Epilogue - Part 1
Berdiri di atas tembok kota, Antwali menatap ke arah selatan. Di kejauhan, kabut tipis menggantung di udara, dan setiap kali pandangannya jatuh ke sana, perasaan gelisah yang tak bisa dijelaskan menyergap dirinya.
Saat ia menapakkan kaki di dataran itu, fokusnya terlalu terpusat hingga tak menyadarinya. Namun, ketika melihatnya dari kejauhan seperti ini, emosi itu tiba-tiba saja membuncah di dadanya.
Tentu saja, bukan karena para undead yang menjadikan tempat itu sebagai sarang mereka.
Kabut tipis itu akan menghilang setiap kali pertempuran antara Kekaisaran dan Kerajaan pecah, hanya untuk kembali turun di tempat yang sama begitu pertempuran mereda. Lebih dari itu, kabut tersebut tak pernah menyebar — bahkan tidak bergeser sejengkal pun. Menghadapi sesuatu yang begitu berbeda dari pola cuaca normal, orang tak bisa menahan diri dari perasaan bahwa ada keberadaan yang amat sangat kuat, sesuatu yang mustahil dilawan manusia. Rasanya mirip dengan kebesaran Pegunungan Azerlisia yang menjulang jauh di kejauhan.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Salah satu rekan di sisi Antwali melontarkan pertanyaan itu. Seharusnya mereka sudah membicarakannya lebih awal, tapi tentu saja tidak mungkin di tengah perjalanan pulang. Naga Kerangka muncul di tempat yang selama ini dianggap relatif aman. Mengingat keadaan di dataran sudah berubah, mereka tidak bisa menurunkan kewaspadaan. Obrolan kosong jelas bukan pilihan.
“Pergi ke Kerajaan Sihir sekarang adalah tindakan yang gegabah. Kita tidak boleh melakukannya sebelum Momon-sama kembali. Tidak, bahkan setelah beliau kembali, kita tetap tidak boleh melangkah sebelum memahami situasinya.”
“…Aku bertanya-tanya, hal seperti apa — hal mengerikan apa — yang sedang terjadi di Kerajaan Sihir saat ini?”
Kapal Hantu di Dataran Katze yang hingga kini belum pernah terbukti — sesuatu yang sebelumnya hanya hidup dalam cerita mabuk di kedai minum, sebuah sosok yang hanya hadir dalam rumor meragukan. Apa tujuan Perdana Menteri Kerajaan Sihir sampai meminta Momon untuk mencarinya?
Ada tiga kemungkinan yang patut dipertimbangkan.
Pertama, ia percaya hanya Momon yang mampu menemukannya.
Kedua, Kerajaan Sihir ingin menjalankan agenda tertentu yang tak bisa mereka lakukan selama Momon berada di sana, sehingga mereka perlu mengirimnya jauh-jauh.
Setelah diselidiki, tampaknya Momon memang pernah berselisih dengan Kerajaan Sihir mengenai perlakuan terhadap para penduduknya. Pasti inilah alasan sebenarnya.
“Karena itu sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan tanpa menyingkirkan sang pahlawan, Paman rasa pasti ada hal yang sangat tidak manusiawi di baliknya… Rasanya sungguh tidak enak. Menggunakan permintaan resmi untuk menghapus hak menolak… memaksa dia menerima tugas itu, mau tidak mau. Kurasa kalau Momon menolak, ya sudah selesai, tapi… mereka memanfaatkan kelemahannya sebagai seorang petualang, bukan begitu?”
“Seharusnya dia jadi Worker saja. Tapi tentu itu tidak mungkin, kan? Tujuan Kerajaan Sihir bisa jadi adalah memecah hubungan antara Guild Petualang dengan Momon.”
Ada banyak keuntungan yang bisa mereka dapat dengan memisahkan dia dari organisasi itu.
“Aku dengar Perdana Menteri Kerajaan Sihir bukanlah manusia… Aku benci mengakuinya, tapi jelas sekali dia sangat cerdas.”
“…Kalau mereka berbuat kejahatan terhadap rakyat, tidakkah mereka mempertimbangkan bahwa Momon bisa marah, bahkan berbalik memusuhi mereka saat kembali dan mengetahuinya?”
“Mereka pasti sudah menyiapkan rencana untuk menghadapi itu juga. Pada saat dia kembali, mungkin sudah terlambat untuk melakukan apa pun — bagaimana jika tujuan mereka memang sesuatu yang tak bisa dibalikkan, seperti pembantaian, bukannya sekadar perubahan hukum?”
“Tidak, tapi andaikan itu benar, bukankah itu justru membuat Momon berpotensi jadi musuh? Apa itu memang yang diincar Kerajaan Sihir? Kau pikir menjadikan Momon sebagai musuh adalah bagian dari rencana mereka?”
Satu demi satu, para rekan mereka melontarkan pendapat masing-masing.
Memiliki seorang petualang peringkat Adamantite di bawah komando mereka — atau setidaknya dalam hubungan kerja sama — adalah hal yang sangat signifikan. Dalam keadaan normal, itu hanya akan membawa keuntungan. Namun, artinya mereka hanya akan menjadikan Momon sebagai musuh bila ada keuntungan yang jauh lebih besar yang bisa diraih.
Tak ada keuntungan semacam itu yang muncul lewat penalaran biasa. Namun, ini adalah Kerajaan Sihir yang sedang mereka bicarakan — sebuah bangsa yang bisa memanggil monster mengerikan hanya dengan satu mantra dan menginjak-injak ribuan manusia. Sudah pasti mereka punya sesuatu dalam rencana.
“…Mungkin bukan untuk menjadikannya musuh, tapi justru untuk memastikan ia menjadi sekutu — cara untuk membuatnya mustahil berkhianat.”
“Benar. Paman menduga, itu lebih mirip kalung pengikat daripada sebuah persekutuan. Meski begitu, Paman tidak bisa membayangkan seperti apa bentuk nyatanya.”
Mungkin mereka bisa mengetahui sesuatu jika pergi ke Kerajaan Sihir, tetapi tak seorang pun di antara mereka yang menginginkan hal itu.
“…Momon-sama mungkin sudah memahami semua ini juga… tapi apakah ia menerima tugas itu karena memiliki langkah balasan yang bisa menggagalkan rencana mereka?”
Seketika, semua orang terdiam.
Alasan ketiga. Beban yang berat menghunjam perut mereka. Baik bagi Momon maupun kelompok Antwali, inilah alasan yang paling buruk.
Semua orang tahu hal ini: selama perang tahunan dengan Kerajaan, Kerajaan Sihir pernah menyatakan, “Tanah ini pada awalnya milik kami, dan Kerajaan secara ilegal mendudukinya.” Tentu saja, tak seorang pun mempercayai cerita semacam itu.
Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ya~
EmoticonEmoticon