Penerjemah: B-san
Chapter 4
Part 2
Ada tiga orang di ruangan itu.
The Grand Elder, Raspberry Nabar.
Elder Laki-laki, Peach Orbea.
Elder Perempuan, Strawberry Pischa.
Hanya ada satu topik diskusi. Tentu saja, itu tentang penjelajah yang baru saja datang beberapa saat yang lalu, paman dari Aura-penjaga hutan yang memiliki kemampuan luar biasa.
Dan mereka semua sedang memutar otak mereka.
"The Sawtooth Oak...pohon jenis apa itu? Fakta bahwa dia menggunakan nama itu di sana, apa maksudnya?
Pada pertemuan yang segera mereka adakan sekembalinya mereka, Peach menanyakan pertanyaan itu sementara dia meringis. Raspberry, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab.
"Tidak tahu, tapi apa kau benar-benar berpikir kita bisa menanyakannya saat itu juga?...Jika itu berarti pohon keramat yang digunakan sukunya untuk pemujaan leluhur atau dalam ritual, tidakkah dia akan merasa bahwa dia telah dihina jika kita mengatakan kita tidak tahu jenis pohon apa itu?"
Sambil menghela napas, Strawberry menggerutu.
"Ini semua karena kita memasang sikap 'jelas kita tahu itu' di belakang sana. Kata-kata 'kami tidak tahu' tidak akan pernah keluar dari bibir kita, tidak peduli apa yang dikatakan."
"Itu akan menjadi suatu masalah jika kita adalah bukan Dark Elf, tapi kita semua Dark Elf. Mempertimbangkan dari mana mereka berasal, sangat mungkin mereka berasal dari salah satu klan yang terpecah dalam generasi leluhur kita. Jika memang seperti itu, maka perbedaan bahasa seharusnya tidak sebesar itu. Ketika kita menggabungkan semua faktor yang ada, itu mungkin adalah sapaan formal dalam gaya sukunya."
"Aku tidak bisa memastikannya karena kita hanya bisa melihat area di sekitar matanya, tapi aku juga bisa melihat beberapa fitur yang tampak seolah-olah dia memiliki darah Elf dalam dirinya. Jadi, mungkin saja itu adalah norma dalam menyapa yang berasal dari para Elf?"
Selain itu, mereka juga memiliki dasar lain untuk kemungkinan hubungannya dengan para Elf. Itu adalah namanya.
Nama Dark Elf menggunakan urutan marga keluarga diikuti oleh nama yang diberikan, sementara Elf berbeda, menggunakan urutan nama yang diberikan diikuti oleh nama keluarga. Sehubungan dengan itu, gaya penamaan mereka mirip dengan gaya Elf.
"Tentu saja, aku tidak akan tahu tentang cara Elf melakukan sesuatu atau norma mereka, kan? Apakah kalian berdua tahu?"
Tidak ada jawaban.
Pertama, bahkan mereka tidak tahu semua tradisi Dark Elf. Itu karena beberapa tradisi lisan telah hilang sebelum mereka datang ke hutan ini, jadi mereka berada dalam situasi di mana mereka bahkan tidak tahu apa yang telah hilang. Itulah mengapa mereka memeras otak mereka untuk mengatasinya.
"Untuk saat ini, apakah kita semua sepakat bahwa nama kita diturunkan dalam sukunya sebagai suku Ring-Cupped Oak? Entah itu atau sesuatu yang mirip-mirip. Misalnya, mungkin Oak ini terbelah menjadi dua ketika tumbuh sehingga kita disebut demikian karena kita bercabang dari sukunya juga?"
"Jika Kita mempertimbangkan alur percakapan itu, sepertinya tidak ada cara lain yang bisa kita tafsirkan. Namun, bersama dengan Sawtooth Oak, aku bertanya-tanya jenis pohon apa itu Ring-Cupped Oak? Aku juga ingin tahu apakah ada petunjuk bahwa itu bisa menjadi nama lain untuk salah satu pohon yang kita ketahui? Dan selain itu, apa makna penting dari pemilihan pohon itu?"
Sebaliknya, jika mereka menyamakan pohon yang mereka ketahui dengan pohon Sawtooth atau Ring-Cupped Oak, para pengunjung itu mungkin akan mempertanyakan kewarasan mereka. Oleh karena itu, jika mereka tahu pohon apa itu, mereka kemudian bisa memahami nuansa yang ada di dalamnya. Namun, bahkan mereka, yang pengetahuan mereka tentang pohon dan tanaman sudah sangat tinggi, tidak dapat menemukan apa pun tentang pohon Sawtooth dan-khususnya Pohon Ring-Cupped Oak.
Bahkan ketika mereka berpikir sejauh mungkin untuk memperhitungkan bahwa nama umum pohon mungkin berbeda tergantung sukunya, tidak ada jawaban yang muncul.
"Hmmmm. Akan sangat bagus jika kita bisa mendengarnya langsung dari sumbernya, tapi..."
"Jika kita bisa melakukan itu maka kita akan...Bukankah akan merepotkan jika dia berpikir kita bahkan tidak tahu banyak? Informasi itu mungkin akan bocor ke para Dark Elf muda."
Bahkan mereka setidaknya tahu bahwa kelompok anak muda itu membenci mereka. Namun demikian, mereka percaya bahwa anak-anak muda itu akan menghormati kebijaksanaan yang mereka pegang ketika mereka lebih tua. Tradisi-kebijaksanaan kuno-tampaknya tidak ada artinya ketika seseorang hanya melihat sekilas. Namun, kenyataannya adalah bahwa ada beberapa alasan mengapa mereka bertahan, dan itu bukanlah sesuatu yang boleh diabaikan begitu saja. Bahkan mereka harus setuju bahwa pengetahuan adalah kekuatan.
Namun, tidak ada seorang pun di sini yang bahkan tahu bagaimana memberikan salam formal-apa yang akan terjadi jika anak-anak muda itu menghakimi mereka karena telah kehilangan tradisi itu? Itu mungkin akan menghasilkan konfrontasi yang lebih serius dan mematikan daripada yang ada sekarang.
Itulah sebabnya mereka memeras otak mereka untuk mengatasinya.
"Aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar hanya sekedar sapaan belaka...bahkan ketika aku menatap matanya, dia tidak terlihat menunjukkan sedikitpun emosi. Dia begitu tanpa ekspresi sehingga terasa sedikit meresahkan."
"....Jadi...apa yang kita lakukan? Pengetahuannya mengenai tradisi Dark Elf adalah sesuatu yang ingin kutanyakan padanya..."
"...Itu sedikit terlalu berbahaya. Bahkan jika kita menahan rasa malu kita dan mengatakan kepadanya bahwa kita ingin berbicara dengannya secara pribadi, aku tidak tahu apakah dia benar-benar akan menutup mulutnya. Jika memang seperti itu...kau tidak akan melompat ke dalam semak belukar jika kamu tidak dikejar, huh?
"Kau benar. Yang terbaik adalah menjaga jarak, dan tidak mendekatinya."
"Itu yang terjadi...apa yang kita lakukan dengan hadiahnya? Cinderamata dari negeri di mana ras selain Elf atau Dark Elf hidup. Mungkin ada barang langka di antara hadiah itu."
Jika ketiga Elder mengambil tanggung jawab untuk mendistribusikan souvenir, akan ada beberapa manfaat yang cocok untuk itu.
Tentu saja, mungkin akan ada orang yang akan mengungkapkan ketidakpuasan mereka tergantung pada apa yang didistribusikan dan kepada siapa. Kekurangannya adalah kemungkinan mereka menaruh dendam karenanya. Namun, dalam kebanyakan kasus, orang semacam itu sudah memiliki reputasi yang mengatakan bahwa itu tidak adil tidak peduli apa yang mereka terima. Sudah jelas bahwa beberapa anak muda akan mengeluh hanya karena para Elder yang membagi-bagikan semuanya. Namun, jika para Elder membagikan semuanya dengan adil, maka semua orang selain mereka mungkin akan memandang dingin orang-orang yang akan mengatakan bahwa itu tidak adil.
Oleh karena itu, bahkan jika para Elder menempatkan tugas pembagian pada diri mereka sendiri, mereka tidak bermaksud mengambil apa pun untuk diri mereka sendiri.
Seharusnya ada nilai lebih dalam menciptakan citra mereka sebagai tetua yang tidak mementingkan diri sendiri daripada mengantongi barang langka.
Namun-
"-Seperti yang baru saja dikatakan beberapa saat yang lalu, jangan melompat ke dalam semak belukar. Jika kita memutuskan untuk mendistribusikan hadiahnya, keharusan untuk secara langsung menandakan rasa terima kasih kita kepadanya akan muncul, entah kita mau atau tidak. Jika itu terjadi, kita mungkin harus menyampaikan rasa terima kasih kita dalam bentuk yang mengikuti aturan etika dan norma yang tepat."
"....Itu berarti jika pihak lain menempatkan banyak kepentingan pada etika, mereka mungkin menganggap kita sebagai orang yang kasar atau mereka mungkin menginterpretasikannya bahwa kita tidak puas dengan hadiah mereka, benar?"
