Epilogue - Part 2
Semua orang tahu hal ini: selama perang tahunan dengan Kerajaan, Kerajaan Sihir pernah menyatakan, “Tanah ini pada awalnya milik kami, dan Kerajaan secara ilegal mendudukinya.” Tentu saja, tak seorang pun mempercayai cerita semacam itu.
Namun, jika dipikirkan dengan tenang, ada hal yang cukup menggelitik: Dataran Katze — tanah yang terkenal karena kerap melahirkan undead — ternyata berada di wilayah yang pernah diklaim undead sebagai daerah kekuasaan mereka dahulu.
Apakah semua ini hanya kebetulan semata?
Jika bukan — mungkinkah Kerajaan Sihir tengah menghimpun pasukannya di balik kabut itu? Apakah itu sebabnya mereka memiliki informasi tentang Kapal Hantu yang tak diketahui siapa pun — karena kapal itu sebenarnya adalah aset militer mereka sendiri?
Jika demikian halnya — maka ini adalah sebuah jebakan.
Tempat ini bagaikan dasar dari sebuah kuali, di mana aspek paling mengerikan dari Kerajaan Sihir telah dimurnikan.
Jika mereka berniat menjadikan tempat ini sebagai lapangan eksekusi untuk menenggelamkan seorang pahlawan yang tak bisa dikendalikan ke dalam kegelapan, bukankah itu menjelaskan mengapa banyak Naga Kerangka muncul? Meski Momon mampu menumbangkan mereka dengan mudah, bahkan dirinya pun bisa terancam bila undead kelas itu terus bermunculan tanpa henti.
Namun, jika memang ada motif tersembunyi semacam itu, mereka tak bisa memahami mengapa Kerajaan Sihir tidak menekan Free City of Vadis agar menghentikan operasi militernya. Bagaimanapun, Antwali dan rekan-rekannya selama ini telah mengikis kekuatan militer Kerajaan Sihir, meski dalam skala kecil, dan mencegah mereka membangun pasukan. Bukankah seharusnya aktivitas semacam ini segera dihentikan?
Mungkin maksud Kerajaan Sihir adalah memberi kesan bahwa undead lemah yang mudah ditumpas tidak mereka butuhkan sebagai aset militer — bahwa mereka sengaja membiarkan yang lemah dimusnahkan.
Atau, barangkali Kerajaan Sihir sedang menipu mereka, membuat mereka percaya telah berhasil memusnahkan undead, padahal jauh di kedalaman kabut, mereka tengah menghimpun pasukan yang jauh lebih terkutuk.
Ada sesuatu yang terasa janggal dari semua hipotesis itu.
Justru karena sebagian besar kepingan teka-teki terlihat cocok, ketidakselarasan kecil yang tersisa membuat kegelisahan mereka semakin memuncak. Seakan-akan ada sesuatu yang penting sedang mereka lewatkan.
Saat mereka berdiri terdiam dalam lamunan, mereka melihat sesuatu bergerak di balik kabut tipis yang bergelombang. Tak seorang pun dalam tim yang gagal menyadarinya. Itu sesuatu yang raksasa, seukuran sebuah mansion. Sesuatu sebesar itu berusaha keluar dari dalam kabut yang beriak.
Apa yang harus mereka lakukan?
Haruskah mereka membunyikan alarm hanya karena ada sosok bayangan bergerak di balik kabut? Jaraknya masih cukup jauh, dan kabut menghalangi pandangan. Kemungkinan salah menaksir ukurannya tidak bisa sepenuhnya dikesampingkan.
Saat mereka terus menatap ke arah kabut—
“—Kabutnya menyebar!”
Itu sebuah anomali.
Kabut yang sebelumnya tak pernah bergeser kini meluas jangkauannya. Mungkin kemunculan para Naga Kerangka bukan karena mereka didatangkan dari kedalaman, melainkan pertanda adanya kejanggalan. Atau bisa jadi mereka hanyalah pertanda akan sesuatu yang lebih besar.
“Cepat—”
“—Tunggu! Siapa pun bisa lihat kabut itu makin meluas! Setidaknya kita harus— Oi! Lihat itu!!”
Sebuah kapal.
Kapal itu meluncur di atas daratan.
“…Mustahil.”
“Itu… tidak mungkin…”
Kapal tersebut meluncur melewati perimeter kota, muncul di jalan utama, lalu terus bergerak menuju jalan yang mengarah ke Kerajaan Sihir.
Hanya sekejap pandangan mereka terbuka, namun di balik kabut, mereka melihat dua sosok berdiri di dek kapal itu.
