June 03, 2020

OVERLORD Bahasa Indonesia Volume 14 Chapter 4 - Part 10

Translator: Sai Kuze

Chapter 4 - Perangkap Yang Dipersiapkan Dengan Baik




      Climb berdiri di lorong, mengamati pemandangan di luar melalui jendela kaca yang terlalu tebal.

        Renner mengatakan kepadanya jika dirinya akan sedikit lebih lama merias wajahnya, sehingga dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri kalau-kalau pasukan Sorcerer Kingdom tiba sebelum dirinya bisa bertemu dengan ayahnya, itulah sebabnya Climb diusir keluar dari ruangan. Dia juga memberitahu Climb bahwa Renner ingin juga mengganti pakaian yang dirinya kenakan. Tentu saja itu akan memakan waktu yang cukup lama.



        Dia melihat kembali koridor, koridor yang kosong, tak bernyawa, dan sunyi.

        Para knight yang masih tersisa di istana sampai detik ini semuanya telah bersiap untuk menghadapi tentara Sorcerer Kingdom secara langsung. Mereka telah meninggalkan pos mereka dan berkumpul untuk memblokir pintu masuk menuju istana.

        Beberapa orang mungkin akan mengejek mereka karena mencoba melakukan perlawan yang sia-sia.

        Tidak seperti kumpulan warrior yang dipimpin oleh Gazef Stronoff, sebagian besar knight ini hanya sedikit lebih kuat dari tentara biasa. Jika mereka bertarung melawan monster dari Sorcerer Kingdom, mereka mungkin akan dihancurkan semudah bagaikan seseorang mematahkan ranting-ranting pohon yang sudah kering. Namun, sebagai pria yang telah dianugerahi gelar knight oleh keluarga kerajaan, mereka ingin menunjukkan kesetiaan mereka sampai akhir. Mereka dengan sukarela berjuang tanpa mengeluh. Karena itulah, seseorang yang menyedihkan adalah orang-orang yang mengejek mereka.

        Jika dia jujur, karena pengalaman masa lalunya, Climb tidak memiliki rasa simpati pada sebagian besar knight. Dia selalu mengira jika situasi hidup atau mati muncul, mereka akan lari seperti ayam. Climb tidak bisa menahan diri untuk tidak mengolok-olok dirinya sendiri dalam benaknya.

        Justru karena kesetiaan murni mereka kepada keluarga kerajaan sehingga mereka tidaklah salah, tidak dapat menerima tikus jalanan yang sedekat ini melayani keluarga kerajaan.

        Climb telah salah menilai kesetiaan mereka pada takhta.

        Dia melihat ke arah pintu masuk.

        Bukankah dia seharusnya bertarung berdampingan dengan para knight? Climb merenungkannya dan menyimpulkan jika dia seharusnya tidak melakukannya.

        Saat itu, dia tidak diselamatkan oleh keluarga kerajaan. Seseorang yang menyelamatkannya, yaitu Renner sendiri.

        Jika Renner memerintahkannya untuk melakukannya, dia akan bergabung dengan para knight tanpa ragu-ragu. Namun, karena dirinya tidak memberikan perintah seperti itu, Climb harus tetap di sisinya. Jika dia bisa mengulur bahkan satu detikpun untuk mati sebelum Renner, itu akan menjadi tugasnya, segalanya baginya.

        Kehidupan dan jiwanya telah lama menjadi milik Renner, sejak dia menyelamatkannya.

        Di lorong yang sunyi dan kosong ini, Climb merenungkan segala macam hal.

        Dia memikirkan hidupnya hingga saat ini, mengenai Renner, mengenai hipotesis masa depan mereka, dan—

        Climb melihat sekelilingnya. Tentu saja, tidak ada seorang pun di sana. Seseorang yang juga melayani Renner bersamanya, Brain Unglaus, sudah lama meninggalkan istana.

        Dia tidak tahu ke mana Brain pergi.

        Jika pasukan Sorcerer Kingdom telah sampai di kastil, dia mungkin sudah mati.

        Climb berkabung dalam hati.

        Brain seperti seorang mentor, teman, dan kakak baginya. Dia telah mengajari Climb banyak hal dan telah membimbingnya selama beberapa saat.

        Dibandingkan dengan Gazef, Climb lebih dekat dengan Brain. Bagi Climb, yang menganggap Renner sebagai seseorang yang paling penting di dalam hatinya, Brain merupakan seseorang yang berada di urutan kedua.


        "Mengapa semuanya berakhir seperti ini..."


        Bisikan Climb menghilang di koridor tak bernyawa ini.

        Tetapi bagaimana segalanya terjadi seperti ini?

        Climb selalu berpikir jika kedamaian mereka akan bertahan lama, jika esok hari dan seterusnya akan kembali baik-baik saja. Namun, melihatnya saat ini — tiba-tiba, pintu ruangan dibanting. {Bang} suara keras terdengar.

