May 06, 2020

Tsuki ga Michibiku Isekai Douchuu Bahasa Indonesia Chapter 63 - Gossip – TM Boot camp ~ ratapan ogre hutan ~





Chapter 63 - Gossip – TM Boot camp ~ ratapan ogre hutan ~


Di pinggiran Kota Mirage.

Di sana, seseorang bisa melihat barisan prajurit dengan kulit coklat dan mata merah. Totalnya ada 15.

Tiap indivudu sudah memiliki pengalaman dalam pertempuran, dan pada sorot mata mereka seseorang dapat melihat kebanggaan pada kemampuan mereka sendiri. Singkatnya, mereka penuh percaya diri.



15 elit itu merupakan ogre hutan yang terpilih dari desanya untuk dikirim menuju Kota Mirage sebagai tanda kerja sama mereka dengan Makoto, atau lebih dikenal Raidou. Dalam kelompok itu, seseorang bisa melihat Akua dan Eris yang merupakan orang-orang yang sudah muak dengan Makoto. Pengikut Makoto, Tomoe, mereformasi penghalang dan individu kuat yang telah menghilang, sehingga seleksi pribadi dilakukan tanpa bantahan.

Para ogre hutan yang diundang untuk melihat sekilas area tersebut dikejutkan oleh lingkungan Asora dan tanpa sadar memujinya. Orang-orang terpilih diizinkan untuk tinggal di hutan dan memiliki *otonomi. Hutan-hutan yang tidak termasuk di dalamnya masih dalam pertimbangan siapa yang harus mengelolanya.
(TLer: kapasitas untuk membuat keputusan tanpa diganggu gugat)

Hari ini merupakan hari pertama pelatihan tempur yang sudah diumumkan. Masih ada waktu sebelum dimulai, tetapi karena semua orang sudah ada di sana, mereka hanya menunggu tiga orang yang akan mengawasi mereka.

Mereka bertiga merujuk pada Raidou, Tomoe, dan Mio. Tiga orang terkuat dari Kota Mirage. Kelompok itu benar-benar menduga datang ketempat ini hanya untuk dilihat pelatihan yang mereka jalani dan berpikir akan mengatakan "Jangan terkejut dengan pelatihan kami". Dalam arti tertentu, mereka merupakan sekelompok orang yang berbahagia.
(TLer: ketidaktahuan itu sebuah kebahagiaan, btw kalimat ke 3  kalimatnya sangat2 w sederhanakan tetapi maknanya kurang lebih sama)


“Oh~, seperti yang diharapkan dari kelompok orang-orang terpilih. Kalian semua sudah berkumpul.”


Yang pertama menyapa barisan kelompok itu merupakan Tomoe. Seorang gadis yang memiliki rambut biru dan mengenakan pakaian Jepang yang belum pernah terlihat sebelumnya di dunia ini. Tentu saja, tidak ada yang mengetahui pakaian ini merupakan pakaian samurai. Itu hanya tak terlihat seperti yang biasanya.


"...Melihat kentang goreng tak memberiku semangat."


Si pemarah, seseorang pasti mengira dia memiliki tekanan darah rendah, merupakan Mio. Memiliki rambut hitam dan mengenakan suatu jenis pakaian Jepang. Yang dikenakannya akan diklasifikasikan sebagai kimono. Sekilas, pakaiannya terlihat seperti jenis pakaian yang membatasi gerakan. Penampilannya tidak mencerminkan dirinya merupakan pengawas dalam pelatihan ini.


“Mengapa aku juga perlu kesini? Kurasa Shiki sudah cukup.”


Seseorang yang terlihat seperti dia dipenuhi dengan ketidakpuasan merupakan orang yang memiliki otoritas tertinggi di tanah ini, Makoto. Dia terlihat sangat ingin cepat pulang. Dia merasa seperti menahan diri untuk tidak pergi ke Kota Akademi dan terseret dalam acara yang tidak berguna. Dia mempertanyakan dirinya sendiri mengapa dia ada di sini dan pagi-pagi sekali.

Mengesampingkan Tomoe, kedua lainnya sepertinya tak memiliki motivasi. Ekspresi ogre hutan serempak menjadi senyum masam.