Jika dia berpikir bahwa sebagai Elder di desa, mereka seharusnya mengetahui etika yang tepat, lalu bagaimana dia akan bereaksi jika dia melihat sikap mereka yang tidak sopan? Ketika jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi, semakin tinggi Anda berada, semakin besar kerusakannya.
Selain itu, ketika seseorang menerima hadiah yang luar biasa dari seorang tamu, ia tidak bisa menanggapinya dengan cara yang sama seperti ketika mereka menerima barang yang sepele. Penerima harus memberikan rasa terima kasih dengan sopan kepada pemberi hadiah itu.
"Kalau begitu, mari kita serahkan kepada anak-anak muda. Beruntung mereka mendapatkan hadiah-hadiah itu lebih dulu. Kita mungkin akan mendengar semua rinciannya, jadi tidak apa-apa untuk menyerahkannya kepada mereka apa adanya.
"Itu benar. Itu ide yang bagus."
Sementara Raspberry dan Strawberry menyimpulkan sesuatu, Peach tampak cemberut.
"Aku tidak keberatan dengan itu, tapi haruskah kita memberi tahu anak-anak muda untuk berhati-hati? Mereka itu adalah tipe orang yang mengabaikan tradisi, dan mereka mungkin tanpa disadari menghina sukunya."
"Hmmmm." Kedua tetua lainnya juga tampak cemberut sekarang.
"Ini bukan waktunya untuk mengatakan hal-hal seperti, 'apakah kita bersalah karena tidak menanamkannya ke dalam diri mereka, bahkan jika kita harus menggunakan kekuatan kita sebagai Council of Elder?" sekarang ini? Paman dari Aura-dono, orang yang dengan mudah mengusir 'Ursus Lord. Aku tidak ragu bahwa dia cukup tepat. Aku tidak ingin dipelototi oleh orang seperti itu."
"Bagaimanapun juga, apakah kau benar-benar berpikir bahwa orang-orang bodoh itu akan benar-benar setuju dengan apa pun yang kita katakan? Untuk saat ini, kita hanya akan memperingatkan mereka, dan jika mereka membuat kesalahan, satu-satunya hal yang bisa dilakukan menyalahkan kita, bukan? Terus terang, aku tidak ingin hasilnya seperti itu, tetapi meskipun demikian, kita adalah para tetua, bukankah kita..."
"Kita harus bertanggung jawab...huh. Aku rasa itu tidak bisa dihindari..."
"Namun...apa yang harus kita lakukan? Apa alasan paman datang untuk melihat anggota rasnya sendiri, apakah ada yang pernah mendengarnya berbicara tentang itu?
"...Apa yang harus kita lakukan jika alasan dia datang ke sini adalah untuk mempelajari adat istiadat yang diturunkan di desa ini? ...Terus terang saja, aku tidak akan mendekatinya bahkan dengan tongkat 10 kaki."
"Ini akan menjadi canggung jika kita tidak mengadakan pesta penyambutan, kan? Ketika Fiora-dono datang, dia bilang pamannya juga akan datang, jadi kita belum melakukannya. Ditambah lagi, bagi para penjaga hutan yang melakukan banyak pekerjaan hanya dalam beberapa hari, tidak mengadakan pesta penyambutan akan memalukan desa...dan akhirnya, kurangnya partisipasi kita dalam pesta itu akan melampaui ketidaksopanan, dan akan sama dengan provokasi."
"...Haaa. Kita akan berpartisipasi dalam pesta itu, tapi mari kita coba untuk menjaga jarak darinya sebisa mungkin. Paman-dono terlihat muda, aku yakin para Elf muda akan menemaninya.
"Itu benar. Aku berterima kasih kepada anak-anak yang akan membuat gerakan untuk memenangkannya ke pihak mereka sendiri."
Setelah itu, ketika mereka telah menyelesaikan beberapa item lain dalam agenda mereka, Raspberry berbalik ke arah Peach dan melemparkan pertanyaan kepadanya yang sudah lama ingin dia tanyakan.
"Ngomong-ngomong, apa maksud dari 'seperti membiarkan tanaman ivy tumbuh...' itu?"
Strawberry juga menatapnya. Dia mungkin juga memiliki pertanyaan itu dalam pikirannya. Mereka tidak bisa menanyakannya di sana, tentu saja, tapi sekarang tidak ada masalah.
Peach, yang telah ditanyai, tergagap-gagap menjawab.
"...Maaf. Aku mencoba mencocokkan nada percakapan...jadi aku hanya...mengatakan...sesuatu yang terdengar sesuai."
"Haaaaa," Raspberry menghela nafas berat.
"...Kebingungan paman karena belum pernah mendengar ekspresi itu sebelumnya terlihat jelas dalam suaranya."
"Apa yang harus kita lakukan tentang ini... Bagaimana menurutmu kita harus menjawab jika dia bertanya tentang makna saat kita bertemu lagi?"
"Bahkan jika kau menanyakan itu padaku... Jika kita ditanyai pertanyaan itu, kita tidak punya pilihan lain selain memikirkan beberapa makna yang cocok untuk itu di sini, sekarang juga. Kita akan menjawabnya dengan apa yang kita pikirkan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita hanya pamer... Terlebih lagi, akan merepotkan jika anak-anak muda berpikir bahwa tradisi yang biasa kita bicarakan juga sesuatu yang kita katakan hanya untuk pamer."
"Yah, itu mungkin satu-satunya hal yang bisa kita lakukan...Jangan mengatakan sesuatu hanya untuk pamer lagi, oke?"
"Ya, aku minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi."
"Kalau begitu... Apa arti dari kata-kata, 'seperti membiarkan tanaman ivy tumbuh,'? Mari kita semua putuskan itu sehingga kita semua bisa memberikan jawaban yang sama kepada siapa pun yang bertanya, oke?"
Para tetua, yang mengira mereka sudah selesai, sekali lagi mulai bertukar pendapat mereka tentang item agenda baru yang telah muncul.
♦ ♦ ♦
Pada saat yang sama, ketika para Elder sedang berusaha keras untuk menghasilkan jawaban tentatif, ada orang-orang yang juga sedang berusaha keras.
Para Elf Muda yang menentang para Elder.
Alasan mereka-kalau Kalian terpaksa menyebut mereka sesuatu, itu adalah Fraksi Pemuda-yang memberontak melawan para tetua adalah karena prinsip mereka sendiri bertentangan dengan prinsip para Elder.
Karena mereka tinggal di hutan (tempat yang berbahaya), mereka berpendapat bahwa demi desa, mereka harus tunduk pada mereka yang memiliki kemampuan yang lebih unggul. Bahkan jika Kau berumur panjang, Kau harus menyerahkan kursi Anda kepada orang lain jika kemampuanmu kalah dengan generasi yang lebih muda.
Itu adalah rasa hormat para Elder terhadap konvensi dan tradisi versus keyakinan Fraksi Pemuda dalam supremasi kemampuan, bisa dikatakan demikian.
Oleh karena itu, jika para Elder luar biasa dalam hal kemampuan murni-dalam hal ini, itu berarti hal-hal yang bisa dilihat dengan mata, seperti sihir atau kekuatan bertarung-Faksi Pemuda mungkin juga akan mengalah pada mereka. Sayangnya, para Elder tidak memiliki tingkat kemampuan itu. Dari sudut pandang mereka, orang-orang yang menemukan satu atau lain cara untuk ikut campur hanya menjengkelkan.
Namun, alasan mengapa hal ini tidak berkembang menjadi konflik total di antara mereka adalah karena empat orang di desa ini yang sangat mereka hormati - Master of the Hunt, Blueberry Egnia, Kepala Apoteker, dan Rite Master - tidak ingin menentang para tetua.
Namun, sesuatu telah mengguncang segalanya di sini.
Itu adalah keberadaan Aura.
Ranger yang luar biasa dan luar biasa. Bahkan mengingat bahwa dia adalah seorang penjelajah, kata-kata Aura memiliki bobot yang serius di antara mereka. Kata-katanya sama dengan, atau di atas, kata-kata dari empat orang di desa yang telah mendapatkan kepercayaan diri mereka sampai sekarang.
Mereka tidak bisa menahan pendapat Aura membebani pikiran mereka.
Kebetulan, mereka yang memiliki pandangan ekstrim, bahkan di antara Fraksi Pemuda, adalah para Dark Elf fanatik.
"Jadi menurutmu apa yang akan terjadi?"
Salah satu anak muda bertanya pada semua orang tanpa memindahkan garis pandangnya.
Di ujung penglihatannya adalah souvenir yang dibawa paman Aura. Karena tidak ada seorang pun yang muncul yang mengatakan bahwa mereka akan membagikannya, mereka telah dibawa ke Pohon Elf yang digunakan sebagai gudang komunal desa untuk saat ini.
"Seseorang mungkin akan membagikannya, kurasa. Para tetua?"