        Karena suara itu lebih brutal daripada yang pernah dia bayangkan, Climb segera melihat ke arah pintu dan mendapati Renner di sisi pintu. Dia tidak mengganti pakaiannya, hanya ada sedikit warna merah di wajahnya, agak terang sehingga dia tidak bisa mengetahui apakah Renner sudah merias wajahnya atau belum.

        Dirinya telah menghabiskan begitu banyak waktu di sana tetapi penampilannya tidak berbeda dibandingkan dengan sebelumnya.

        Di tangannya ada Razor Edge, masih dalam sarungnya.

        Apa sesuatu terjadi? Saat Climb hendak bertanya, Renner berbicara.


        "Climb, ayo cepat."

        "Baik!"


        Renner mengatakan kalimat itu dan berlari di sepanjang koridor.

        Climb mengikuti dan bertanya.


        "Apakah terjadi sesuatu?"


        Renner meliriknya dan melihat kembali ke depan.


        "Ya. Aku mengingat sesuatu yang harus dilakukan. Jika kau mau, balas dendam kecil kepada Sorcerer Kingdom. Itu sebabnya kita harus bergegas ke tempat ayahku tersayang. Kita harus memeriksa apakah dia masih di ruanganya dulu!"


        Sepanjang jalan, Renner menyerahkan Razor Edge kepadanya. Dia mengikuti perintahnya dan berjalan menuju ruangan raja.

        Tentu saja, tidak ada juga knight di sana.

        Renner tidak bermaksud mengurangi momentumnya, ketika dia membanting pintu ruangan ini juga.

        Di dalamnya ada Rampossa III, dalam keadaan terkejut.


        "Renner. Ada apa..."


        Setelah mendengar begitu banyak kegaduhan, ternyata itu putrinya sendiri. Dia pasti mengira ada orang lain yang menerobos memasuki ruangannya. Rampossa III berhenti berbicara ditengah kalimatnya.

        Climb merasa tatapan raja telah bergeser dari Renner kepadanya, karena itu dia menundukan kepalanya sebagai permintaan maaf.


        "Ah, ayah, ayah masih di sini! Aku baru mengingat sesuatu yang sangat penting."


        Renner segera berbicara.

        Dia berlari ke sini, namun napasnya tetap tenang dan stabil. Climb juga sama, tetapi dia masih penasaran bagaimana Renner, yang jarang dia lihat berlari, memiliki tingkat stamina yang sama dengannya. Tetap saja, dia belum pernah terlihat berlari secepat itu, maka mungkin itu tidak perlu dikhawatirkan. Climb dengan cepat menyingkirkan pikiran itu.


        "Renner, apa yang terjadi? Juga, mengapa kau membuka pintu seperti itu?"

        "Aku merasa hal-hal seperti ini tidak terlalu penting sekarang."


        Renner berbicara sedikit lebih cepat daripada biasanya, menyebabkan Rampossa III tersenyum masam.


        "... Yah, perkataanmu memang tepat. Jadi, Renner, memangnya ada apa? Kau menyebutkan ada sesuatu yang penting tadi?"

        "Ya! Jadi pada dasarnya—" Renner memiringkan kepalanya dengan cara yang menggemaskan sebelum melanjutkan, "Ayah, mengapa ayah ada di sini?"

        "Aku dikunci di sini oleh anak itu, apakah kau tidak mengetahuinya?"

        "Ya, ternyata onii-sama."

        "Haaaaah, Zanac memang bodoh untuk mengatakan kalian berdua akan pergi sebelum aku melakukannya. Anak itu..."


        Ekspresi Rampossa III penuh dengan kesedihan. Semua orang tahu pada titik ini tentara yang mereka kirim dari ibukota seminggu yang lalu, tidak ada yang kembali. Meskipun tidak ada dari mereka yang mengetahui nasib tentara itu, tidak terlalu sulit untuk membayangkan alasan mengapa mereka tidak kembali.


        "... dan kemudian kemarin, ketika aku akhirnya dibebaskan, kupikir kita harus melakukan persiapan sebelum Sorcerer King tiba. Itu sebabnya aku masih mempersiapkan diri di sini dalam kesendirianku. Para knight menawarkan bantuan tetapi aku menyuruh mereka semua pergi. Aku ingin tahu kemana tempat mereka melarikan diri..."


        Climb tidak bisa memaksa dirinya untuk mengatakan kepadanya jika para knight itu ada di pintu masuk, bersiaga sampai akhir. Renner sepertinya juga sama.


        "Berbicara mengenai persiapan, maksudmu itu?"

        "Memang, itu."


        Ke arah dimana mereka berdua memandang, yaitu harta seperti mahkota dan banyak buku.


        "... Jadi, mengapa Renner, mengapa kau masih di sini? Apakah anak itu... tidak membolehkanmu melarikan diri?"