“Jadi kalian datang ya. Aku tidak suka ada seseorang tanpa motivasi, tetapi, bolehkan menduga kalian baru saja datang ke sini hari ini untuk melihat pelatihan independen kami?”


Perwakilan ogre hutan laki-laki mengkonfirmasi kedatangan tiga orang yang baru saja tiba. Jika diperhatikan para ogre hutan normalnya berbadan ramping, tetapi fisik pria ini terkonsentrasi pada otot-otot dan seseorang dapat melihat rasa takut dari wajahnya. Tidak perlu dikatakan, pria ini merupakan seseorang yang mereka sebut Shishou atau cabul.
(TLer: Shishou = Guru)


"Tidak, itu akan ditangguhkan-ja" (Tomoe)

"… Apa katamu?" (Menyesatkan)


Mendengar balasan negatif yang acuh tak acuh dari Tomoe, si cabul itu tidak menyembunyikan ketidaksenangannya dan menanggapinya.


"Kau enerjik seperti biasanya ya. Jika aku tak salah ingat... Kau ini Mondo kan? Meskipun namamu kelas satu, kau cukup menyedihkan.” (Tomoe)

"Apa kau ngajak berantem, Naga onee-san?" (Cabul)

"Yah terserahlah. Hari ini kami akan mengubah rencana. Aku terpikir lebih baik kalian menunjukkan kemampuan tiap individu kalian disini. Jika ada seseorang melewati standar yang kami tentukan, yang berhasil boleh pulang ke desa, tetapi jika kalian tidak mampu, kami harus melatih kalian.” (Tomoe)


Tomoe memberi alasan yang cukup logis. Tetapi wajahnya menyeringai. Seperti yang dikatakan Mondo, seseorang bisa melihat dirinya hanya ngajak berantem.


"Apakah kau mengatakan kalau kau tidak puas dengan kami?" (Mondo)

“... Mondo, kupikir ini merupakan sesuatu yang kalian semua nantikan? Mulai saat ini, bentuklah sebuah tim dan bertarung dengan kami. Untuk alasan itulah aku repot-repot mengatur waktu untuk Makoto-sama dan Mio ketempat ini-ja.” (Tomoe)

"... Heh~" (Mondo)


Mondo memperlihatkan wajah mengejek. Bagi Tomoe, dia bukan ancaman berbahaya sehingga tidak ada gunanya untuk membalasnya.


“Tidak apa-apa buatlah tim beranggotakan lima orang. Bagaimanapun, Mondo dan dua muridnya akan berada di tim yang sama kan? Aku ingin kalian melawan Waka.” (Tomoe)

"Itu.... tak apa! Kami juga penasaran, seberapa kuat Makoto-sama.” (Mondo)

"Aku ngerti, aku ngerti. Lalu, kita buat kriteriannya.” (Tomoe)


Tomoe terus menjelaskan dengan senyum berseri-seri. Dia tidak memperhatikan nada suara mereka dan bahasa kasar yang mengalir keluar dari mereka. Jika ada sesuatu yang perlu dikatakan, itu akan berarti Mio yang diam-diam menyembunyikan bibirnya dengan kipas lipatnya. Makoto tak melakukan apapun. "Aku berharap ini segera berakhir ..." merupakan apa yang dikatakan matanya.


"Kriteria? Seharusnya tidak ada masalah jika kami menjatuhkan kalian kan?” (Mondo)

“Tentu saja-ja. Jika kalian bisa mengalahkan kami, kami tak akan beralasan. Untuk lebih spesifik aturan mengalahkan kami, tim yang mampu menjatuhkanku atau Mio atau mampu menghancurkan postur kami sudah cukup. Mengenai Makoto-sama ... Kalian bisa lulus jika mampu mendaratkan satu serangan. Jika kalian tidak dapat melakukannya, kalian harus mengikuti menu latihan kami oke?" (Tomoe)


Kata-kata Tomoe merupakan bisikan kecil, tetapi tersebar luas seperti riak.


