkin akan memuji Cocytus atas keputusannya.
{Dari. Levelnya,. Dia. Kemungkinan. Berada. Pada. Level. 40.}
Namun, dia merasa jika selain serangan tunggal itu, tidak ada banyak kekuatan di dalam dirinya. Mungkin itu seperti Srangan Vidyārāja Strike Cocytus, atau mungkin dia menggunakan kemampuan khusus untuk memperkuat dirinya sendiri.
Kemampuannya tidaklah signifikan jika dibandingkan dengan Cocytus, tetapi dalam aturan dunia ini dia kuat.
Cocytus mengambil katana yang dijatuhkan Brain.
"Aku. Akan. Mengambil. Ini."
Di antara senjata yang dimiliki Cocytus, senjata ini sangat lemah - sesuatu yang praktis tidak berguna baginya. Mungkin akan lebih baik untuk meletakkan pedang ini di sisinya untuk menandai kuburnya, tetapi Cocytus memutuskan untuk mengambil pedang itu.
Dia tidak terlalu ingin meninggalkan tubuhnya seperti apa adanya.
"Kalian,. Bekukanlah. Pria. Ini."
Setelah dia memberi perintah pada para Frost Virgin, tubuh pria bernama Brain itu perlahan mulai membeku.
Saat Cocytus hendak melangkahi Brain, dia menghentikan dirinya lagi.
Dia melihat ke arah kastil di belakang Brain.
"..."
Cocytus menoleh sembari berpikir keras.
Dia berbelok ke kanan dan berjalan ke jalanan yang lebih sempit dari sebelumnya. Dia menyusuri jalan itu sampai dirinya tiba di jalan utama lagi, setelah itu dia berbelok ke kanan lagi. Dia berjalan sembari mengkonfirmasikan posisi kastil, mengambil jalan memutar kanan yang dia lihat lalu membawanya kembali ke jalan utama.
Cocytus melihat ke arah kanannya.
Mayat Brain dari sini cukup jauh.
Cocytus kemudian diam-diam berjalan menuju sisi kirinya - menuju kastil.
----------------------
Mini-FAQ Hitori-san :
T: Jadi lu nanti nggak nerjemah V15?
J: Kemarin pada FAQ terakhir yang kumaksud itu "jika lu pengen TLer yang lebih bagus, doain aja biar besok nongol, kalau nggak nongol, ya mau nggak mau lu bakal nikmatin garapan gue di volume selanjutnya." Meskipun begitu, itu juga tergantung sama jadwal kerjaan gue pas Maru rilis V15.
T: Ngapain lu peduliin KRITIK TIDAK MEMBANGUN di forum receh Polynesian?
J: Karena gue agak seneng ngeliat diskusi mereka yang mungkin aja nemu terjemahan gue yang keliru. Jika diskusi itu nggak ada hasilnya karena gue, BODO AMATLAH GOBLOK.
T: Udah nyampe mana?
J: Halaman 492/568.
Sai Kuze: Nah gitu donk bang Hitori, emang BANGSAT reader nggak tau diri yang suka KRITIK TIDAK MEMBANGUN dah nggak pernah baca TULISAN dibawah ini. Gue seneng ngebacotin balik orang-orang autis kek gitu, kawawkawkkaw.
Jika ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca, beritahu kami di kolom komentar, dilarang copas dalam bentuk apapun macam-macam kuhajar kau.
Mantap min
ReplyDeleteLanjutkan hohoho
Terima kasih min
ReplyDeleteLanjut terus min
ReplyDeleteAyo min.. Semangat..
ReplyDeleteintinya s cocytus muter muter jalan gtu buat ngehormatin brain kali yah ...
ReplyDeleteEmang musim orang pansos min, makin seneng mereka kalo ditanggepin
ReplyDeleteAku suka nekopoi
ReplyDeleteWkwk
DeleteSaya Pun Juga Hehe v:
DeleteNekopoi emang pemersatu bangsa :v
DeleteR.I.P Brain
ReplyDeletetsuki ga michibiku isekai douchuu lanjutin dong
ReplyDeleteUp
DeleteSemangat min....!!