Jika itu adalah pola yang biasa, mungkin seperti itulah yang akan terjadi. Pada saat-saat seperti ini, orang-orang yang akan ikut campur adalah para tetua. Oleh karena itu, jika hal-hal berjalan seperti biasa, mereka akan berkomentar bahwa mereka akan mendistribusikannya sendiri terlebih dahulu, tetapi kali ini tidak ada yang mengatakan apa-apa.
Sebaliknya-
"-Aku mungkin tidak keberatan bahkan jika mereka melakukannya."
Itu adalah serangkaian keadaan di mana pendapat itu terbentuk.
Seperti yang diharapkan, hal ini berhubungan dengan Aura, yang mereka hormati.
Ketika Aura datang, dia tidak menunjukkan kepada mereka etika yang diturunkan melalui sukunya sendiri. Karena itu, mereka merasa bahwa ideologi mereka sedang dibenarkan, bahwa hal-hal semacam itu telah ditinggalkan di luar hutan, atau bahwa orang-orang yang cakap tidak mengkhawatirkan hal-hal seperti itu.
Namun, pada kemunculan paman Aura - Ainz Bell Fior - keraguan tentang ide-ide itu muncul.
Sapaan dark elf yang merupakan pamannya-yang tampaknya memiliki sedikit darah Elf yang tercampur dalam dirinya-tidak dapat dipahami oleh mereka. Karena dia tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak berarti dalam situasi seperti ini, tidak ada keraguan bahwa itu adalah apa yang para tetua sebut sebagai salam yang mematuhi etiket yang tepat.
Orang yang datang lebih dulu, Aura, tidak menunjukkan sikap seperti itu. Namun, orang yang datang kemudian, sang paman, menghormati sopan santun seperti itu.
Dari mana perbedaan ini berasal?
Meskipun mereka tidak akan mengatakannya dengan lantang, semua orang sudah menyimpulkan jawabannya.
Itu adalah perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa.
Dia, sang paman, telah membuat permintaan kepada anak-anak untuk menjaga mereka berdua. Dengan kata lain, itu berarti ia memperlakukan Aura, yang memiliki kekuatan sebesar itu, sebagai seorang anak kecil.
Itu tidak dapat dibayangkan.
Tentu saja, ketika tinggal di hutan (tempat yang keras) hal penting pertama yang harus dipelajari anak-anak bukanlah kesopanan. Ada banyak hal lain yang lebih penting dari itu-itu perlu untuk melatih mereka hal-hal yang berkaitan dengan kelangsungan hidup.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika anak-anak sama sekali tidak mengenal aturan etika, bahkan para Elder tidak pernah menunjukkan tanda-tanda mencoba untuk tanpa henti mengajari anak-anak.
Berdasarkan hal itu, yang menjadi masalah bagi mereka adalah mengapa paman Aura tidak menunjukkan sikap sopan sampai para Elder datang.
Apakah karena paman Aura memandang semua orang yang berkumpul di tempat itu sebagai anak-anak seperti dirinya? Bukan hanya yang ada di Fraksi Pemuda, tidak ada seorang pun di sana yang menunjukkan sikap sopan santun kepada pamannya. Sikap seperti apa yang akan diambil oleh orang dewasa terhadap anak-anak yang tidak tahu tentang etika semacam itu?
Tentu saja, orang dewasa tidak akan menyampaikan salam yang mengikuti aturan etika. Mereka akan memandang mereka dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan terhadap anak-anak dan memperlakukan mereka seperti itu.
Hal-hal etiket yang selama ini mereka anggap tidak ada artinya, tiba-tiba memiliki arti. Itu adalah kode yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada pihak lain, dan dia hanya menunjukkannya kepada para tetua.
Itulah jawaban yang mereka dapatkan.
"Jika kita dianggap sebagai anak-anak dengan penampilan orang dewasa oleh pamannya Aura dan kemudian kita pergi begitu saja dan membagi-bagi souvener atas kehendak kita sendiri, kita mungkin akan dianggap sebagai desa di mana anak-anak yang memegang kendali-atau lebih buruk lagi-sebuah desa orang biadab yang bahkan tidak tahu apa itu etika."
"Bahkan jika kita tidak bisa memberikan sapaan yang mengikuti etika yang tepat, dia mungkin tidak akan memutuskan bahwa kita adalah anak-anak hanya karena itu...tapi mungkin saja. Jika itu terjadi, ketika dia kembali ke kota, akan dibicarakan di sekitar bahwa di desa Dark Elf yang tinggal di hutan, ada sekelompok orang kekanak-kanakan yang suka membuang-buang berat badan mereka, kau tahu."
"....Aku membenci itu."
"Ya, aku merasakan hal yang sama. Desa ini ditertawakan oleh dunia luar sedikit-tidak, sangat tidak menyenangkan."
".... Alasan mengapa dia tidak menyapa kita dengan cara yang mengikuti aturan etiket mungkin untuk menilai nilai kita."
"Ya, aku pikir jika kita merespon dengan etika yang tepat, maka sikap Fior-dono akan berbeda."
Tentu saja ada beberapa perasaan bahwa mereka telah di-pigeonholed, tetapi itu mungkin tidak dilakukan karena kebencian. Daripada itu, apa manfaatnya bagi pihak lain untuk bersikap jahat dan masih melakukan kontak dengan mereka? Tentu saja, itu bukan seolah-olah tidak ada kemungkinan bahwa dia hanya memiliki kepribadian yang busuk.
"....Aku tidak bisa benar-benar setuju dengan itu karena berbagai alasan, tapi kita tidak punya pilihan selain menyerahkannya pada para Elder, yang mengikuti aturan Elder, bagaimanapun juga."
Karena dia tampaknya telah menyapa para tetua dengan cara yang sesuai dengan etika yang tepat, para tetua pasti juga akan bersikap sopan kepadanya. Dalam kondisi saat ini, sang paman bisa dianggap telah memberikan penghormatan kepada para tetua tetapi tidak kepada mereka. Jika para tetua membagi-bagi souvenir, maka sang paman tidak akan menganggapnya aneh.
"Ya, itu benar. Jika kita tidak melakukan apa-apa maka para Elder akan membagi semuanya atas kemauan mereka sendiri. Dan kemudian...satu-satunya yang bisa kita minta untuk melakukannya adalah Chief Pharmacist dan Rite Master, yang tidak ada di sana...tapi bagaimana menurut kalian?"
"Mereka berdua...terutama Chief Pharmacist, akan benar-benar membencinya."
Chief Pharmacist adalah tipe orang yang akan merasa melakukan hal semacam ini merepotkan, dan jika mereka ditolak oleh Rite Master, itu akan berakhir diserahkan pada para tetua.
"...Baiklah. Kita sudah mencapai kesepakatan. Untuk saat ini, kita telah menyelesaikan tugas yang diminta untuk kita lakukan. Mari kita pergi dari sini."
"Ya, mari kita lakukan itu. Dan kemudian...haruskah kita belajar aturan etika dasar dari para tetua?"
Semua anak muda itu tampak enggan untuk melakukannya.
Itu karena sampai sekarang mereka telah menyimpulkan bahwa etika itu tidak ada gunanya. Mereka tidak ingin diperlakukan seperti anak-anak lagi.
Itulah sebabnya menundukkan kepala mereka kepada para tetua pada saat itu tidak menyenangkan.
Anak-anak muda, yang memiliki perasaan campur aduk, menghela napas berat dari lubuk hati mereka.
"Juga...ada pembicaraan tentang mengadakan pesta penyambutan setelah Fior-dono dan adiknya Aura-dono datang...apa yang kita lakukan? Tentunya juga harus ada cara untuk mengadakan pesta yang sesuai dengan etika. Gagal bersikap sopan akan memalukan, bukankah begitu?"
"Kita mungkin akan baik-baik saja dengan pestanya...tetapi desa yang dinilai hanya sebagai kumpulan anak-anak yang tidak tahu sopan santun itu merepotkan. Mari kita serahkan pengaturan pesta kepada para tetua."
"Tidak apa-apa. Jika para tetua...meskipun itu mengganggu saya untuk mengakui hal ini, mereka mungkin akan menyelesaikan bagian itu dengan benar."
♦ ♦ ♦
Sementara para Elder dan anak-anak muda masing-masing merasa kebingungan tentang apa yang akan terjadi ke depannya, ada kelompok lain yang juga berada di ujung akal mereka.
Mereka terdiri dari enam orang anak-anak kecil.
Mereka telah berkumpul membentuk lingkaran dan di antara mereka, yang paling bingung adalah anak pertama yang menerima permen dari Ainz-dengan kata lain, anak yang telah diminta untuk bermain dengan Aura secara langsung.
Memang benar bahwa anak-anak itu memiliki rasa ingin tahu yang kuat tentang gadis yang berasal dari tempat jauh yang tidak dikenal yang disebut kota itu.
Bahkan sekarang mereka tertarik, ingin berteman, dan ingin bermain dengannya. Meskipun demikian, ada alasan mengapa mereka hanya memandangnya dari kejauhan dan tidak pernah mendekatinya.
Itu karena mereka hidup di dunia yang berbeda.