"Kami mengerti, kami mengerti namun, kalian cukup serius meremehkan kami. Akan kami hancurkan itu. Jangan menyesalinya.” (Mondo)

“Kalian juga, keluarkan seluruh kemampuan kalian supaya tak menyesal oke? Waktu ujian dimulai dari sekarang hingga siang hari. Aturan merupakan segalanya. Namun, kami tidak akan melakukan serangan fatal dan kalian yang menerima cedera akan di obati jadi tak perlu khawatir." (Tomoe)


Lalu, lakukanlah persiapan.

Sembari mengatakan itu, Tomoe melambaikan tangannya untuk membubarkan ogre hutan. Gerakan yang bisa dianggap sebagai "pergilah".


"Tomoe ~ apakah kau serius ketika mengatakan pelatihan ini akan di mulai dari sekarang sampai nanti siang? Apalagi, apa-apaan tuh satu serangan? Bukankah kau memberikan aturan yang terlalu sulit untukku?" (Makoto)

“Waka, ogre hutan cukup bodoh. Itu terlihat dari tindakan mereka yang cukup gegabah. Mereka naluriah dan tidak mengerti siapa yang kuat. Mereka memiliki pengalaman buruk dengan para hyuman. Yah, jangan khawatir. Sepertinya orang-orang ini perlahan-lahan melupakan kenyataan jika mereka tidak bisa kemanapun dengan bebas, mereka tidak dapat melarikan diri. Mengajari mereka untuk dijadikan pelayan di masa depan dan juga bisa membantu kita memajukan pelatihan dengan lancar. Kumohon, aku meminta kerja sama anda. Anda tak perlu menghadiri boot camp yang akan diadakan pada sore hari.” (Tomoe)


Sepertinya tak ada setitik kesempatanpun di pikiran Tomoe mereka bisa mendaratkan pukulan pada masternya.


“B-Boot camp, katamu. Apakah kau mengekstrak ingatan aneh lagi? Yah, aku tidak akan bisa datang ke sini sesering itu jadi aku akan bekerja sama sebanyak mungkin selagi aku di sini.” (Makoto)

“Kenapa saya harus berada di sini sampai sore hari juga desu no? Saya ingin bersama dengan Waka-sama-desu.” (Mio)

“Mio, itu karena jika kau di sini bersamaku, mereka akan jatuh dalam keputusasaan yang lebih dalam. Tidak masalah jika itu tidak berguna, mereka masih mencoba untuk menyakiti Waka lho? Dampingi aku untuk mendisiplinkan mereka.” (Tomoe)

"Setelah kau mengatakannya ... Saya belum menghukum mereka ya. Jika begitu..." (Mio)


Mio terpancing kata-kata Tomoe. Dia tidak menyadari tujuan buruk para ogre hutan di awal. Setelah kejadian itu, dia baru mendengar apa yang mereka rencanakan untuk dilakukan pada Makoto, maka dari itu mereka tak memiliki kesan yang baik untuknya. Yah karena dia tak mau ambil pusing, proses pemikirannya jatuh pada jika mereka berguna maka itu bagus untuknya. Makoto pun mengatakan dirinya tidak akan membawa Tomoe atau Mio bersamanya menuju Kota Akademi, maka Mio sepertinya sedikit berkenan dengan permintaan Tomoe.


“Lalu, sampai batas dimana mereka tidak akan mati, aku akan membuat mereka terlahir kembali dengan menu latihan klon tubuh baruku. Kufufufufu ~~ ”(Tomoe)


Karena klon generasi pertama sudah tewas, Tomoe menuangkan kekuatannya pada klon baru yang akan berfungsi sebagai manajer baru Asora. Hasilnya, tubuh kedua berbentuk seorang gadis kecil dengan kemampuan bertarung tinggi. Terlebih lagi, bahkan ketika dia merupakan tiruan yang diciptakan dari kekuatannya sendiri, dia memiliki cincin crimson yang terlihat berbahaya sebagai jantungnya, dan ada rumor mengatkaan generasi kedua ini bertarung setara dengan Mio. Tomoe merinding penuh harap pada pelatihan yang akan berlangsung besok.

Meskipun mereka menunjukkan sikap bermusuhan kepadanya, Makoto masih merasa kasihan pada para ogre hutan.



—-



Hasil pertarungan itu mengerikan.

Bagi para ogre hutan, ini kemungkinan besar merupakan pertama kalinya mereka mengalami kekalahan telak.