ReplyDeleteThanks min tetep semangat
ReplyDeleteThanks, lanjut min
ReplyDeletetolong jelasin, wtf nya :v
ReplyDeletegak paham sama sekali sumpah.. :v
Good bye brain-kun.... Penduduk dunia baru vs NPC Nazarick lv100.. Kalah di ability
ReplyDeleteMksi min....lanjut
ReplyDeleteLanjutkan min.
ReplyDeletemakasih min,lanjut gas terus sisa chapter overlordnya
ReplyDeleteno comment
ReplyDeleteMunggkin cocytus berpikir kalau brain sengaja diam di tampat karena melindungi daerah belakang, makanya cocytus berpikir keras agar pergi ke kasti tanpa maju ke depan, ini pendapat aja, tapi yang lebih masuk akal sih lebih ke menghormati munggkin soalnya hal yang tabuh buat warrior untuk melangkahi mayat warior lain
ReplyDeleteKayak Nya Gitu Sih
DeleteDia Sengaja Muter
Atau Mungkin Dia Ke Sasar v: wkwkwk
Dia bukan zoro
DeleteCari jalan lain agar gak melangkahi mayat brain y
DeleteTinggal Tersisa 76 Halaman T__T
ReplyDeletelanjut
ReplyDeleteLanjut
ReplyDeleteMakasih min,udah update pas gue lagi libur kerja
ReplyDeleteMantab min
ReplyDeleteMantab banget nihh,
ReplyDeleteBanyak banget ya yang bisa di ambil dari cerita disini, hampir semua digambarkan dengan jelas, bagaimana cara melayani seorang Supreme being dan cara berperilaku yang benr, kalau diumpamakan di kehidupan nyata mungkin bisa kita hubungkan dengan ketuhanan ya.. (wkwk).
karakter disini juga banyak mewakili berbagai macam profesi dengan tingkah lakunya..
Keren abis dahh pokonya..
Semangat buat mimin untuk selalu update setiap part-nya...
Nubi sangat berterima kasih karena bisa menikmati ln yang sudah berbahasa Indonesia ini 🙏🙏🙏
Anjir cocytus ditulisnya coconut wkwkwk
ReplyDeleteOh iya, tolong remind gw donk kapan yah sih brain pernah denger nama cocytus? Gw pengen tau aja kalo emng pernah. Makasih
Volume 3 pas shalchair ketemu brain
Deletepas ketemu shaltear di gua,, pas brian ngenalin diri
DeleteWaktu Pas Lawan Shalltear Gan
DeleteWaktu Itu Shalltear Bilang Jika Itu Coconut Dia Mungkin Akan Langsung Mengungkap Kan Nama Nya v:
Gaskeun ajalah .....fighting....
ReplyDeletekenapa kao muter muter :v
ReplyDeleteCocyutos apa zoro itu wkwkwkwkw
ReplyDeleteMkasih min, gas terus...