Bahkan jika gadis yang memiliki kemampuan yang melampaui pemburu nomor satu di desa itu dekat dengan mereka dalam hal usia, perbedaan dalam kedudukan mereka berada di urutan antara langit dan bumi. Mereka tidak bisa begitu saja mendekati dan memulai percakapan dengan orang semacam itu.
Bahkan jika Kau melihat orang super terkenal yang sangat kau hormati, sangat normal merasa ragu-ragu untuk berbicara dengan mereka.
Namun, mulai saat ini, mereka harus melakukan itu.
"Apa yang akan kita lakukan? ...Permainan apa yang harus kita mainkan dengan mereka? ...Apa artinya bermain jika kontes kemampuan atletik tidak bisa kita mainkan?...? Jadi pada dasarnya itu berarti hal-hal selain memanjat pohon, yang menggunakan tubuh Kita, atau sesuatu yang lain ...? Tidak ada permainan seperti itu..."
Bisa dibilang alasan anak-anak Dark Elf optimis mengajak Aura bermain bersama mereka adalah karena permen yang mereka terima beberapa saat yang lalu, tapi bisa juga dibilang karena mereka ingin mencoba bermain dengannya lebih dari itu juga. Dalam arti tertentu, bisa dibilang bahwa tawaran Ain telah menjadi anugerah bagi mereka.
"Bagaimana dengan 'What's in the Leaves?"
"What's in the Leaves?" adalah apa yang disebut Petak umpet oleh ras lain.
"Aku tidak tahu tentang anak laki-laki yang datang hari ini, tapi gadis itu adalah ranger yang sangat luar biasa, kau tahu? Dia akan menemukan kita semua dengan cepat. Kita tidak bisa melakukan hal yang sama untuknya."
"Siapa yang peduli jika kita ditemukan? Bukan itu yang dimaksud dengan bermain, bukan?"
"tolol. Mengajaknya bermain bersama kita berbeda dengan bersaing bersama kita."
Anak-anak lain yang mendengarnya bersiul kagum.
"Kau sangat keren Ku-chan!"
"Itu baru Ku-Chan yang kami kenal!"
"Whoa! Jangan mengatakan sesuatu yang begitu jelas!"
Ku-chan-Orange Kunas.
Sementara anak yang menerima permen dari Ain memiliki senyum sombong di wajahnya, dia menenangkan semua orang dan membuat mereka kembali terkendali.
"Yah, mengesampingkan fakta bahwa aku cukup keren, apakah kalian memikirkan sesuatu untuk dimainkan yang bukan sebuah perlombaan dan bukan juga kontes kemampuan atletik?"
"Memanjat Poho...adalah sebuah kontes, bukan."
Di antara anak-anak yang sedang berpikir keras, salah satu gadis yang lebih tua bertanya.
"Yah, jika seperti itu, tidak bisakah kita meminta mereka mengajari kita permainan yang mereka mainkan di kota?"
"Haa." Setelah Kunas menghela nafas panjang, dia menjawabnya dengan tegas.
"Apakah kau bodoh?."
"Apa maksudmu, 'bodoh'"
"-Apa, kau gila? Jika kamu ingat apa yang dia katakan, memanggilmu bodoh akan lebih tepat. Dia mengatakan untuk mengajak mereka memainkan sesuatu yang tidak bisa dimainkan di kota, sesuatu yang hanya bisa dimainkan di desa ini, bukan? Jangan bilang kau sudah lupa?"
"...Apakah dia mengatakan itu?"
"Ya, dia mengatakannya. Jadi sesuatu yang bisa kita mainkan yang tidak bisa...dimainkan di kota, sebenarnya apa? Maksudku, permainan apa sih yang mereka mainkan di kota? Haruskah kita mulai dengan bertanya kepada mereka tentang itu?"
"Sesuatu yang unik di desa...pergi ke hutan, lalu?"
"Hentikan itu!" Setelah mendengar saran seseorang, Kunas memiliki ekspresi tegas di wajahnya. "Ini bukan seolah-olah kalian tidak tahu apa yang terjadi pada Ar-kun, kan!"
Semua orang terdiam. Di antara mereka, anak yang telah membuat proposal, menjadi pucat.
Di dalam desa relatif aman, tetapi daerah di sekitarnya berbeda. Jika anak-anak pergi ke hutan untuk bermain sendiri, bahaya akan menimpa mereka. Tentu saja, mereka mungkin akan baik-baik saja jika hanya sekali atau dua kali. Namun, keberuntungan itu tidak akan bertahan selamanya. Adna aak-anak yang tidak pernah kembali, dan orang dewasa tidak melakukan apa-apa.
Mereka bahkan tidak melakukan hal yang paling sederhana seperti mengawasi pertemuan anak-anak, atau melakukan pengawasan pada anak-anak.
Bahkan jika ada yang tidak pernah kembali, itu dianggap sebagai pengorbanan yang diperlukan karena melanggar arahan orang dewasa dan mengekspos diri mereka sendiri ke dalam bahaya.
Jika mereka bisa mengajarkan anak-anak lain tentang bahaya hutan melalui kematian satu anak, itu tidak akan dianggap sebagai kerugian besar.
Sebaliknya, gagasan tentang mereka tumbuh tanpa mengetahui bahaya hutan lebih menakutkan.
Faktanya, tidak ada satu pun orang dewasa di desa ini yang tidak memiliki teman di masa kecil mereka yang menjadi korban hutan. Karena alasan ini, mereka sangat takut terhadap hutan. Dengan kewaspadaan, mereka mampu menjalani kehidupan mereka di desa ini. Inilah yang dimaksud dengan hidup di hutan ini.
"Aku tahu kalian pasti berpikir bahwa 'gadis itu adalah seorang ranger dengan kemampuan yang luar biasa, jadi lebih aman pergi ke hutan bersamanya daripada dengan orang dewasa.' Tapi, itu terlalu berbahaya bagi kita. Bawa Iris dan-" Kunas menunjuk ke arah anak laki-laki terkecil. "-ku, kekuatan fisik dan hal-hal lain yang kami miliki sangat berbeda, kan? Setidaknya, kalian harus bisa memanjat pohon dengan cepat."
"Jadi apa yang kita lakukan?"
Mereka kembali ke topik itu
.
"Jadi kurasa kita harus bertanya pada mereka berdua tentang apa yang mereka lakukan untuk bersenang-senang di kota."
"Maksudku, tempat seperti apa yang dimaksud dengan kota? Apakah ada lebih banyak pohon daripada yang ada di sini, menurutmu? Apakah kota adalah tempat yang penuh dengan binatang buas sehingga gadis itu bisa menjadi ranger yang luar biasa?"
Setelah anak-anak bertukar pandang, mereka secara reflek menatap Kunas.
Dengan ekspresi kemenangan di wajahnya, Kunas menjawab.
"Aku mendengar seluruh cerita dari orang dewasa yang pergi berburu bersamanya."
"Itu Ku-chan kita. Kau luar biasa!"
"Kau benar-benar luar biasa, Ku-chan."
"Heh, Heh, Heh...Sepertinya kota adalah tempat di mana bukan hanya Elf atau Dark Elf, tapi juga banyak orang dari berbagai ras lain ada di sana. Kedengarannya seperti tidak ada pohon sama sekali. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa banyak rumah yang terbuat dari batu bata, tanah liat, dan berbagai hal aneh lainnya di sana."
"Dari tanah... Jadi seperti yang dilakukan Garicus?"
(T/N: Aslinya adalah čøč»äŗŗ(Furigana: ļ½øļ¾ļ¾ļ½“ļ½²ļ½ø), Hitori cuma menebak-nebak hasil terjemahannya ke En, jadi saya tulis 'berbagai hal aneh lainnya').
Nama salah satu ras yang tinggal di hutan ini muncul.
Garici juga omnivora, tetapi karena mereka tidak memakan makhluk yang punya kecerdasan, bahkan jika mereka bertemu dengan Dark Elf di hutan, mereka berdua akan menjaga jarak dan diam-diam melewati satu sama lain. Sepertinya tempat tinggal mereka berbentuk seperti kotak-kotak tanah yang mengeras.
Anak-anak membayangkan sebuah padang rumput dengan banyak kotak-kotak itu, mereka memiringkan kepala mereka dengan bingung karena mereka tidak bisa memahaminya.
"Whoa. Mereka datang dari tempat yang menakjubkan..."
"Aku merasa ingin mendengar lebih banyak tentang kota ini..."
"Dengar. Bahkan jika kita bertanya pada mereka tentang hal itu, itu bisa berubah menjadi sesuatu yang mereka mainkan bahkan di kota, maka jumlah permainan yang kita siapkan akan berkurang, bukan? Dengan kata lain, kita harus mempersiapkan beberapa permainan untuk dimainkan, bukan?"
"Argh!"
Sekali lagi, anak-anak itu merenung.
Ini benar-benar sulit.
"Tunggu, bagaimana dengan Playing House?"
(Komoe Note: Playing house = rumah-rumahan. Ke depannya saya tulis rumah-rumahan biar kalimatnya masuk akal)
Gadis terkecil bergumam.