        "Itu— Apakah itu tidak sama untuk ayah?"

        "Aku tidak akan lari. Anak itu hanya seorang pangeran. Aku seharusnya menjadi seseorang yang memikul tanggung jawab itu. Namun, anak itu... hmmm? Bukankah pedang itu..."


        Rampossa III memperhatikan pedang di pinggang Climb. Dia melihat ke arah belakang Climb dan kemudian kembali menatap Renner.


        "Seseorang yang melayanimu ... warrior yang bisa menyaingi Gazef, apa yang terjadi padanya?"

        "Brain-san telah meninggalkan tempat ini untuk bertarung dengan Yang Mulia Sorcerer King."

        "... sementara aku tidak yakin jika dia bisa mengalahkan Sorcerer King, dirinya seharusnya cukup bisa memberikan perlawanan. Kenapa, kenapa dia tidak membawa pedang itu bersamanya? Mungkin, dengan pedang itu, dia bisa..."

        "Aku tidak merasa... seperti hal itu mungkin terjadi. Bagaimanapun, itu merupakan lawan yang bahkan Warrior Captain tidak bisa kalahkan. Segalanya telah telah berevolusi menjadi seperti apa adanya, maka bahkan jika Sorcerer King dikalahkan, tidak ada yang secara mendasar akan berubah."

        "Begitukah... memang benar. Itu benar. Jika kita tidak bisa membuat pasukan Sorcerer Kingdom mundur, segalanya hanya akan menjadi tidak berarti."


        Rampossa III tiba-tiba melihat ke luar jendela dan melanjutkan.


        "Kenapa aku masih di sini. Aku yakin jika diriku memiliki kewajiban untuk meneruskan sejarah garis keturunan kerajaan kita kepada penakluk kita. Aku harus melakukannya, sebagai raja terakhir, menunjukkan kepada mereka martabat kita."


        Rampossa III tertawa seolah-olah dia lelah. Yah tidak, secara aktual dia memang lelah.


        "-Climb. Itulah tugas seorang raja. Bawa Renner dan larilah. Meskipun mungkin sudah terlambat, istana memang memiliki jalan rahasia untuk keluar dari ibukota. Saat pasukan Sorcerer Kingdom memasuki istana, gunakan lorong rahasia itu."

        "—Tidak perlu untuk itu, Climb."


        Sampai saat ini, perintah Raja dan Renner tidak pernah saling bertentangan. Kali ini berbeda.

        Climb memikirkannya sejenak, dan tidak melakukan apa pun. Dia hanya mengepalkan tangan dengan erat.

        Memang, Climb tidak ingin membiarkan Renner untuk mati, tetapi mengikuti perintah Renner lebih penting baginya. Bagaimanapun, jika dia benar-benar ingin mematuhi perintah ini, dia akan membiarkan Evileye membawanya saat itu.


        "-Climb."

        "-Climb."


        Setelah melihat Climb tidak bergerak, keduanya memanggil namanya. Namun emosi yang tertanam dalam suara mereka, benar-benar berbeda.


        "Ayah, Climb adalah milikku. Dia tidak akan mendengarkan perintahmu."

        "Memang benar ... kelihatannya begitu... tapi, Climb... jika kau benar-benar setia, aku yakin seharunya kau melarikan diri dengan anak ini. Lakukan, bahkan jika itu hanya memungkinkan garis keturunan Vaiself bisa diteruskan sedikit lebih lama. Jika kau melarikan diri dengan anak ini, sebagai hadiahmu, kau mungkin bisa menikahinya."


        Mata Climb membelalak.

        Saran ini benar-benar memikatnya, menyebabkan jantungnya goyah. Jika dikatakan dia tidak pernah membayangkan hal ini, itu jelas sebuah kebohongan. Dia bahkan sering membayangkan Renner untuk {menghibur} dirinya sendiri.
(TLer: Climb tukang coli)

        Tetapi, dia sudah memutuskan takdinya akan mati sebagai tameng Renner.


        "Meskipun hadiahnya sangat menggiurkan... tetapi itu terlalu berharga bagi saya untuk menerimanya... jadi ijinkan saya menolak tawaran anda..."


        Ketika Climb mengatakan itu, dia merasa seperti sedang memuntahkan darah.

        Dia mencuri pandang kearah Renner, untuk melihat senyum luar biasa di wajahnya. Tentunya itu karena pujian atas kesetiaannya.


        "... Sekarang, giliranku untuk mengatakan mengapa aku bergegas ke sini... Ayah. Tolong serahkan mahkota kepadaku."

        "Mengapa?"

        "Aku yakin jika kita seharusnya tidak langsung menyerahkan mahkota, harta yang membawa sejarah keluarga kita, kepada Yang Mulia Sorcerer King."