ReplyDeleteTeruskan gan
ReplyDeleteGasssskueeen min
ReplyDeletesi pdl gimana nasibnya ntar, penasaran bgt jirrr.....apa mungkin jadi babu nazarik
ReplyDeleteudah panjang2 di jelasin, ampe masuk ranah pahlawan,, mati sekali tebas,,
ReplyDelete..berarti secara tidak langsung ngasih tau kekuatan ke 13 pahlawan cuma segitu jika di bandingkan cocytus
Selain Pemimpin 13 Pahlawan,PDL,Rigrit Atau Minotaur Sage ( Yang Kata Nya Lumayan Kuat ) Mungkin Mereka Emang Lemah
DeleteOh Iya Raja Dwarfs Juga Lumayan Kuat Karna Kata Nya Bisa Bunuh Naga Biasa
Selamat jalan brain, terima kasih sudah jadi pemotong kuku bagi shalltear
ReplyDeleteKata" Nya Megane wkwkwk
DeleteNgakak Pas Denger Nya
Mulai muncul karakter brain, masih berharap tidak seperti di katakan Megane :"). Sialan kamu maruyama
Delete🥳🥳 makasi min,, ttep smangat💪💪
ReplyDelete🥳🥳 makasi min,, ttep smangat💪💪
ReplyDeleteBrain unglaus lv.40 padahal equitmentnya sederhana banget sementara lakyus lv.30 padahal equitmentnya lebih bagus dari brain sedangkan rata2 anggota black scripture aja lv.35 padahal mereka pakai equitment dari yggdrasil
ReplyDeleteLv.40 cuma satu menit doang habis itu mati wkwkwkkwk
DeleteBrain lvl 40 doang ya. Gw kirain bisa sama kyk Evileye. Klo gtu mah 1 dari pleiades juga cukup. Thanks min
ReplyDeletesangkyu min lanjut kan
ReplyDeleteItu orang yg kritik translation admin baik ban aja dia yg tk bersyukur sudah baca yg free tpi lgi di kritik ampas
ReplyDeleteDitunggu lanjutannya min.. Trimakasih
ReplyDeleteayaaaaaa
ReplyDeleteBeberapa sosok wanita dibelakang cocytus itu vampir bawahan shaltear kah?. Dari deskripsi 'rambut panjang hitam' gk mungkin aura/mare ataupun pengawal cocytus(frost Virgin), tp di next teks brain sadar dari tatapan 'mereka' dan brain baru merasa dejavu ketika cocytus sebut namanya.
ReplyDeleteFrost Virgin, bawahannya Coconut
DeleteMakasihh min
ReplyDeleteAmpas nyuruh beli tapi dia ngebajikin karya orang. Admin sampah
ReplyDeleteLagian lu juga ngapain baca yg bajakan.....
DeletePembodohan :v
terusin bacotnya, tiap ada elu w selalu ngakak
DeleteElu bilang ampas, sedangkan elu baca ni web :"v. Perumpaan bilang org lain binatang, padahal yg binatang cuman lu sendiri :v
DeleteMungkin dia orang suruhan philip kakka min
DeleteNah ini nih kalo orang lupa instal otak
DeleteMungkin otaknya masih di v1.0.2
DeleteMungkin dia goblok
DeleteMungkin otaknya masih versi beta
DeleteBro, di rumah lu ada kaca gak?
DeleteManusia mah tercipta dari tanah
DeleteIni doank nih yg pas proses kecampur sama tai
Ngakak liat mapping nya XD
ReplyDeleteLebih baik dari map epep
DeleteBagus kok min terjemahanya enak terusin aja
ReplyDeleteThx
ReplyDeletemantap lanjutkan min
ReplyDeleteLanjot min
ReplyDeleteSip lanjut min
ReplyDeleteTerima kasih min
ReplyDeleteanjir true nail clipper(pemotong kuku yang sesungguhnya),epic sekali emng si brain klo namain jurusnya wwkkwkwkwk
ReplyDeletekerena kuku saltier
Deletekarena kuku shaltear apaan bro ?? anjay gk dilanjutin..
DeleteKlo ada kritik ga jelas, toxic'in aja min wkwkkwk, btw thanks min, ditunggu lanjutannya. Wkwkkwk #free reader
ReplyDeleteMakasih Mmimin lanjutkan
ReplyDeleteantuk menghargai. aku comment ko
ReplyDeleteCocytus ngapain muter2. Penghormatan ke jasad brain, bingung dengan arah, atau hindarin serangan AOE nya mare?
ReplyDeleteWokwokwokwok lanjut min smngat
ReplyDeleteMantap min.. Lanjutkan..