Ketiga anak laki-laki tertua tampak sedikit enggan.
Seperti yang Kau duga, mereka mungkin ingin mengatakan bahwa mereka sudah melampaui permainan semacam itu. Namun-hanya Kunas yang terlihat seperti berpikir itu mungkin bukan ide yang buruk.
"Tentu saja, jika itu adalah permainan rumah-rumahan, itu tidak akan menjadi kontes kemampuan atletik atau apapun, bukan? Tidak, tidak ada yang lain selain itu!"
"Tapi itu bukan sesuatu yang hanya bisa dimainkan di hutan, bukan? Ini adalah sesuatu yang bisa Kau lakukan di mana saja!"
"Yang harus kita lakukan adalah memainkan versi rumah-rumahan yang unik di desa ini."
Sebuah versi rumah-rumahan yang unik untuk desa...
Rumah seperti apa itu? Kecuali Kunas, sang pembicara, tidak ada yang memberikan indikasi bahwa mereka tahu.
"Juga, anak laki-laki yang datang belakangan. Dia terlihat seperti dia tidak terlalu mahir dalam kegiatan fisik, jadi bermain rumah-rumahanmungkin bukan ide yang buruk. Pada usia itu mereka mungkin masih bermain rumah-rumahan, kan?"
"Tidak!"
Salah satu anak laki-laki, yang seumuran dengan Aura, berkata. Anak-anak di sekitarnya membalas dengan, "apa?"
"Kau bermain rumah-rumahan sendiri."
"Itu bukan bermain rumah-rumahan! Aku sedang bermain Dark Elf Heroes!"
Percakapan anak-anak itu bergeser ke diskusi tentang apa perbedaan antara Bermain Rumah dan bermain Dark Elf Heroes.
♦ ♦ ♦
Menerima petunjuk Blueberry, Ainz tiba di sebuah Pohon Elf. Tentu saja, Ainz tahu dimana Aura tinggal. Oleh karena itu, ia merasa tidak perlu dituntun kesini . Tapi, karena hari ini adalah pertama kalinya Ainz datang ke sini dengan resmi, ia tidak bisa bertindak seolah-olah ia tahu.
Karena ia tidak melihat mereka di luar, sepertinya mereka telah masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
"Terima kasih banyak karena telah menunjukkan jalan ke sini."
Apakah ada sesuatu yang dia ingin tahu? Blueberry, yang bertingkah seolah-olah dia sedang memeriksa Pohon Elf, berkata dengan suara yang terdengar kecewa.
"Saya senang sepertinya saya bisa membantu Anda. Jika ada hal lain yang anda butuhkan, tolong beritahu saya. Haruskah saya membawa barang bawaan Anda ke dalam?"
"T-tidak, aku tidak mau merepotkanmu. Tolong jangan pedulikan itu."
"Benarkah begitu? Anda boleh bertanya apa saja kepada saya, jika Anda mau?"
Ainz tidak tahu kenapa, tapi Blueberry mendekatinya tanpa ragu-ragu.
Manusia memiliki konsep yang disebut ruang pribadi. Mungkin bagi Dark Elf, ruang pribadi itu lebih dekat daripada manusia biasa?
Ketika dia memikirkannya, tinggal di tempat berbahaya di mana monster bisa muncul di daerah sekitarnya seperti desa ini juga berarti kau harus bekerja sama dengan orang lain untuk bertahan hidup. Mungkin itu bahkan diungkapkan dalam situasi seperti ini. Meskipun begitu, tidak ada satu hal pun yang ingin dia minta untuk dilakukan.
"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya menuntunku sampai ke sini sudah lebih dari cukup."
"Begitukah...Kalau begitu, Fi...To-tolong sampaikan salamku pada Aura-san."
{...Kenapa hanya Aura? ...Ah! Jadi itu alasan sebenarnya!} Ainz telah sampai pada kesimpulannya. {...Sial. Aku lupa memperkenalkan Mare, bukan? Aura memanggil namanya, tapi hanya itu saja}.
Namun, manfaat memperkenalkan Mare pada orang dewasa tidak terlalu besar. Karena ia hanya perlu membuat anak-anak tahu siapa Mare, ia hanya bisa membiarkan Aura mengurus itu.
"Baiklah. Aku akan menyampaikannya padanya."
Melihat Blueberry, yang terus menatapnya, Ainz masuk ke dalam Pohon Elf dan, seperti yang ia duga, mereka berdua menunggunya di sana.
"Kerja yang ba..." Ainz tiba-tiba ragu-ragu dan mengoreksi bentuk sapaannya. "Tidak, maaf telah membuat kalian menunggu."
"Aku tahu ini mendadak, tapi apa yang akan kita lakukan dari sini-"
"-Tunggu. Mari kita hentikan dengan kata-kata hormat yang berlebihan. Aku paham betul bahwa jika kita memiliki telinga Aura sang ranger, maka tidak peduli siapapun Dark Elf pun di desa ini yang mencoba merayap ke arah kita, dia tidak akan gagal mendengar langkah kaki mereka. Dengan kata lain, saat ini, tempat ini aman, yang berarti tidak ada masalah mengenai jenis bahasa yang kita gunakan. Namun, akting adalah sesuatu di mana jika kau tidak selalu tepat sasaran, hal sekecil apapun bisa mengungkapkan kesalahan dalam penampilanmu-Sementara kita berada di desa ini, aku adalah paman Aura. Kalian tidak perlu menggunakan kata-kata hormat denganku."
"Uu," Aura mengerang. Ketika ia melirik Mare, yang berada di sebelahnya, ia menurunkan tatapannya sedikit saja. Kemudian, sambil menatap Ainz dengan mata terbalik, dia bertanya.
"Err, paman. Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Mare mengangguk setuju di sampingnya.
"Bagus. Attagirl...Tidak, cara bicara seperti ini juga canggung bagiku sebagai paman Aura. Dengan perasaan yang sama seperti beberapa saat yang lalu...tidak apa-apa, Aura. Mungkin seperti ini?"
(T/N: Ainz menggunakan kata ć°ćć (bagus) di sini)
Aura menunjukkan ekspresi yang bisa dibilang, senyum yang dipaksakan, tidak nyaman, atau bahkan dia malu. Mengkonfirmasi bahwa itu bukan sikap "tidak baik"-bahkan jika ia mengatakan itu tidak baik, ia bermaksud agar mereka mengambil sikap yang lebih santai dari bagaimana biasanya Ainz memerintahkan kepada mereka berdua.
"-Sekarang, tidak, mungkin lebih tepatnya, mari kita lihat? Untuk saat ini, seperti yang telah kita rencanakan di awal, rencana kita untuk tinggal di desa ini paling lama seminggu, tidak berubah...tidak berubah, apakah itu lebih baik? Karena kita tidak tahu bagaimana situasi mungkin akan berubah-atau sedang berubah-aku tidak bisa mengatakan apapun dengan pasti, tetapi aku berencana untuk santai dan mengumpulkan beberapa informasi untuk saat ini."
"Oh, uh, baiklah, paman. Ketika Paman mengatakan informasi, informasi seperti apa itu?"
"Bagus, Mare. Itu terdengar luwes!"
Ainz juga merasa bahwa ini tidak jauh berbeda dari cara bicara Mare yang normal, tapi untuk saat ini, dia akan memujinya. Setelah melirik ekspresi malu-malu Mare, ia memulai penjelasannya. Mare bahkan telah bertanya padanya tentang hal itu dalam perjalanan ke sini, tapi ia mengatakan bahwa ia akan menjelaskan semuanya begitu Aura bersama mereka untuk mengulur waktu.
Berkat itu, ia punya waktu untuk mempersiapkan alasan mengapa mereka tinggal di sini.
"Ini segalanya! Segala sesuatu tentang desa Dark Elf ini. Karena setelah ini, mungkin akan tiba saatnya aku akan meminta kalian berdua bertindak seperti Dark Elf pada umumnya. Tidak, momen seperti itu mungkin tidak akan pernah datang. Namun, jika saat itu tiba, Kalian akan dianggap mencurigakan jika Kalian bertindak tanpa mengetahui apa kebiasaan para Dark Elf. Oleh karena itu, kita akan memikirkan masa depan selagi kita masih bisa, jadi aku telah berpikir, bagaimana jika kita bisa merasakan langsung adat istiadat Dark Elf walaupun hanya sebentar di desa ini?
Bukankah itu alasan yang cukup bagus? Dan bagian penting akan segera muncul.
"Mungkin juga akan tiba saatnya ketika aku perlu meminta kalian berdua secara khusus bertindak seperti anak-anak Dark Elf pada umumnya. Jadi bagaimana kalau kalian berdua mencoba bermain dengan anak-anak lain? Tentu saja! Ini bukan perintah atau semacamnya. Aku tidak keberatan jika kalian melakukannya dengan cara yang lebih baik dan berbeda."