        "... Dia merupakan seseorang yang menghancurkan kerajaan ini, jadi gerakan simbolik untuk menyerahkan mahkota harus dilakukan. Juga, jika harta seperti mahkota terus diturunkan, sejarah keluarga kita akan dipertahankan. Itulah apa yang aku pikirkan, itulah sebabnya aku mengambil ini dari ruang harta."

        "Kupikir semua barang ini harus disembunyikan di kota. Kemudian, kita dapat mengatakan kepada Sorcerer King, 'harta-harta milik Kingdom semuanya tersembunyi di dalam kota, jadi jika kau menghancurkan ibukota, kau berisiko kehilangan semuanya.'"

        "...Aku mengerti. Mungkin ini... rencana yang bagus. Mungkin akuisisi mahkota dan menghancurkan ibukota akan menjadi dilema baginya. Meskipun hidupku tidak akan selamat, jika ini bisa membantu para penduduk, bahkan jika sedikit, itu harus dilakukan."


        Rampossa III mengambil mahkota dari kepalanya.


        "Ayah, bukan hanya yang itu, tapi yang lain juga. Aku yakin mahkota yang digunakan untuk upacara penobatan memiliki nilai untuk disembunyikan."

        "Ah, memang. Itu benar."

        "Juga harta-harta lain yang dibawa ayah. Staf, perhiasan yang digunakan untuk penobatan, dan meterai nasional. Bisakah ayah menyerahkan segala sesuatu yang melambangkan tahta dan Kingdom kepadaku? Lagipula, semakin banyak kartu yang bisa kita mainkan, itu akan semakin baik."

        "... Mmm. Tentu saja, itu baik-baik saja."

        "Lalu, Climb. Bisakah aku merepotkanmu untuk menyembunyikan barang-barang ini?"

        "Tentu saja, Renner-sama. Tapi, di mana saya harus menyembunyikannya? "

        "Ya. Aku sudah mendiskusikan ini dengan onii-sama saat itu."

        "Apa? Dengan Zanac?"

        "Ya, ayah. Aku sebenarnya mendapatkan ide ini dari onii-sama. Prosedur untuk menyembunyikan barang-barang ini sudah direncanakan. Namun, karena dia mungkin mendapatkan ide ini dari Marquis Raeven, aku merasa tidak nyaman mengenai itu..."

        "Benarkah? Anak itu sudah berpikir sejauh itu?" Suara Rampossa III membuntuti saat dia bergumam pada dirinya sendiri. Matanya tampak sedikit basah.


        "Jadi, Climb. Pada distrik gudang yang telah ditinggalkan karena serangan Jaldabaoth. Ada gudang kecil di sana."


        Sementara Renner telah menjelaskan secara rinci, instruksinya cukup rumit sehingga Climb tidak percaya diri untuk menemukannya.

        Renner berjalan di sekitar Rampossa III untuk menggunakan meja, menggambar peta yang mudah dipahami di selembar kertas. Itu sederhana, tetapi saat ini dia tidak perlu khawatir tersesat.


        "Ada ruang bawah tanah rahasia di sini. Kumohon sembunyikan barang-barang itu di dalam sana."

        "Baik! Saya akan mematuhi perintah anda!"

        "Setelah kau menyelesaikannya—"


        Climb menatap wajah Renner dengan penuh perhatian, berharap dia tidak akan mengatakan sesuatu seperti, "jangan kembali." {Tolong biarkan aku tetap di sisimu sampai akhir.} Apakah pikirannya mencapai wanita itu? Renner berbicara setelah ragu-ragu dalam waktu yang lama.


        "Kumohon- kembalilah dengan selamat."


        Sementara mereka tidak yakin di mana lokasi-lokasi yang telah dicapai pasukan Sorcerer Kingdom, kemungkinan besar mereka telah menerobos ibukota dan menguasai berbagai lokasi. Kalau begitu, meninggalkan tempat ini sangat berisiko. Namun, Climb tidak akan ragu. Karena tuannya telah memerintahkannya, dia harus melakukan apa yang diperintahkan.


        "Baik!"

        "Kau harus kembali tanpa terluka. Jangan mencoba bertarung. Jika kau melihat musuh, larilah sekuat tenaga. Apakah kau mengerti?"


        Rasanya seperti Renner telah memahami tekadnya, tetapi tidak bisa menempatkan banyak kepercayaan pada kemampuannya. Renner mengulangi mengatakannya lagi.


        "Baik!"


        Climb mengangguk dengan berat. Pada titik itu, sepertinya Renner akhirnya merasa lega.


        "-Bagus. Sekarang, ayah. Mengingat situasi saat ini, akan sulit baginya untuk berhasil keluar dari istana... jadi bisakah kau memberi tahu Climb?"

        "Kau ingin aku memberitahu lorong rahasia keluar dari istana menuju ibukota kan?"

        "Ya."

        "Aku mengerti. Biarkan aku memberitahunya."


        Setelah mendengar penjelasan raja, Climb benar-benar terkejut. Dia telah berjalan melewati terowongan itu beberapa kali namun tidak pernah mendeteksi keberadaan jalur rahasia itu.