Sosok tinggi berzirah itu menurunkan kedua lengannya yang terlipat, lalu menunjuk ke kejauhan, jubah merah darahnya berkibar dramatis tertiup angin.
Kapal perlahan mengubah haluan seolah menaati perintah itu, menjauh dari Vadis.
“…Apa ini perbuatannya?”
Ya. Itu adalah dua anggota Darkness.
Sosok Momon dan Nabe.
Mereka tidak terlihat seperti telah berubah menjadi undead.
Mereka tidak mengerti.
Haruskah mereka menyimpulkan bahwa tidak ada motif tersembunyi? Bahwa Kerajaan Sihir mengirim Momon hanya karena percaya dia mampu melakukannya?
Atau—
“Apakah Momon-sama berhasil membalikkan tujuan Kerajaan Sihir… Tidak, mungkinkah ini adalah langkah balasannya…?”
Mendengar gumaman Antwali, rekan-rekannya serempak berseru, “Ohh,” dan “Aku mengerti.”
Tiga alasan yang sebelumnya disebutkan.
Ada satu solusi sempurna yang bisa diterapkan, apa pun alasan yang sebenarnya.
Itu artinya — apa pun konspirasi yang direncanakan Kerajaan Sihir, apa pun pasukan yang telah mereka himpun — Momon mampu menyelesaikan tugas itu dengan kekuatan dan kecepatan yang begitu luar biasa, jauh melampaui perkiraan mereka, lalu kembali ke E-Rantel sebelum pihak lain sempat berbuat apa pun.
Tapi… mungkinkah hal semacam itu benar-benar mungkin?
Di tengah keadaan di mana tak seorang pun pernah berhasil menemukan kapal itu sebelumnya, bahkan tanpa ada informasi yang bisa diandalkan — tidak, pemandangan di depan mata merekalah kebenarannya.
“Haaah…” Antwali menghela napas kagum.
— Dahulu kala, ada seorang Skeleton King yang menakutkan.
— Skeleton King itu ingin membuat rakyatnya menderita, namun seorang ksatria berdiri menghadang demi melindungi mereka.
“Jadi beginilah artinya berada di peringkat tertinggi petualang — Adamantin rank.”
Mereka hidup di dunia yang berbeda.
— Skeleton King itu menggunakan para iblis yang dikuasainya untuk mencoba menjebak sang ksatria dengan cara yang paling jahat yang bisa dibayangkan.
“Dia orang yang luar biasa, bukan… Momon-san…”
Rekan-rekannya hanya terdiam, namun dengan tulus menyetujui kata-kata itu.
Mereka memang pernah bertemu dengan orang-orang yang tak mungkin bisa mereka kalahkan, tapi Momon berdiri di puncak tertinggi di antara semuanya.
—Namun, sang ksatria mengalahkan sang penjahat dengan kebijaksanaan dan keberanian, menghancurkan segala tipu daya busuknya.
“Dan akhirnya mereka semua hidup bahagia selamanya… Heh.” Antwali tertawa kecil.
“Kurasa aku memang tak punya bakat sebagai bard. Tapi… bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebuah kisah kepahlawanan yang layak dijadikan nyanyian… kebahagiaan semacam ini rasanya tak buruk juga.”
Kapal Hantu itu perlahan menjauh bersama kabut. Tidak, lebih tepatnya, Kapal Hantu itu lenyap ke dalam kabut, lalu kabut itu sendiri mulai memudar.
Untuk beberapa saat, Antwali dan yang lainnya terus menatap diam-diam ke arah E-Rantel, ke tempat Kapal Hantu itu menghilang.
Setelah melepas kepergian kapal yang kini sudah benar-benar lenyap, rombongan itu pun menyinggung sesuatu.
Meskipun pemandangan barusan nyaris tak bisa dipercaya, jelas itu bukan ilusi. Faktanya, semua orang melihatnya.
Sesuatu itu adalah keberadaan makhluk yang berdiri tegak di geladak.
Itu… tampak seperti seekor kepiting.
“…Hei, kenapa ada… kepiting di atas Kapal Hantu itu?”
“Seharusnya nggak mungkin sih, tapi… jangan-jangan dia lagi mancing?”
“Bakal pas banget kalo ada bendera tangkapan besar yang berkibar, ya…”
“…Serius deh, itu tadi apaan sih?”
Tak seorang pun bisa memberikan jawaban memuaskan atas pertanyaan tersebut.
-----------------------------
Akhirnya edisi special udah complete yaaa!!! volume 17 belom ada info lagi yaaa. Jadi tunggu aja sambil baca novel lainnya..
Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ya~
EmoticonEmoticon