Dari perspektif rencana untuk membuat mereka berdua berteman dengan anak-anak lain, instruksi ini mungkin sedikit terlambat. Jika dia melangkah ke dalamnya sedikit lagi, itu akan menjadi perintah, tetapi jika dia tidak melakukannya, ada kemungkinan besar bahwa mereka tidak akan bergaul dengan anak-anak.
Namun, mereka berdua memiliki ekspresi penasaran di wajah mereka adalah sesuatu yang tidak dia duga.
{Apa? Mengapa? ...Aku pikir itu akan sempurna karena aku menyempurnakan simulasiku tentang bagaimana mereka akan meresponnya berulang-ulang. Apakah aku ketinggalan sesuatu?}
"Apa kau yakin tidak apa-apa...err...tidak apa-apa untuk tidak mengumpulkan informasi tentang Theocracy?"
Kali ini Ainz yang memiliki ekspresi penasaran di wajahnya pada pertanyaan Aura. Bagaimanapun juga, bahkan gerakan sekecil apapun tidak akan terlihat pada wajah ilusi.
Mengapa mereka bahkan membicarakan informasi tentang Theocracy? Secara mental, Ainz memiringkan kepalanya dalam kebingungan.
Seharusnya ia telah mengatakan kepada mereka bahwa ini adalah Cuti Nazarick. Dia ingat pernah mengatakan bahwa ini sekaligus bisa menjadi ujian apakah Nazarick bisa berfungsi tanpa masalah bahkan dengan tiga petingginya-Ainz, Aura, dan Mare-tidak ada. Namun-
{Aku tidak pernah berbicara tentang mendapatkan informasi tentang Theocracy, kan? Karena tidak seperti Albedo atau Demiurge, nilai karma mereka tidak serendah itu}.
Mari kita abaikan saja apa yang mereka berdua lakukan di Kerajaan, untuk saat ini.
Secara keseluruhan, perasaan kekerabatan apa pun yang mungkin dimiliki keduanya mungkin hanya meluas ke Elf dan Dark Elf, atau mereka mungkin hanya membenci manusia.
"Ooh, itu benar. Jika kita bisa mendapatkan informasi tentang Theocracy, Aku ingin kalian juga menelitinya.
"Ya! Saya Mengerti! Huh? Aku paham...?"
Tersenyum pada Aura, yang tampaknya belum terbiasa berbicara dengan cara ini, Ainz melonggarkan tali pada barang bawaan mereka.
"Oke. Kita tinggal di sini paling lama seminggu. Mari kita mulai menata barang dagangan kita."
Kelompok Ainz telah membawa peralatan makan buatan Dwarf dan berbagai hal lainnya bersama mereka, barang-barang telah menjadi beban yang cukup berat. Ini adalah hal-hal yang dimaksudkan untuk menarik minat Dark Elf, sama seperti souvenir yang baru saja mereka bawa beberapa waktu lalu. Itu juga karena alasan itulah mereka harus ditata sedemikian rupa sehingga akan dipenuhi dengan daya tarik dan tidak hanya ditempatkan secara sembarangan.
Dengan kata lain, mereka sedang membuat showroom.
Sementara Ainz, yang sama sekali tidak percaya diri dengan selera estetikanya, sedang berkolaborasi dengan si kembar untuk menghias Pohon Elf, Aura berhenti bergerak.
"Paman. Suara langkah kaki enam orang sedang menuju ke arah sini dengan lurus. Tidak ada indikasi bahwa mereka menghapus kehadiran mereka dan mereka mendekati kita. Menilai dari ringannya langkah kaki, mereka adalah anak-anak, kurasa?"
{Oh.} Ainz juga berhenti mendekorasi dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk. Dia benar-benar tidak membayangkan bahwa mereka akan datang hari ini. Saat Ainz merasa berterima kasih pada anak-anak itu, wajah anak laki-laki yang dia berikan permen mengintip dari pintu masuk.
Biasanya, anda akan menyebut tindakan mengintip ke dalam rumah orang lain sebagai tindakan yang tidak sopan, tetapi tampaknya hal itu normal di desa ini.
"Hai, aku ingin tahu apakah mungkin kalian datang untuk mengundang Aura dan Mare untuk bermain?"
"Ya, eh, ya. Itu benar."
Apakah ia sedikit terkejut dengan penampilan ruangan itu? Ainz memberikan senyuman lebar kepada anak laki-laki yang menjawab dengan gugup.
"Aku mengerti. Aku mengerti. Kami sudah menunggumu. Baiklah kalian berdua, pergilah dan bermainlah dengan anak-anak yang lain."
"Eh? Uh, umm, un-paman. Hanya saja, kamu tahu. Ruangannya belum dibersihkan...."
"Oh, tidak apa-apa, Mare. Pamanmu akan mengurus sisanya. Serahkan saja semuanya padaku! Uh-oh, pamanmu tidak terlalu percaya diri dengan selera estetikanya. Kalau nanti kau mengatakan bahwa ini harus ditata dengan cara lain, kita akan melakukannya! Ha-ha-ha."
Aura dan Mare tampak kaget melihat Ainz yang tertawa.
Tentu saja, jika itu Ainz yang biasa, dia tidak akan tertawa dengan "ha-ha-ha" atau bahkan sama sekali, jadi bukan seolah-olah dia tidak mengerti perasaan mereka. Meskipun dia berpikir personanya sebagai paman sedikit tidak wajar, jika dia ditanyai tentang hal itu nanti, dia akan bersikeras bahwa dia hanya berakting.
"-Jika itu yang paman katakan... Aku mengerti! Aku datang, beri aku waktu sebentar. Kalau begitu, ayo kita pergi Mare."
"Y- ya."
Si kembar keluar, dan senyum kepuasan yang datang dari lubuk hatinya terlihat di wajah Ainz.
{Ini membuatku ingin memberikan lebih banyak permen kepada anak-anak yang datang untuk mengajak Aura dan Mare bermain bersama mereka sebagai tanda terima kasihku! Tidak, tunggu sebentar...? Bagaimana reaksi mereka berdua jika mereka tahu anak-anak itu datang untuk mengundang mereka karena keinginan mereka akan permen? Mereka mungkin akan terkejut}.
Sejujurnya, dia tidak berpikir mereka berdua akan menanyakan hal ini, tapi-
{Itu karena aku bukan Chagama-san. Bukan juga karena aku tahu segalanya tentang mereka berdua. Karena itu, aku mungkin harus bertindak berdasarkan asumsi bahwa mereka akan terkejut, bagaimanapun juga. Jika ini menjadi semacam trauma dan mereka mengatakan mereka tidak bisa berteman, aku tidak akan pernah bisa menghadapi Chagama-san. Karena itu, aku ingin tahu permainan apa yang akan mereka mainkan?}
Ainz menyipitkan matanya dan merindukan masa lalu.
Masa-masa kejayaan Suzuki Satoru. Dia teringat sosok empat puluh orang itu-dan satu orang lagi-yang berkumpul bersama dalam sebuah permainan bernama YGGDRASIL.
Teman-teman yang berkumpul bersama di sana-masing-masing hidup di dunia mereka yang berbeda.
Mereka yang tinggal di arkologi Mega Corp, mereka yang tinggal di Dome Cities yang lebih rendah, orang-orang seperti Satoru yang tinggal di lingkungan yang keras, dan mereka yang bertahan di lingkungan yang bahkan lebih buruk.
Permainan yang sama menyatukan orang-orang asing yang tidak akan memiliki kontak satu sama lain.
"...Permainan bisa menembus perbatasan daerah. Itu memang menembus perbatasan daerah. Tidak, aku ingin tahu apakah benar jika dikatakan bahwa hanya melalui game seseorang bisa menembusnya? Dan akhirnya...kalian bisa menjadi teman bahkan jika kalian hidup di dunia yang berbeda, seperti aku...seperti yang kita lakukan..."
Guardian yang sangat kuat dan anak-anak yang lemah. Ketika mereka meninggalkan tempatnya, hubungan mereka mungkin juga akan hilang. Namun-
"-Aku akan sangat gembira jika mereka mengetahui bahwa keberadaan teman adalah hal yang luar biasa ini."
Itu wajar saja, tetapi sosok mereka berdua tidak berada di ujung garis pandangnya.
Namun, seolah-olah ia bisa melihat sosok si kembar.
Jika mereka bermain dengan anak-anak dan ternyata mereka tidak bisa akur, maka ia tidak tahu mau bagaimana lagi.
Hal yang sama juga terjadi pada Ainz. Dia tidak tahu persis berapa banyak Player yang pernah berinteraksi dengannya di YGGDRASIL, tapi mungkin jumlahnya cukup banyak. Namun, hanya ada empat puluh satu orang yang bisa dia sebut teman.
Bukan berarti dia bisa membangun persahabatan dengan setiap orang yang dia temui.
Yang mereka berdua butuhkan hanyalah kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang mereka pikir bisa menjadi teman. Jika mereka belajar bahwa berteman tidak terlalu buruk, maka ia akan menganggap semua yang terjadi di sini sebagai sebuah kesuksesan.