        "Climb, Tidak apa-apa meskipun kau kembali sedikit lebih lama. Bisakah kau tetap berhati-hati dan tidak membiarkan barang-barang ini jatuh ke tangan musuh?"

        "Tentu saja, Renner-sama! Saya akan menyelesaikan misi ini bahkan jika itu merupakan hal terakhir yang saya lakukan!"

        "Setelah kau menyembunyikan barang-barang itu, bahkan jika sesuatu yang mengkhawatirkan muncul, kembalilah ke sini secepat mungkin terlepas dari konsekuensinya. Mengingat situasi saat ini, kita tidak tahu kapan pasukan Sorcerer Kingdom akan tiba."


        Sementara struktur kalimat itu agak berbeda, Renner mungkin hanya mengulangi perkataannya sendiri untuk memaku ide itu ke dalam pikiran Climb. Itu menunjukkan betapa Renner peduli padanya.

        Jadi Climb, yang harus melakukan apa saja untuk sedikit menenangkan pikirannya, menegakkan dirinya dan merespons dengan positif.


        "Tentu saja! Saya akan berlari kembali dengan sekuat tenaga."

        "—Bagus, kalau begitu aku akan menyerahkan itu padamu."


        Renner tersenyum seperti biasanya. Sebelum Climb keluar dari ruangan, dia memperhatikan Rampossa III telah memberikan beberapa potion kepada Renner.

        Seseorang bisa membayangkan apa itu.

        Climb menunduk dan keluar dari ruangan. Dia berlari menuju lorong rahasia.

        Setelah itu, dia menggunakan lorong rahasia itu untuk memasuki ibukota.

        Rasanya nyata. Seolah-olah setiap penduduk ibukota telah menghilang. Begitulah kesunyian itu.

        Saat dirinya mendengar raungan beberapa binatang raksasa, dia tak tahu apa itu dari posisinya saat ini. Ibukota sangat luas, jika dia tidak memiliki titik pandang dari ketinggian kastil atau tembok kota, akan sulit baginya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

        Namun, untuk Climb saat ini, itu tidak diperlukan. Yang harus dia lakukan yaitu berlari dengan kecepatan penuh menuju gudang.

        Dia tidak bertemu dengan siapa pun sebelum dia mencapai tujuannya.

        Ini merupakan rencana yang mendesak, tetapi tempat ini cukup jauh. Selain betapa berhati-hati dirinya dalam perjalanan ke sini, dia telah menghabiskan sedikit waktu di perjalanan.

        Gudang itu tidak sebesar yang dia bayangkan. Climb mendekati pintu dan menyadari pintu itu tidak dikunci.

        Dia mengembalikan bel yang telah disiapkannya kembali ke dalam tasnya dan menyelinap masuk.

        Tidak ada yang disimpan di gudang ini, isinya kosong.

      Aroma debu menghiasi wajahnya. Tidak ada lampu dan jendelanya tertutup, jadi bagian dalamnya sangat gelap. Namun ada, sinar cahaya yang menerobos melalui beberapa celah, jadi gudang itu tidak sepenuhnya gelap.

        Climb berjalan melewati pintu masuk dan menahan napas. Dia berkonsentrasi pada suara yang datang dari luar.

        Dia mengkonfirmasi jika tidak ada suara yang mendekati gudang dan berjalan menuju dinding di seberangnya seperti yang diperintahkan kepadanya.

        Ada banyak rak kosong di sana. Dia menemukan rak ketiga dari kanan dan mendorongnya dengan paksa. Pada awalnya, tidak ada yang terjadi, tetapi setelah dia memberikan sedikit kekuatan secara bertahap, suara klik dapat didengar. Rak itu tidak lagi menahan dorongannya dan mengayun terbuka seperti pintu.

        Di dalamnya benar-benar gelap, sebuah ruangan tanpa jendela.

        Climb memakai pelindung kepalanya.

        Dengan kekuatannya, dia bisa melihat sekelilingnya. Ruangan kosong, di lantai, ada tonjolan seperti pegangan. Setelah mengangkat pegangan itu, tangga spiral menuju ruang bawah tanah muncul.   
     
        Di bagian bawah tangga pendek ada sebuah ruangan kecil dengan satu rak.

        Itu sama kosongnya seperti di atas, tidak ada substansi di dalamnya. Debu yang menumpuk di ruangan itu membentuk lapisan tebal yang menutupi segalanya. Dia menempatkan harta kerajaan di sana.

        Setelah itu, misinya selesai.

        Climb kembali ke permukaan dan keluar dari gudang.

        Saat ini, dia harus berlari kembali dengan kecepatan penuh.

        Dia melihat kembali ke arah kastil dan tidak bisa menahan diri untuk bergumam, "hah?"

