Penerjemah: B-san
Chapter 3
Part 4.
{Mimpi.
Aku sedang bermimpi.
Aku tahu ini adalah mimpi.
Apa namanya ini?
Ya, benar. Lucid dream.
Mimpi di mana Kau sadar bahwa Kau sedang bermimpi.
Dan aku dihempaskan tinggi.
Tidak sakit. Ya. Tidak sakit karena ini adalah mimpi.
Namun, ini menyakitkan.
Wajahku berdenyut-denyut karena rasa sakit. Mungkin ada luka di dalam mulutku akibat benturan.
Rasanya penuh dengan darah.
aku bisa merasakannya meskipun ini adalah mimpi.
Aneh.
Apakah ini benar-benar mimpi, aku bertanya-tanya.
Sebuah tangan muncul dalam pandanganku.
Sebuah tangan kecil yang tertutup tanah.
Jadi ini adalah mimpi.
Tanganku tidak lagi begitu kecil.
Aku pun lega.
Ini hanyalah mimpi.
Penglihatanku bergerak.
-Tidak! Aku tidak ingin berdiri. Namun, aku tiba-tiba berdiri.
Aku berdiri lagi, mengambil tongkat yang aku jatuhkan.
Ibu berdiri di hadapanku.
Dia tanpa ekspresi. Seolah-olah ia mengenakan topeng. Dia menatapku dengan mata dingin.
Dia memegang gada di tangannya, untuk memukuliku sampai aku tidak bisa berdiri lagi.
Dan kemudian dia mengayunkannya.
Aku yang sekarang bisa menerimanya, tapi itu mustahil bagiku pada saat itu.
Saat aku mulai merasakan sakit, aku terbang di udara.
Lebih banyak rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhku setelah aku terjatuh ke tanah.
Penglihatanku kabur.
Ini adalah air mata.
Tiba-tiba, aku bertanya-tanya sudah berapa lama sejak terakhir kali aku menangis.
Pandanganku pun bergerak sekali lagi.
Ibu mengatakan sesuatu.
Aku melihat tongkat di tanah yang lepas dari tanganku beberapa saat lalu.
Ibu mungkin menyuruhku berdiri.
Tapi aku tidak bisa.
Ini menyakitkan, dan sulit.
Aku mungkin menjawab sesuatu yang berdampak seperti itu sambil menangis.
Ekspresi ibu tidak berubah, tapi dia perlahan mengangkat tongkatnya dan mengambil posisi berdiri, seolah-olh dia ingin aku melihatnya melakukan itu.
Aku mendengar sebuah suara.
Aku menggerakkan mataku, dan aku melihat seorang wanita gemuk berlari ke arah kami.
Dia adalah seseorang yang membantu pekerjaan rumah tangga kami. Dia membuat makanan yang lezat.
Dia adalah bibi Nazaire.
Omeletnya yang lembut sangat enak. Itu adalah favoritku. Masakannya adalah cita rasa kenanganku, dan juga standar yang aku gunakan untuk menilai makanan lain.
Sayangnya, dia sudah meninggal dunia. Jika aku memang bermimpi, aku lebih suka bermimpi tentang makan makanannya daripada berlatih dengan ibu.
Aku kemudian mengetahui bahwa ibu seharusnya memasak, tetapi aku tidak memiliki kenangan makan masakan ibu. Tetapi aku ingat seseorang mengatakan bahwa dia mungkin sibuk dengan latihanku.
Aku menerima penjelasannya saat itu karena aku tidak tahu apa-apa.
Tapi sekarang-setelah menjadi dewasa, aku bisa mengatakan dengan pasti bahwa itu salah.
Aku bahkan tidak memiliki banyak kenangan makan bersama dengan ibu. Sebagian besar kenanganku adalah saat aku makan sendirian.
"Selamat pagi..."
Warna kembali ke dunia. Apakah aku akan terbangun? Mereka seharusnya membangunkanku lebih cepat.
Bukannya aku lupa tentang hal itu.
Ya, aku bisa mengerti.
Ibuku membenciku.
Dia mungkin menganggap anak yang lahir dari pemerkosaannya sangat tidak menyenangkan.
Jadi, ibuku tidak pernah merayakan ulang tahunku.
Aku juga tidak pernah menerima kata-kata penyemangat darinya.
Seperti "Terima kasih!".
Atau "Selamat!".
Atau "Bukankah itu hebat!".
Bahkan kata-kata umum seperti itu.