Ainz mengalihkan pandangannya ke arah jari manis tangan kanannya, saat ini ia sedang tidak mengenakan cincin, dan tersenyum sedikit-
{Aku juga pernah memikirkan hal ini sebelumnya, tapi bukankah seharusnya aku berjuang agar Demiurge, Albedo, atau bahkan Shalltear bisa berteman? ...Yah, mungkin tidak}.
Dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, karena hanya memikirkannya sedikit saja telah merusak suasana hatinya yang baik.
{Setelah itu, kenapa tidak ada orang yang datang menemuiku? Dari apa yang kudapat ketika aku menguping dengan [Perfect Unknowable], mereka seharusnya mengadakan pesta penyambutan kapan saja, kan? Apakah mereka akan datang menjemputku jika sudah waktunya? Jangan bilang mereka berencana untuk membuat kejutan?}
Dia juga memiliki keadaannya sendiri, jadi diundang secara tiba-tiba akan merepotkan.
Bagaimanapun juga, fakta bahwa Ainz tidak bisa makan makanan akan menjadi masalah. Dia tidak tahu pesta macam apa yang mereka adakan, tetapi jika itu adalah hal yang biasa, maka bahkan di antara pertemuan orang-orang yang kuat dan berpengaruh di desa, makanan juga akan diletakkan di depannya. Dalam situasi di mana dia sama sekali tidak bisa menyentuh makanan itu, bagaimana reaksi pihak lain?
Tidak diragukan lagi mereka tidak akan berpikir baik tentang dia.
Jika mereka benar-benar ras yang berbeda, mereka mungkin akan berpikir bahwa hal semacam ini normal dan tuan rumah yang menyediakan makanan yang tidak enak bagi tamu mereka harus dicela. Namun, Ainz telah berubah menjadi Dark Elf dengan sihir ilusi. Jadi, meskipun mungkin ada beberapa makanan yang dia bisa katakan tidak bisa dia makan karena alergi, dia pun tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak bisa makan makanan apapun. Itu akan mustahil untuk menutupi dengan alasan yang biasa dia gunakan.
Untuk alasan ini, penting baginya untuk mengambil inisiatif dan mempersiapkan alasan sebelumnya.
{Atau mereka bersikap bijaksana, berpikir bahwa aku mungkin lelah, jadi mereka tidak berniat untuk datang dan menjemputku segera? Kalau begitu, aku tidak keberatan jika mereka menunda pestanya sendiri, tapi itu masih akan menjadi masalah bahkan jika mereka datang menjemputku setelah mereka menyelesaikan persiapannya...Haruskah aku menemui mereka?} Ainz merenung sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. {Tidak, mari kita menyerah pada ide itu. Lalu...jika seseorang datang, haruskah aku bertanya pada Dark Elf itu apakah mereka akan menyampaikan pesan untukku?}
Ainz mengingat pemandangan yang telah dilihatnya ketika dia bersembunyi di desa dalam keadaan [Perfect Unknowable].
{Makan pagi dan malam biasanya dilakukan bersamaan, tapi dari segi waktu seharusnya sekarang, kan? Lalu bagaimana kalau aku mencoba bertanya pada orang yang akan membawakan makanan? Atau mungkin terlepas dari fakta bahwa aku adalah seorang penjelajah atau bukan, makanan dibagikan berdasarkan kontribusi seseorang terhadap desa? Jika demikian, maka mereka tidak akan membawakan banyak makanan untuk kita yang tidak bekerja? Tidak, seharusnya tidak demikian, Aura telah bekerja keras dan aku membawa banyak oleh-oleh. Mereka mungkin akan memberi kita makanan yang banyak selama seminggu bahkan jika kita tidak bekerja.
Tentu saja, bahkan Ainz tidak berniat untuk tidak bekerja. Dia menyebut dirinya sendiri sebagai caster sihir tipe arcane. Jika dibatasi hingga Tingkat Keempat, dia bahkan berniat untuk menggunakan sihir jika tiba saatnya diperlukan. Dia bahkan siap untuk pergi berburu menggantikan Aura.
Karena dia tidak tahu bagaimana hubungan mereka akan berkembang mulai sekarang, dia tidak berniat menerima hadiah apapun.
{Mungkin masih sedikit terburu-buru dari segi waktu. Jika mereka datang, aku hanya akan memberitahu mereka. Jika mereka tidak datang, maka aku bisa mendatangi mereka. Selain itu...ada juga informasi yang ingin aku dapatkan}.
♦ ♦ ♦
Setelah dia dikirim keluar oleh tuannya, Aura telah memutar otaknya sepanjang waktu.
Usulan tuannya adalah untuk "bermain dengan anak-anak untuk mempelajari adat istiadat Dark Elf." Namun, keraguan tentang itu muncul di benaknya.
Bukan karena ia pikir anak-anak tidak tahu apa adat istiadatnya, atau bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki adat istiadat, dia merasa bahwa tidak masuk akal untuk berpikir bahwa dia bisa memahami adat istiadat Dark Elf dari hal-hal yang bisa dia pelajari dari anak-anak. Bukankah hal-hal yang dia pelajari dari orang dewasa akan menjadi adat istiadat Dark Elf yang tinggal di Great Sea of Trees ini? Dia merasa berbahaya untuk belajar dari anak-anak, meskipun mereka tidak tahu apa adat istiadat yang benar untuk perbandingan yang tepat.
{Melarang pandangan yang salah tentang adat istiadat itu sendiri mungkin tipikal untuk anak-anak, tapi aku bertanya-tanya apakah itu tujuan kenapa aku disuruh bermain dengan anak-anak? Dalam hal itu, itu akan lebih mirip anak-anak}.
Dia mungkin hanya terlalu memikirkannya. Namun, "selalu gunakan kepalamu," kata-kata yang telah diberitahukan oleh Albedo sebelum keberangkatan mereka, terlintas di kepalanya.
Saat ini, dia dan Mare adalah satu-satunya yang melayani tuan mereka. Karena itulah masalahnya, sebagai perwakilan dari Guardian dia tidak boleh menunjukkan rasa malu dan menggunakan kepalanya untuk memikirkan segala macam hal.
Dia menggenggam Kalung Akorn Emasnya, memanggil kekuatannya, dan berbicara pada Mare. Dia kemudian menerima tanggapan langsung.
『-Yeah. Aku pikir juga begitu. 』
Mare, yang menjawab, tidak menggenggam kalungnya. Itu karena ketika pengirim memintanya terlebih dahulu - aktivasi item - itu adalah tindakan yang diperlukan, tetapi tidak perlu bagi penerima untuk melakukannya, bahkan untuk melanjutkan percakapan.
『 Jika memang seperti itu, maka...mungkin ada beberapa tujuan selain kita hanya bermain bersama untuk mempelajari kebiasaan mereka? Menurutmu apa yang bisa terjadi? Karena Ainz-sama mengatakan kata "ramah" ketika dia datang ke desa ini, mungkinkah itu bagian dari itu? Karena kita bermain dengan anak-anak akan menjadi daya tarik kita terhadap gagasan bahwa kita ramah? 』
『Itu mungkin juga bagian dari itu, tapi... hmmm... Oh, mungkin kita akan membawa beberapa anak-anak? 』
『Apa? Jika memang begitu, bukankah lebih baik memenangkan hati orang dewasa? Aku rasa mereka hanya gangguan, tetapi ada orang-orang yang tampak seperti mereka dapat dengan mudah kita perdaya.』
Mereka mulai memahami makna di balik mereka yang semakin jarang bermain dengan anak-anak.
『Jika itu masalahnya, aku ingin tahu apakah Ainz-sama berpikir untuk menggunakan anak-anak untuk melakukan sesuatu? 』
Aura berkata pada Mare sambil menatap punggung keenam anak yang berjalan di depan mereka.
Mereka adalah makhluk yang lemah, rapuh, dan mereka juga bukan dari status sosial yang tinggi. Itu adalah misteri di mana letak nilai kegunaan mereka.
『Apa gunanya mereka? Sandera?』
『Aku tidak bisa sepenuhnya menyangkal kemungkinan itu, tapi aku rasa bukan seperti itu.』
"『Anak-anak... Anak-anak... Menggunakan anak-anak untuk mengumpulkan informasi?』
"『Hmmm, tapi aku ingin tahu informasi apa yang akan diketahui anak-anak?』
『Itu benar, bukankah begitu...』
Agak sulit membayangkan bahwa informasi yang hanya dimiliki anak-anak adalah informasi penting. Atau mungkinkah dia juga menginginkan informasi anak-anak karena sudah dianalisis dari berbagai sudut?
『Maksudku, ayolah, bukankah yang kau lakukan selama ini hanya menepis semua ideku? Tidakkah Kau memiliki tebakan yang akan membuatmu berkata 'ini dia!' atau semacamnya? 』
『Hmmm...』 Setelah beberapa saat berlalu, suara Mare sekali lagi bergema di kepalanya. 『Oh! Mungkinkah dia berpikir untuk membawa anak-anak ini ke E-Rantel? 』
『Aku mengerti... Itu mungkin saja, tapi jika itu masalahnya, bukankah lebih baik membawa orang dewasa saja? 』
『Anak-anak yang tidak terlalu tahu banyak tentang banyak hal lebih mudah untuk diperdaya, atau semacamnya... Hmmm. Mungkin dia berpikir untuk mengambil tidak hanya anak-anak, tetapi semua orang di desa?