Mondo mungkin idiot, tetapi dia tidaklah buruk dalam pertempuran. Sebelum pertempuran, dia mengajukan permohonan pada Tomoe dan mendapat persetujuannya untuk tidak mengatakan sepatah kata pun mengenai pelatihan mereka lagi jika hanya satu tim yang bisa lulus. Dia mengabaikan poin yang paling penting, tetapi ini bisa diambil sebagai kemampuan negosiasi Tomoe dan keterampilannya memprovokasi.

Tentu saja, Mondo mengirimkan kelompok terlemah melawan Tomoe dan 5 orang lainnya melawan Mio. Kemudian mengirimkan 5 orang terkuat melawan Makoto. Mempertimbangkan peringkat internal  mereka, tindakannya tidak terlalu mengejutkan. Di tempat pertama, dia tidak mengetahui jika 'itu' kekuatan sihir Makoto yang menyebabkan insiden ledakan besar (atau begitulah yang mereka katakan) yang terjadi ketika Mondo sedang tur Asora.

Meskipun mereka diberi cukup waktu sampai matahari berada di tengah langit, waktu yang dibutuhkan untuk melawan Tomoe dan Mio bahkan tidak memberikan kesempatan bagi matahari untuk naik setinggi itu.

Tomoe bahkan tidak menghunuskan pedangnya. Menggunakan kabut ilusi, mereka semua terkapar berbusa dan tak bisa bertarung hanya dalam 15 menit. Bahkan tidak ada kesempatan untuk menunjukkan kemampuan tiap individu maupun kerja tim mereka. Jeritan kesakitan lalu pingsan dan ketika suasana telah menjadi hening, dia melepaskannya. Hanya itu yang terjadi. Setelah itu, Tomoe mengeluarkan beberapa kertas dengan tangannya dan mulai merenungkan bagaimana membuat sarung pedang dan desain katana. Ini kejam.

Dalam kasus Mio, begitu pertarungan dimulai, salah satu dari mereka melemparkan mantra, tetapi tanpa berusaha menghindar, Mio menerimanya dengan tubuhnya. Seolah tidak terjadi apa-apa, dia menangkap empat orang yang mencoba menyerangnya dari tanah dengan mantra tanpa ejaan dan magic caster dengan benang. Kelompok itu tampak seperti serangga yang terjebak dalam jaring laba-laba, mereka hanya bisa membiarkan energi mereka terkuras dan dikalahkan. Bahkan ketika tengah hari, dari lima orang, hanya tersisa satu yang bisa bergerak, tetapi gerakannya sebanding dengan gerakan rusa yang baru lahir. Selain itu, Mio bahkan tidak bergerak satu sentimeter pun. Setelah semua orang kehilangan kesadaran, dia pergi mencari batu besar dan duduk. Dia hanya mengecek make-upnya yang dia pelajari baru-baru ini. Ini juga kejam.

Lalu, jika kita membahas Makoto ...

Dia menghadapi lima elit yang tidak menyembunyikan niat membunuh mereka sembari memikirkan cara untuk mengalahkan mereka. Tetapi Mondo malah mengajukan proposal. Untuk mencoba memberikan satu pukulan. Karena mereka tidak mengetahui seberapa kuat dirinya, agar mereka menahan bisa menahan kekuatan lalu Mondo maju ke depan dan mengatakan pada Makoto untuk mencoba memukulnya sekali.

Makoto mulai menyukai beberapa orang idiot yang bisa disayang ini. Dia pasti akan menjadi salah satu dari karakter manga yang berteriak kaget, “Apa?!” atau "Yang benar saja?!" Itulah yang dipikirkan Makoto sembari tersenyum masam. Karena bahkan tanpa Mondo menyatakan kondisi seperti "memukul sekali" dirinya akan mengusulkan itu sendiri.

Itu sebabnya Makoto melakukan serangan pada Mondo, yang wajahnya seakan-akan mengatakan 'pukul sini'. Melihat Mondo layaknya terbang ke kayangan, yang lain berdiri tertegun. Empat yang tersisa tercengang, bahkan tidak bisa mengejarnya dan hanya bisa melihat kearah master mereka terbang, hanya setelah beberapa saat mereka kembali ke kenyataan dan berlari ketempat kira-kira dimana master mereka mendarat, tetapi seperti yang diharapkan, setelah menerima tinju mata Mondo berputar-putar.