Pertama-tama-apakah ibuku pernah memanggilku dengan namaku?
Aku ingin tahu siapa yang memberi nama padaku.
Tapi, jika dia benar-benar membenciku, dia seharusnya membunuhku.
Dia bisa dengan mudah melakukan itu.
Tapi aku tidak dibunuh.
Jadi, masuk akal bahwa aku tidak dibenci.
Mungkin itu tak lebih dari harapanku yang kosong dan menyedihkan.
"To-tolong tahan, Faine-sama. Dia masih anak-anak. Tidak baik untuk melanjutkan latihannya dalam keadaan seperti ini"
Bibi Nazaire tidak mundur bahkan setelah menerima tatapan tajam ibu.
Kalau aku ingat kembali, Bibi Nazaire juga bukan orang biasa.
"Di-dia harus segera beristirahat. Saya akan menyiapkan minuman..."
"Dia baik-baik saja."
"Saya akan merawat luka-lukanya sementara Faine-sama istirahat dan minum jadi..."
"Dia baik-baik saja."
Semua lukaku sembuh oleh lambaian tangan ibu.
Rasa sakitnya juga hilang.
"Kau baik-baik saja, kan?"
Ibu mendekatkan wajahnya.
Sepasang mata seperti kaca dan wajah tanpa ekspresi apapun. Menjijikkan.
"....ya...aku merasa baik-baik saja"
"Benar," Ibu menoleh ke bibi Nazaire. "....apakah kau puas? Dia masih baik-baik saja, dan dia sudah cukup kuat untuk menahan resurrection. Lihat? Tidak ada masalah sama sekali"
"....Ba-baik. Saya paha-"}
"-Selamat Pagi...Permisi, apakah Zesshi-sama ada di sana?"
Samar-samar dia mendengar suara malu-malu seorang wanita. Ini bukan suara di dalam mimpinya. Itu datang dari kenyataan.
Kesadarannya menembus permukaan.
Dia bisa melihat langit-langit. Ini adalah kamarnya sendiri. Ada kehadiran seseorang di dalam kamar, selain dirinya. Mungkin karena dia belum sepenuhnya sadar, tetapi dia tidak bisa merasakan ancaman dari orang tersebut.
"Jika aku akan bermimpi, setidaknya biarkan aku bermimpi tentang sesuatu yang luar biasa..." bisiknya. Dia menghela napas dan menggosok matanya. Merasakan sesuatu yang lembab pada jari-jarinya, ia menyadari bahwa ia pernah menangis. "-Aku sudah bangun, baru saja. Bisakah kau menunggu sebentar?"
"Hiyeeeeee! Tolong jangan khawatir tentang orang rendahan sepertiku! Aku akan menunggu berapa lama pun lamanya, jadi tolong luangkan waktumu!"
Dia tidak mengatakan satu hal pun untuk mengancam wanita itu, tetapi dia sangat ketakutan. Merasa ingin menghela napas lagi, Zesshi bangkit dari tempat tidur dan mengenakan mantel yang tergantung di kursi terdekat.
Dia tahu siapa yang datang ke kamarnya dari suara mereka.
Zesshi merasa dia tidak perlu meluangkan waktu untuk berdandan karena pengunjung itu adalah rekan kerja yang berjenis kelamin sama, dan akan tidak sopan untuk membuatnya menunggu di kamar sebelah sampai dia benar-benar berdandan.
Ketika dia membuka pintu kamar sebelah dan memasukinya, dia menemukan pengunjung itu berdiri di sana seperti dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya dengan dirinya sendiri.
"-Maaf karena membuatmu menunggu. Akan lebih baik jika kau duduk"
"Tidak, tidak, saya tidak menunggu lama. heheheh. Maaf karena mengganggu istirahat Zesshi-sama. Saya akan senang jika anda bisa memaafkan saya."
Dia membungkuk dengan sopan dengan senyum ramah di wajahnya. Juga-mungkin tanpa sadar-dia bahkan mulai menggosok-gosokkan kedua tangannya. Untuk salah satu kartu truf dari Theocracy-tahta ke-11 dari Black Scripture, dengan gelar "Infinite Magic" dan seseorang yang mencapai realm of heroes-perilaku ini terlalu menyedihkan.
"Kalau begitu, tidak maukah kau duduk?"
"Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak. Itu tidak perlu. Saya akan segera kembali setelah memberikan pesan kepada Zesshi-sama.. jadi duduk di sofa Zesshi-sama seolah-olah..."