        Kastil itu seputih salju. Dinding tebal mengelilingi kastil, tetapi mereka juga berwarna putih. Cahaya bersinar di atasnya terpantul benderang.

        Bagi pihak ketiga, itu pasti pemandangan yang indah, tetapi sebagai salah satu penghuninya, ini merupakan situasi yang mendesak—


        "Ah! B-bagus, kau tidak terjepit... umm... akan berbahaya bagimu untuk berada di sini lho?"


        Dia mendengar suara anak kecil di sebelahnya.

        Dia melihat ke arah di mana suara itu berasal. Di atas gudang seorang gadis menatapnya. Di tangannya ada tongkat hitam. Kulitnya hitam, dia mungkin dari ras yang dikenal sebagai Dark Elf.


        "Kau....?"

        "... eh, um, umm, ummm. Tempat ini dijadwalkan untuk dihancurkan... jadi, umm, karena kau mungkin terjebak di dalamnya, akan lebih baik bagimu untuk pergi dari sini dengan cepat lho?"


        Sekarang setelah dia mengatakan itu, dia mengerti.

        Gadis ini tidak diragukan lagi berasal dari Sorcerer Kingdom.

        Tangannya, meraih untuk menghunus pedangnya, lalu menghentikannya.

        Meskipun dia terlihat tidak kuat, tidak mungkin baginya untuk pergi sendirian ke tempat ini. Akan berbahaya memperlakukannya sebagai gadis sederhana.

        Meskipun dia mungkin memenangkan pertarungan ini, jika dia menyebabkan kegaduhan di sini dan membuat undead Sorcerer Kingdom berkumpul, dia tidak akan bisa kembali ke sisi Renner. Tugasnya bukan untuk mengalahkan musuh, tetapi untuk melayani di sisinya.

        Ditambah, tidakkah Renner sudah berulang kali memperingatkannya mengenai hal ini?

        Dia ingin melihat kembali kearah gudang, tetapi berhasil memadamkan keinginan itu. Karena dia tidak bisa membunuhnya untuk membungkamnya, dirinya harus mencoba yang terbaik untuk tidak membangkitkan kecurigaannya.

        Climb memunggungi gadis itu dan berlari. Dibandingkan dengan ketakutannya menerima serangan dari belakang, keinginannya untuk kembali ke sisi Renner sesegera mungkin jauh lebih kuat.

        Climb mulai berlari. Saat dia berbelok di sudut gang, dia mendengar suara bangunan runtuh. Dia harus membunuh keinginan untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.

        Serangan yang dia waspadai tidak pernah terjadi. Climb tiba dengan selamat di pintu masuk lorong rahasia. Sementara dia memeriksa apakah dia diikuti, Climb melihat kepulan asap membumbung tinggi diatas langit.


        "... Ibukota sedang terbakar?"


        Karena rumah-rumah menghalangi pandangannya, dia tidak dapat memastikan dari mana asap itu berasal, tetapi dirinya yakin jika itu berasal dari beberapa sumber.

        Jadi gadis itu bukan bagian dari garda depan, tetapi divisi cukup besar dari pasukan Sorcerous Kingdom yang sudah memasuki dan menjarah ibukota.

        Jadi kenapa dia tidak bisa mendengar teriakan—

        Climb mengabaikan pertanyaan yang muncul dalam benaknya.

        Dia tidak memiliki banyak waktu untuk di sia-siakan pada pertanyaan ini. Dia harus kembali ke sisi Renner dan melaporkan jika dirinya telah menyelesaikan misinya. Setelah itu, dia bisa tetap di sisinya sampai akhir.   

        Climb berlari melewati lorong dan kembali ke istana.

        Di dalam istana, keadaannya sangat sunyi dan tenang. Dia tidak bisa mengerti mengapa.

        Sebelumnya, kastil itu seperti telah membeku. Tidak dapat disangkal itu merupakan hasil dari beberapa bentuk serangan yang dilakukan Sorcerer Kingdom. Jika itu yang terjadi, sementara mungkin tidak banyak yang tersisa, masih ada beberapa knight yang tersisa untuk mempertahankan tempat ini.

        Meskipun tempat ini jauh dari garis pertahanan para knight, dia seharusnya masih bisa mendengar semacam suara, bahkan jika itu hanya suara pedang yang bersentuhan dengan sesuatu. Ngomong-ngomong soal-


        {Bahkan lebih sunyi dari sebelumnya.}


        Dibandingkan dengan sebelumnya, keheningan menjadi lebih tidak nyaman. Di dalam istana, kesunyian yang dia rasakan saat ini seolah-olah dirinya merupakan manusia terakhir di dunia ini.

        Climb sengaja berlari dengan langkah yang lebih berat untuk membuat lebih banyak suara saat dia berjalan menuju ruangan raja. Mungkin dia seharusnya mengikuti tata krama bagaimana dia membuka pintu, tetapi Climb tidak mempedulikannya lagi. Dia membuka pintu dengan sekuat tenaga.