"Benar-benar bermulut besar..." (Makoto)


Ucapan yang digumamkan Makoto tidak terdengar oleh siapa pun dan mengalir begitu saja. Setelah beberapa saat tidak melakukan apa-apa selain melihat awan, para ogre hutan kembali. Mereka kemungkinan besar sedang menyembuhkan pemimpinnya. Untuk saat ini sepertinya Mondo baik-baik saja.

Setelah itu, mereka untuk beberapa alasan memfitnah Makoto melakukan kecurangan dan mereka mulai menyerang. Makoto hanya membuat penghalang yang mencakup semua arah, ditambah dengan [ Sakai ] dan kemudian tak melakukan apa-apa. Bahkan ketika mereka melakukan serangan dari segala arah atau memusatkan serangan mereka di satu tempat, rasanya seperti tidak berefek sama sekali. Sihir, pedang, panah; semuanya mudah terpental. Untuk para ogre hutan, rasanya seperti mereka melakukan serangan terus-menerus pada batu yang tidak bisa dihancurkan.

Dalam kasus di mana dirinya perlu mengalahkan mereka, dia hanya harus membiarkan mereka kelelahan, siang tiba dan seluruh tenaga mereka seudah terkuras. Pada saat itu, Tomoe melihat Makoto mulai gelisah, jadi dia melemparkan lima busur padanya. Setelah lima kali tembakan, semua orang bahkan tidak bisa berdiri berlutut. Mereka tidak memiliki kekuatan untuk berdiri dan napas mereka kasar. Setelah Makoto bertanya kepada Tomoe apakah itu baik-baik saja dengan ini, dia pergi begitu saja.

Yang tersisa sekarang tinggal 15 ogre hutan, bahkan walaupun luka-luka mereka sudah disembuhkan, mereka semua sudah hancur sampai ke akar-akarnya. Tak ada jejak dari sikap mereka sebelumnya. Tomoe mengangguk pada situasi yang sudah diharapkan.


"Sekarang, karena kalian semua telah gagal, kalian harus mengikuti pelatihanku." (Tomoe)

"...Kami mengerti."


Respons yang dikembalikan memiliki perasaan tersembunyi yang bercampur aduk. Campuran dari kelelahan, tetapi ada juga pertentangan. Meski begitu, Tomoe hanya tertawa.


"Tomoe, bukankah kau terlalu memanjakan mereka? Jika begitu, bukankah lebih baik meninggalkan mereka di dalam kabutmu untuk setengah hari dan membuat mereka mempelajari dimana tempat mereka berada? Itu seharusnya lebih membuat mereka termotivasi." (Mio)


Mendengar ucapan Mio, para ogre hutan yang melawan Tomoe memucat dan memegang kepala mereka. Mereka berbusa hanya dengan 15 menit. Jika mereka dibiarkan setengah hari, jiwa mereka bisa hancur lebur. Di area ini, orang-orang yang pikirannya paling hancur kemungkinan mereka.


"Sudah-sudah Mio. Jangan menggertak mereka. Biarkan itu sebagai sebuah hukuman untuk orang-orang yang tidak menunjukkan hasil yang bagus.” (Tomoe)

"Orang-orang seperti ini yang baru menerima serangan kita sudah menyerah, apakah mereka benar-benar ada gunanya? Dalam kasus Waka-sama, mereka bahkan dibiarkan menyerang sepanjang waktu dan mereka tetap berakhir seperti itu.” (Mio)

“Mereka memiliki kualitas yang cukup-ja. Jika kita melatih mereka dari nol, kita bisa membuatnya berguna.” (Tomoe)

"Bahkan di Asora, mereka bisa dihitung sebagai yang terendah dari yang terendah." (Mio)


Tidak tahu apa yang diharapkan Tomoe dari mereka, Mio memiringkan kepalanya. Tentu saja namun, tidak ada sedikit pun pertimbangan bagi para ogre hutan karena ucapan mereka.