『Oooh, benarkah itu? ... Tapi tahukah kau, jika targetnya adalah semua Dark Elf di desa, aku tidak berpikir dia akan menyuruh kita bermain dengan anak-anak untuk lebih dekat dengan mereka.』
Jika seperti yang dikatakan Mare, mereka akan bekerja untuk memenangkan hati orang dewasa juga. Mungkin akan berbeda jika pendapat anak-anak memiliki bobot yang besar, tapi selama tiga hari Aura tinggal di desa itu, ia sama sekali tidak melihat indikasi itu.
Bagaimanapun ia memikirkannya, ia tidak percaya bahwa anak-anak memiliki nilai khusus.
『Kalau begitu, aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar hanya untuk membina hubungan persahabatan dan mengumpulkan informasi dari anak-anak? 』
『Aku rasa hanya itu saja... Tapi kalau dipikir-pikir, mungkin memang hanya itu. Maksudku, ini memang membingungkan, tapi tidak ada hal lain yang terlintas dalam pikiran kecuali bahwa ... Yah, orang dewasa mungkin bungkam, tapi karena mereka anak-anak, mereka akan membiarkan informasi lolos begitu saja. Ya! Kalau aku adalah Ainz-sama, yang sangat menghargai informasi, itu akan menjadi rencana yang aku miliki! Kalau begitu, kita harus membahas berbagai macam subjek, bukan?
『Lakukan yang terbaik sis.』
『Semoga beruntung untukmu juga. Jika hanya kita berdua, kita bisa berbicara dengan normal, jadi kita harus berlatih, kau tahu.』
『Itu hanya karena kita menggunakan kalung...』
Anak-anak yang berjalan di depan mereka berhenti.
Di sudut desa, tidak ada peralatan bermain yang bisa ditemukan, juga tidak tampak ada sesuatu yang khusus di sana sama sekali. Tentu saja, Aura tahu bahwa peralatan semacam itu tidak ada di desa itu dari kebiasaannya berjalan-jalan di sekitarnya.
Tidak, Aura menyadari bahwa idenya sendiri salah.
Sangat mungkin salah satu anak di sini bisa menggunakan sihir untuk membuat peralatan bermain.
Dalam jangkauan inderanya sebagai seorang ranger, ia mendeteksi bahwa ada orang dewasa yang sedang mengawasi mereka-satu orang.
『Oh, orang itu. Dia memperhatikan saya lagi.』
"『Siapa dia?』
『Jangan lihat dia. Penjaga hutan terbaik di desa ini ada di jam 10 kita. Orang itu, sejak aku datang ke desa ini, dia kadang-kadang mengamatiku. Tapi dia tidak akan mendekatiku.』
『Sepertinya mereka merasa curiga, tetapi karena mereka tidak memiliki bukti konkret, mereka hanya mengawasi. Mungkin seperti itu?
『Bisa jadi. Berhati-hatilah untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuat mereka curiga padamu juga, Mare. Kita harus memberitahu Ainz-sama tentang ini nanti.』
Aura mencoba mengabaikan pria itu.
Dia mungkin berpikir bahwa ranger hebat seperti dirinya tidak akan diperhatikan, atau mungkin tujuannya adalah untuk membiarkan dirinya diperhatikan-mungkin dia bermaksud untuk diam-diam menjaga mereka dengan membiarkan mereka tahu bahwa "Aku mengawasimu."
Itu menjengkelkan, tetapi dia tidak bisa membunuhnya. Jika dia membunuhnya, itu harus seizin tuannya, dan dia harus menciptakan serangkaian keadaan di mana ia terlihat seperti telah dibunuh oleh Ankyloursus atau Magical Beast lainnya. Dia kemudian harus membuat alibi sederhana.
Yah, itu bisa dengan mudah dilakukan jika kau adalah Aura sang Beast Tamer.
"...Jadi apa yang kita lakukan di tempat seperti ini?"
"Oke! Mari kita bermain rumah-rumahan!"
Anak laki-laki terbesar berkata dengan suara keras. Sepertinya dia mencoba membuat mereka setuju melalui energi yang dia katakan.
{Rumah-rumahan?}
Tentu saja, Aura tahu permainan apa itu.
{Ini adalah jenis permainan peran, kan? Jika aku ingat dengan benar... Bukubukuchagama-sama menyesal ketika Peroroncino-sama mengatakan bahwa, "Aku ingin menjadi bayi dan meminta ibu mengusap kepalaku dan mengatakan padaku semuanya akan baik-baik saja."... Apakah itu yang akan kita lakukan? }
Aura membayangkan dirinya mengusap kepala Shalltear dan berkata "Hush. Hush. Kau akan baik-baik saja."
{Ah, jadi permainan seperti itu...Tapi apakah aku akan melakukan itu, atau aku yang akan melakukannya?...}
Masih akan baik-baik saja jika dia harus mengambil peran sebagai ibu, tetapi memiliki peran sebagai bayi itu memalukan. Atau daripada hanya sekedar bermain peran, bukankah itu akan menjadi penghinaan bagi Bukubukuchagama-sama jika dia, yang telah diciptakan sebagai Floor Guardian oleh Supreme Beings, memainkan peran sebagai bayi?
{Meskipun Yamaiko-sama dan Ankoro Mocchi Mochi-sama tertawa ketika mereka mendengar tentang tindakan Peroroncino-sama...Bukubukuchagama-sama mungkin akan marah padaku...}
Cukup mudah untuk mengatakan dia tidak ingin memainkan permainan itu. Namun, untuk mengumpulkan informasi dan juga melonggarkan muluy mereka, mungkin perlu baginya untuk menyetujuinya. Semua orang sama dalam hal ini. Katakanlah ada seseorang yang menerima lamaranmu versus seseorang yang menolaknya, siapa yang lebih Kalian sukai? Ditambah lagi, mereka yang memainkan permainan yang sama bersama-sama biasanya bisa menjadi teman.
Di sisi lain, apa yang akan terjadi jika ia mengatakan bahwa ia tidak ingin memainkan game itu?
Jika itu yang terjadi, Aura tidak memiliki kepercayaan diri bahwa ia bisa memberikan jawaban yang baik jika ia ditanya permainan apa yang akan mereka mainkan saat itu.
Aura bisa menyarankan beberapa permainan untuk dimainkan. Misalnya, balapan kaki, memanjat pohon, "sword fight", dan sebagainya. Namun, permainan-permainan tersebut jelas ditentukan oleh perbedaan seberapa bagus Kalian dalam memainkannya dan lainnya. Selain itu, seharusnya tidak ada anak yang bisa berdiri sejajar dengan Aura dan Mare-terutama Mare-dalam hal kemampuan fisik murni.
Jika itu yang terjadi, mereka akan menjadi permainan membosankan yang hasilnya yang sudah pasti. Untuk menghibur mereka, mereka bisa saja membiarkan diri mereka hampir kalah. Tapi, sudah menjadi rahasia umum bahwa Aura telah-mengusir Ankyloursus Lord. Jika seseorang sekuat itu mulai berkata, "oh tidak, aku kalah!" dalam perlombaan lari atau semacamnya, maka bahkan seorang anak kecil pun harus menyadari bahwa dia kalah hanya untuk menghibur mereka. Jika hubungan mereka bisa diperdalam melalui hal seperti itu, maka anak-anak itu pasti adalah orang-orang yang berkarakter hebat.
Jadi, jika Kalian bertanya padanya apakah ada pilihan untuk tidak bermain, itu tidak mungkin.
Karena tuannya yang mutlak telah menyuruhnya untuk "bermain."
Jika itu yang terjadi-
"Ka-Ka-Kaak bi-bisakah kamu..."
Di tempat di mana dia melihat, Mare memiliki ekspresi ketakutan di wajahnya. Ia mungkin mengingat hal yang sama seperti dirinya dan telah memikirkan hal yang sama.
Aura menggunakan semua kekuatan dalam tubuhnya untuk memberikan senyum terbaiknya pada Mare yang ketakutan.
"Anggap saja ini 'misi tingkat sangat tinggi', Mare!"
--------
Peringatan: Novel ini versi bajakan !!! Author ngambek, auto delete!! Belilah Novel aslinya jika sudah tersedia!!
sasuga Ainz sama
ReplyDeleteEnte kadang kadang
ReplyDeleteFetish peroroncino emang gak ada obatš¤£
ReplyDeleteFetish peroroncino emang gak ada obatš¤£
ReplyDeleteNice min, tetimakasih..
ReplyDeleteNice
ReplyDeleteNjir fetish nya Perororonchino jadi baiyi coy:v
ReplyDeleteWkwk. Masing2 orang punya pemikiran uniknya sendiri. Malah jadi pusing sendiri gara2 salah tafsiran
ReplyDelete