        Tidak ada seorang pun di sana.

        Dia melihat sekeliling. Dia tidak bisa menemukan Renner atau Rampossa III.

        Ruangan raja terhubung ke ruangan lain, mungkin mereka ada di sana. Tepat ketika Climb hendak melewati ambang pintu, dia menyadari ada selembar kertas di atas meja.

        Itu merupakan jenis kertas yang sama digunakan Renner untuk menggambar peta.

        Dia mengambilnya dan melihatnya.

        Terdapat tulisan tangan Renner yang sangat familiar, instruksi baginya untuk pergi ke ruang tahta.

        Setelah itu, Climb berlari keluar ruangan.

        Ketika Climb mendekati ruang tahta, dia melambat. Koridor menuju ruang takhta dipenuhi dengan banyak sosok di kedua sisi. Tidak ada yang pernah dilihatnya sebelumnya di istana.     

        Wajah mereka pucat pasi - wanita yang tidak mungkin manusia.

        Mereka pastilah bawahan Sorcerer King. Mereka sepertinya tidak memusuhi Climb, yang telah berlari ke arah mereka. Yah tidak, itu lebih seperti mereka tidak tertarik sama sekali.

        Haruskah dia menghunuskan pedang, atau tidak.

        Climb tidak bisa mengambil keputusan. Salah satu wanita berbicara.


        "Silakan masuk, manusia terakhir dari istana ini."


        Setelah dia mengatakan itu, dia menutup mulutnya seolah-olah tidak tertarik lagi.

        Dia memiliki firasat buruk mengenai apa yang wanita itu katakan, rasa dingin merayapi tulang punggung Climb.

        Climb berlari di antara para wanita menuju ruang tahta.

        Pada saat berikutnya, begitu banyak informasi membanjiri otaknya sehingga seakan kepalanya mau pecah.

        Yang duduk di atas takhta bukanlah Rampossa III, melainkan monster kerangka yang memancarkan tekanan luar biasa - Sorcerer King Ainz Ooal Gown. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat seorang pria dengan ekor panjang, Perdana Menteri Sorcerer Kingdom, Albedo, dan monster serangga yang terlihat seperti terbuat dari es.

        Tidak jauh dari mereka, tanpa kehidupan dan di lantai, ada Rampossa III. Pakaiannya bernoda merah tua dan di sebelahnya Renner yang tengah terduduk, pakaiannya dibasahi oleh darah. Di lantai, di dekatnya, tergeletak Razor Edge.

        Bilah pedang dilumuri dengan darah. Tidak salah lagi, itu merupakan senjata yang digunakan untuk membunuh Rampossa III.


        "Putri"

        "Climb."

        "Hon," orang lain tertawa. Tawa mengejek, mungkin.


        Climb berdiri di antara Renner dan mereka lalu menyiapkan pedangnya. Keduanya mungkin akan mati di sini. Untuk melindungi Renner sampai akhir meskipun kenyataan itu merupakan demonstrasi kesetiaan tertinggi Climb.


        "Di depan Ainz-sama, kepalamu terangkat terlalu tinggi. 「  Berlutut 」."


        Climb segera berlutut. Dia tidak bisa menolak sedikitpun. Lebih akurat untuk dikatakan sebelum dia menyadarinya, tubuhnya sudah menggunakan postur ini. Dia melihat seseorang di belakangnya melakukan hal yang sama.

        Renner.

    Gambaran Renner yang pikirannya dikendalikan melintas di benaknya dan semuanya mulai terhubung bersamaan.


        "Kau mengendalikan - mengendalikan Renner-sama seperti ini?"


        Tragedi di depan tahta: Renner dikendalikan dan dipaksa untuk membunuh ayahnya sendiri. Kemarahannya mendidih namun dia masih tidak bisa bergerak. Seolah-olah tubuh ini bukan lagi miliknya.


        "Ahhh, aku ingat. Aku sudah bertemu dengannya selama duelku dengan Gazef Stronoff. Batalkan mantra pengendali."

        "Baik! 「 Kau bebas 」."


        Dengan dilepaskannya mantra itu, Climb melompat ke sisi untuk mengambil Razor Edge, yang berada di lantai. Dia berdiri dengan cepat, mengatur napas, dan membangun posturnya. Lawannya, Sorcerer King.

        Tentu saja, ini tidak ada artinya melawan lawan yang mampu membunuh Warrior Captain dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa mengikuti gerakannya dengan matanya sedikitpun. Tetap saja, dia merupakan tameng daging Renner. Tak ada hal lain kegunaan dirinya selain berdiri diantara mereka.

        Sang Sorcerer King bangkit dari tahta dan berjalan santai menuju Climb.


        "Kau harus bersyukur jika seorang raja, sepertiku, akan bersedia untuk berduel secara pribadi denganmu. Ah, ya... jika aku menang, aku akan mengambil pedang itu."