“Aku tidak akan menyangkal itu. Mereka seperti anak-anak yang berpikir jika mereka ini orang-orang terpilih-ja. Waka pun sepertinya mengingat hal itu ketika berhadapan dengan mereka.” (Tomoe)

"...Daripada hukuman, rasanya itu akan berubah menjadi mengasuh seorang bayi-desu wa." (Mio)


Yareyare. Memastikan di masa depan akan berubah seperti ini, Mio khawatir tentang apa yang akan terjadi mulai saat ini. Untuk seseorang yang akan segera hancur jika mereka sedikit digertak, dia merasa itu akan menambah stres.

Tidak peduli apa yang mereka katakan, para ogre hutan yang kalah telah tidak punya hak untuk menolak. Mereka mengikuti menu pelatihan persis seperti yang diperintah Tomoe.

Pelatihan yang berlanjut hingga malam itu terlalu sparta bagi Mondo dan yang lainnya karena sama sekali tidak boleh mengendur saat sedang diawasi Tomoe dan Mio, tetapi ada beberapa area yang katanya mempertimbangkan batasan tubuh mereka dan ogre hutan meragukan pernyataan itu. Mulai besok, tidak ada pelatihan yang dijadwalkan. Mereka hanya akan berada di hutan menunggu waktu berlalu. Apa yang Tomoe harapkan dari ini? merupakan apa yang mereka pikirkan tetapi tidak mengatakannya dengan keras.


"Oke, itu saja untuk hari ini!" (Tomoe)


Setelah ucapan Tomoe, beberapa dari mereka merasa lega karena tidak dimasukan ke kabut ilusi.Tetapi neraka yang sebenarnya dimulai setelah ini.

Tomoe menyatakan tanpa mempedulikan kondisi ke 15 orang yang membentuk kelompok dan sedang berbaris.


“Lalu, besok pelatihan akan dilakukan seharian. Persiapkan diri kalian.” (Tomoe)


Itulah yang dia katakan.


“?!! Jangan bercanda! Pelatihan berikutnya harusnya dilakukan dalam 15 hari ke depan!" (Mondo)


Mondo tanpa takut mengucapkan kata-kata keberatan kepada Tomoe. Karena kata-katanya bertentangan dengan persetujuan untuk membiarkan mereka melakukan pelatihan independen dan meminta mereka memeriksa sesekali.


"Apa yang kau katakan? Bukankah sudah aku katakan dari awal hal seperti itu tidak bisa dilakukan?” (Tomoe)

"Itu…! Anda kemarin mengatakan hanya ingin menonton pelatihan kami kan?"

“Hal seperti itu hanyalah alasan. Ngomong-ngomong, aku juga mengatakan ingin melihat kemampuan kalian. Jika kalian di bawah standar, aku ingin kalian mengikuti pelatihan, itulah yang aku katakan.” (Tomoe)

"Saat ini, di titik ini, pelatihan itu sudah berakhir kan?!" (Mondo)

“...Ogre hutan benar-benar bodoh ya. Aku memang mengatakan kita akan memulai pelatihan di sore hari, tetapi aku tidak ingat mengatakan "kapan" itu akan berakhir. Ngomong-ngomong, dari rencanaku, paling sebentar setidaknya satu bulan.” (Tomoe)


Paling sebentar setidaknya satu bulan. Kata-kata itu membuat beberapa ogre hutan hancur di tempatnya. Untuk diawasi oleh seseorang pada tingkat yang berbeda dan tidak mengetahui pelatihan apa yang akan mereka berikan, itu sama saka dengan siksaan. Mereka benar-benar menolak hal seperti itu. Tetapi mereka tidak bisa menolak dengan paksa. Satu-satunya jalan yang tersisa yaitu melarikan diri.