ReplyDeleteNjir... Niat bener nih admin sampe digambar segala arah cocytus jalan
ReplyDeleteWkwkwkwk
Ngmng2 yg kena tebas badan apa tangan... Trus lgsng mati... Uwah...siapa lg nh tokoh yg mati lg... Gempa mare kali luluhlantakin ibukota... Hmmm... Ga bisa nebak sih jalan cerita nya... Salut maruyama... Thanks buat admin.. Lanjutkan...
ReplyDeleteLit! Brain bener2 warlok yg berkembang dengan beneran baik. Semoga di bangkitin dan jadi pion nazarick terus berkembang dibawah arahan cocytus
ReplyDeleteTubuhnya dibekukan.. jadi bisa ada kemungkinan juga
DeleteDiJadi snacknya rakyat om kecoak kali
DeleteNgakak :"v mati secara tragis, berharap jurus terkuat nya mampu memotong coconut :"v , tapi salut ama Brain, selamat 2x bentrok ama shalter,Pernah ngerasain aura membunuh sebas, Pernah nantangin ainz, dan mati tragis di bacok coconut :"v
ReplyDeleteTapi kalau Brain make Set Class devine mungkin brain Cukup berguna bagi Nazzarick.
Mantap, tetap semangat Min!
ReplyDeleteMantul min 👍👍
ReplyDeleteeta pisan
ReplyDeletesemangat nge TL nya
ReplyDeleteJejak-kun
ReplyDeleteThanks min, keep It up
ReplyDeleteFokus push kastil cuk, malah keliling map.
ReplyDeleteAkhirnya mati ngapain di ceritain panjang panjangnjir si author
ReplyDeletekeren min, mkaasih bnyak udah mau nerjemahin
ReplyDeletesemangat selalu
Persetan sama bacoters min , kita2 masih stay disini buat updetan lu.
ReplyDeleteCoconut anjir ngakak gw bacanya
ReplyDeletemantap min,,, lanjutkan
ReplyDeleteNtap
ReplyDeleteAwokwokw
ReplyDeleteTop min
ReplyDeleteJejak
ReplyDeletegimana masa depan kingdom kalo kehilangan brain sama gazef
ReplyDeletekingdom udah hancur, mana ada lagi masa depannya
Deletebagus mapnya
ReplyDeleteKarakter kecil-kecil dimatiin satu persatu biar nanti bisa fokus sama karakter baru yang bisa jadi lawan AOG kali ya
ReplyDeletebtw, nice min.. lanjutken
RIP Brain Unglaus
ReplyDeletekaya ampas taau
ReplyDeleteAnda tau memek?
ReplyDeleteYa... Makanan khas aceh
lanjutkan min, masa depan saya membaca vol 14 ada padamu wkwkwkwk
ReplyDeleteLanjuuuut min
ReplyDeleteUp
ReplyDeleteCoconut terkena virus zoro marimo..
ReplyDeleteWkwwkkwwkk
Coconut marimo
ReplyDeleteWoi ada yg tau gak 13 pahlawan siapa ajha?
ReplyDeleteEvileye, pdl, rigrit dan riku sisa nya belum di tau, riku sendiri baru di tau nama nya
Deletemantapp min lanjot teros
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteSemangat min!!!
ReplyDeleteGasken
ReplyDeleteMana apdetnya
ReplyDeleteGaskeun terus min
ReplyDeleteKapan rener berubah jadi iblis?
ReplyDeleteKeren, semangat min translate ..
ReplyDeleteLANJOTKAN MIN
ReplyDeleteGAZZZ POLLL
Coconut njerr🤣🤣
ReplyDeleteKebelah jadi dua?
ReplyDeleteMakasih Min
ReplyDeleteLanjut
ReplyDeleteyou have my respect, sir
ReplyDeletethanks for your hard work
sasuga sasuga..
ReplyDeleteNaisu
ReplyDeleteArigatou .. next
ReplyDeleteRespect buat si maho satu ini
ReplyDeleteAwkawkawk
ReplyDeleteSebenernya bang Brain itu kuat, cuma nasibnya aja yg jelek. Ketemunya sama orang2 nazarick mulu
ReplyDelete