Dia menggelengkan tangannya dengan bingung.
Dia tidak harus menolaknya, pikir Zesshi.
"Tidak ada yang akan terjadi hanya karena kau duduk, dan bukannya aku akan marah. Tidak, aku benar-benar tidak akan marah...kamu tidak harus bertindak begitu hina...bukankah kita adalah rekan kerja?"
Ketika dia mendengar itu, sebuah senyum patuh melayang ke wajah wanita itu.
"Ehehehehe, saya minta maaf bahwa Zesshi-sama harus memanggil cacing seperti saya sebagai rekannya."
"Tidak, kau tidak perlu mengatakan sejauh itu... Kau tahu. Diantara orang-orang yang pernah aku hadapi-diantara anggota Black Scripture yang pernah aku ajak bertempur, kau yang paling merendah, kau tahu? ...Aneh kalau kupikir bahwa kau dulu begitu sombong."
Black Scripture adalah kumpulan para pahlawan. Oleh karena itu, kadang-kadang beberapa pendatang baru akan berpikir terlalu tinggi tentang diri mereka sendiri. Salah satu tugas Zesshi adalah untuk menghancurkan mereka. Oleh karena itu, bahkan jika anggota Black Scripture adalah rekan-rekannya, dia hanya mengenal orang-orang yang angkuh.
Konon, itu adalah sesuatu yang dia lakukan pada setiap anggota Black Scripture yang menjadi sombong, jadi bukan berarti wanita ini istimewa. Bahkan kapten, yang dia disiplinkan lebih keras daripada wanita ini-ia kadang-kadang bahkan menyesal bahwa dia mungkin telah bertindak terlalu jauh dengan kapten-memperlakukannya secara normal sekarang. Namun, hanya wanita ini yang bertindak seperti ini.
Mungkin baru saja dipatahkan saja sudah sedikit berlebihan bagi wanita ini.
{Sebaiknya aku memperhitungkan hal-hal seperti kepribadian mereka lain kali...}
"Tidak baik untuk menjadi sombong, tetapi tidak bisakah kau setidaknya bertindak sedikit lebih percaya diri?"
"Heh, eheheh. Saya tidak bisa melakukan hal seperti itu di hadapan Zesshi-sama"
Dia mulai menggosok-gosokkan tangannya bahkan lebih intens.
Zesshi berpikir dia tidak melakukan apapun yang akan membuatnya melangkah sejauh ini.
Dia hanya maju sambil menerima sihir wanita itu secara langsung, menaikinya, dan hanya dengan satu pikiran meninju wajahnya-dan karena itu seharusnya menjadi latihan-berhati-hati untuk tidak membunuhnya sambil memukulinya sampai babak belur.
Zesshi telah sadar bahwa ia tidak mengakui kekalahannya, melontarkan mantranya bahkan ketika terjepit, jadi ia mengaguminya sebagai seseorang yang memiliki kepercayaan diri. Sejak saat itu, ia bahkan telah belajar merapal mantra sambil menahan rasa sakit. Dia adalah seseorang dengan keinginan untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Zesshi merasa sedikit sedih melihat seseorang yang menghormati dirinya bertindak seperti ini di hadapannya.
"....Jadi, apa yang terjadi hari ini? Meskipun aku sedikit tahu tentang apa yang akan kau bicarakan"
"Be-benar. Seperti yang diharapkan dari..."
"-Aa, cukup dengan sanjungannya."
"Ah, Y-ya. Saat pasukan penaklukan elf mulai berjalan lebih jauh, aku dipercayakan untuk menginformasikan Zesshi-sama untuk memulai persiapannya untuk berangkat."
"Begitukah..."
Wajah wanita itu bergerak-gerak ketika dia melihat Zesshi tersenyum. Itu tidak mungkin karena dia membuat wajah yang menakutkan. Dia tersenyum dengan normal.
"Aku ingin tahu apakah aku bisa membersihkan salah satu tulang yang tersangkut di tenggorokanku akhirnya."
--------
Peringatan: Novel ini versi bajakan !!! Author ngambek, auto delete!! Belilah Novel aslinya jika sudah tersedia!!
Ternyata zesshi lebih normal drpd yg gw bayangkan 😅
ReplyDeletePendek bgt part ini
ReplyDeleteApakah bakal jadi temen aura dan mare ni zesshi? 😅
ReplyDeleteNice
ReplyDelete