"Perkataanmu di luar akal sehat! Bukankah sudah jelas  pelatihan harus berakhir pada hari yang sama dilakukan?!” (Mondo)

“Ya, aku tidak peduli jika itu di luar akal sehat. Kenyataannya alasan orang-orang yang lemah tidak dapat dibandingkan dengan alasan orang-orang yang kuat.” (Tomoe)


Ucapan Mondo menjadi pahit. Bahkan jika dia melakukan yang terbaik, dia sudah mengerti dengan bagaimana keduanya, pelatihan tidak akan berakhir hanya dengan apa yang telah mereka lakukan hari ini. Mondo sangatlah mengetahui bahkan jika 15 dari mereka mencoba menyerang keduanya saat mereka mabuk atau tidur, mereka masih akan dikalahkan. Sebaliknya, mereka bahkan mungkin "menyiksa" secara perlahan dan membunuh mereka dalam prosesnya. Tubuh dan pikiran mereka mengerti jika keduanya, wanita biru dan hitam, merupakan individu terkuat. Dan mereka bahkan tidak bisa meletakkan satu jari pun pada Makoto. Mereka menyerang selama berjam-jam dan masih tidak dapat menghancurkan penghalangnya. Bahkan jika dia mau, dia bisa saja mengalahkan mereka kapanpun. Mereka mengerti bagi Makoto, mereka hanya anak-anak yang bermain-main dengannya.


“Ara ara, sebelum pertarungan, kalian bahkan memiliki keberanian untuk mengatakan sesuatu seperti 'jika kami menyelesaikan salah satu dari kondisi itu' tetapi sekarang kalian malah protes pada hal-hal sepele seperti itu. Aku tidak akan mengatakan sesuatu yang rumit, tetapi, apakah kalian pikir orang lemah memiliki hak untuk memilih melawan yang kuat?" (Mio)

“……”


Akua dan Eris cukup patuh. Mereka bahkan tidak bisa menjadi lawan Makoto, dan setelah selesai pelatihan, mereka sering membicarakan hal-hal buruk. Terlebih lagi, karena mereka berulang kali merasa hampir bisa berhasil, namun gagal, keadaan pikiran dan tubuh mereka berantakan. Sejujurnya, gadis-gadis itu dan dua lainnya yang bertarung melawan Makoto sudah merasa seperti bukannya mengkhawatirkan strategi esok hari, mereka hanya ingin pulang dan tidur. 10 sisanya benar-benar berkecil hati. Yang benar-benar sudah tidak bisa berpikir lagi yaitu lima orang yang melawan Tomoe. Beberapa ada yang memikirkan untuk melarikan diri yaitu orang-orang yang melawan Mio.

Tomoe meninggalkan Mondo yang sedang mengeluh untuk saat ini, dan melihat anggota lainnya.


“Sungguh mudah dipahami. Kalian kelelahan hanya dengan level menu segini. Setengah dari kalian mungkin berpikir untuk melarikan diri ya” (Tomoe)

"?!"

"Namun ... pikirkan tentang itu dengan otak bodoh kalian. Di mana kita? Bagaimana kalian bisa sampai di sini? Jangan bilang kalian berpikir tempat ini berada di sekitar desa kan? Kalian naif, terlalu naif.” (Tomoe)

"… Apa maksud anda?" (Mondo)


Suara Mondo mengeras. Dia juga memiliki pikiran untuk melarikan diri. Daripada disebut bersikap kasar, itu lebih seperti ketakutan akan kematian yang mungkin terjadi.


“Tidak ada cara lain untuk mengatakannya. Tempat ini berada di dalam penghalang khusus yang diciptakan oleh Waka. Itu pada tingkat yang sama sekali berbeda dari penghalang yang dibuat Waka beberapa saat yang lalu. Jika kalian ingin keluar dan melarikan diri ... Kalian harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan penghalang Waka dengan satu jari." (Tomoe)


Ucapannya penuh kebohongan. Ada terlalu banyak properti di Asora yang masih belum mereka ketahui. Tentu saja, tidak ada peluang bagi para ogre hutan untuk pulang melewati darat, maka sama saja dengan kebenaran.


"Dengan jari? Tidak mungkin, itu terlalu gila.”


Karena mereka bahkan tidak bisa menghancurkan penghalang sederhana Makoto, para ogre hutan berada dalam situasi tanpa harapan. Akua dan Eris tercengang ketika mereka mengetahui penghalang itu merupakan mantra sederhana. 'Sekarang setelah kupikirkan, dia bahkan tidak melantunkan aria.' itulah apa yang akhirnya mereka pikirkan.


“Apakah kalian mengerti situasinya sekarang? Tidak ada tempat bagi kalian untuk lari. Dan sementara itu, desa ogre hutan juga berada di tanganku. Saat kalian menunjukkan hasil lebih rendah dari standar, semua rute pelarian kalian tidak lagi ada di dunia ini. Jika pelatihan kalian dilakukan dengan setengah hati, aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada desa kalian, paham?” (Tomoe)


Tomoe mengatakan berulang kali mengenai dirinya yang merupakan hukum dan mengancam mereka.


"Yah, lagipula kalian tidak akan mati, kalian hanya akan pulang ke desa sebagai barang yang rusak ya. Atau mungkin kalian akan berhasil menjadi orang-orang berguna. Jika kalian memiliki semangat, maka tunjukkanlah.” (Mio)


Mio melanjutkan setelah Tomoe. Kata-kata itu merupakan apa yang dikatakan Tomoe untuk diucapkannya dan dihafalkan sebelum pelatihan. Dia diminta untuk bertindak sebagai instruktur iblis dan dia menerimanya. Mio tidak bisa mengikuti Makoto menuju Kota Akademi, jadi dia punya banyak waktu luang. Lalu mengapa tidak menonton pelatihan mereka? Itu yang dia pikirkan.

Tomoe mengancam dan Mio menghancurkan. Keduanya hanya mengipasi motif mereka yang sebenarnya. Tidak apa-apa jika mereka membuat keputusan malam ini dan mengutarakan hasilnya, Tomoe sama sekali tak mempedulikan itu karena saat ini mereka sangat menyedihkan.

Terlebih lagi, karena dia telah memahami perkiraan kemampuan mereka, pelatihan yang sebenarnya akan secara resmi dimulai besok. Ini merupakan gaya pelatihan yang diambil dari dunia dalam ingatan Makoto, yang menggunakan kesalahpahaman dan tertutup.
(TLer: teknik pelatihan make propaganda kali yak)

Tomoe menamainya sama seperti yang dikatakan pada informasi dalam data yang diambilnya, boot camp. Dia merencanakannya dalam pikirannya dan dia menggunakan ingatan Makoto sebagai referensi sehingga dirinya menggunakan huruf T (Tomoe) dan M (dari Makoto), dan menjadikannya TM boot camp.


“Ku fu, dengan ini rencana penjualan obat di masa depan telah selangkah lebih maju. Ide cerdas ini yang akan menyebarkan nama perusahaan kita dan bahkan akan memungkinkan kita untuk mengumpulkan informasi. Aku telah mendapatkan satu benih yang akan mengejutkan Makoto-sama.” (Tomoe)


Tomoe berbisik dengan nada agak rendah. Bahkan jika Mio bisa mendengar isi dari apa yang dikatakan Tomoe, dia tidak bisa memahami banyak hal, oleh karena itu dia hanya melihat para ogre hutan yang sedang terhuyung-huyung. Benar-benar layaknya Mio, dia sama sekali tidak menolong mereka.


"Pelanggan adalah tuhan!"

"Kami akan memuaskan anda!"

"Kumohon berlanggananlah produk obat yang dijual Perusahaan Kuzunoha!"

"Ketika anda dalam masalah, kami akan ada di sana untuk membantu!"


Banyak kalimat yang diteriakan para ogre hutan saat mereka bekerja keras dalam pelatihan mereka. Proses pelatihan mereka bisa terdengar di pinggiran kota pada hari berikutnya. Ada juga campuran jeritan dan teriakan mereka.

Suara kalian terlalu rendah, senyum kalian terlalu kaku, kesadaran diri kalian tidak cukup, lemah, kalian tidak menyenangkan. Kadang-kadang mereka akan diberi tindak kekerasan untuk alasan yang tidak masuk akal saat melakukan pelatihan fisik, teknik pertempuran, mobilisasi penyamaran, dan pengumpulan informasi. Mereka juga memaksa tubuh mereka untuk mengingat informasi tentang para hyuman.

Kamp pelatihan Tomoe yang mencuci otak melalui ketakutan terus berlanjut bahkan saat ini.







 Jangan lupa Like Fanspage kami & Share terjemahan ini ya !!!  

1 comment:


EmoticonEmoticon