        Sorcerer King berjalan ke arahnya tanpa peduli, dia benar-benar tidak waspada.

        Kemarahan menguasai tubuh dan pikiran Climb.

        Ini semua salahnya.

        Jika dia tidak ada, kedamaian akan terjamin lebih lama, tidak ada yang akan mati—


        "— Putri tidak akan mengalami kesedihan ini!"


        Sorcerer King terlihat seperti sedang mencibir padanya.

        Tebasan tidak akan bisa mengenainya. Dia mengingat ketika Warrior Captain dibunuh. Apa langkah terbaiknya?

        Dia berpegangan erat pada Razor Edge—

        Sorcerer King membuat gerakan dan pada saat itu, Climb melemparkan Razor Edge dengan seluruh kekuatannya.

        Sepertinya bahkan Sorcerer King tidak mengharapkan ini.

        Saat dia melemparkan pedang, dia kehilangan keseimbangan.

        Climb mengurangi jarak di antara mereka, mengepalkan tinjunya, dan meninjunya.

        Tinjunya diarahkan ke wajah Sorcerer King.


        "Climb!"


        Dia mendengar Renner dengan sedih memanggil namanya.

        Monster tipe kerangka yang lemah terhadap damage yang di akibatkan serangan benda tumpul merupakan suata fakta yang sudah banyak diketahui, namun dia merasakan sakit yang hebat begitu tinjunya terhubung.

        Sorcerer King di sisi lain, tampaknya tidak terpengaruh sedikitpun.


        "Jika ini adalah dongeng—"


        Sorcerer King mengulurkan tangannya dengan kecepatan luar biasa untuk meraih pelindung dada Climb. Dia mencoba melarikan diri, tetapi dia bahkan tidak bisa membuka tangannya.


        "—Semangat akan membangkitkan kekuatan yang tidak aktif, untuk memberikanmu kemampuan untuk mengalahkanku."


        Sorcerer King mengangkat Climb. Perlawanannya tidak memiliki efek, seolah-olah dia sedang berjuang melawan tembok yang kokoh.


        "Tapi - ini merupakan kenyataan. Tidak ada yang begitu sempurna akan terjadi."


        Dia terlempar. Tubuh Climb terbang di udara selama beberapa saat sebelum jatuh ke lantai.

        Tumbukan punggungnya mengenai lantai membuat udara keluar dari tubuhnya.

        Climb berdiri dengan panik dan memandang Sorcerer King. Setelah melemparkan Climb, dia tidak melanjutkan serangannya. Dia sepertinya tidak mempertimbangkan untuk melakukan serangan lanjutan.

        Ini merupakan kebaikan yang diberikan kepadanya oleh kekuatan Sorcerer King yang luar biasa.


        "Kau akan mati di sini... kau tidak layak diselamatkan. Kau, yang tidak memiliki bakat atau kemampuan, tidak layak diselamatkan. Namun, jangan putus asa."


        Sorcerer King sepertinya sedang menatap Climb, tetapi juga tidak pada saat yang bersamaan. Matanya seolah-olah memandang ke suatu tempat yang jauh.


        "Dunia ini tidak setara. Ketidaksamaan yang kau alami mulai saat kau dilahirkan. Kelahiran mereka yang memiliki bakat tentu saja mengartikan, ada orang-orang yang lahir tanpa bakat. Terlebih, lingkungan tempat seseorang dilahirkan berbeda. Keluarga kaya melawan keluarga miskin, bahkan kepribadian saudara-saudari sepelatihanmu juga penting. Mereka yang beruntung akan terus memiliki kehidupan yang memuaskan, tetapi mereka yang tidak memilikinya, maka itu akan menjadi hal sebaliknya. Namun, harus aku tegaskan, jangan putus asa pada ketidaksetaraan itu. Alasannya - yaitu karena kematian merupakan kesetaraan yang diberikan kepada semuanya. Kau bisa menyebutnya - diriku. Kebahagiaan yang diberikan oleh penguasa maut untuk segalanya yang dianggap sebagai kesetaraan absolut di dunia yang penuh dengan ketidaksetaraan."


        Climb tidak bisa mengerti apa yang dia katakan sedikitpun, dia mungkin menyuruhnya untuk beristirahat dengan tenang.

        Tak ada yang bisa dia lakukan lagi selain kewalahan oleh kehadirannya.

        Dia merupakan kematian, makhluk yang tidak bisa dilawan oleh makhluk hidup. Seolah-olah Climb akan ditelan oleh kesombongan Sorcerer King sendirian.

        Perbedaan di antara mereka, pada tingkat biologis, terlalu besar.

        Tentu saja, Sorcerer King, kepala kerajaan dan seorang pengguna mantra yang dapat dengan mudah menghancurkan pasukan, sama sekali berbeda dibandingkan dengan warrior tanpa bakat yaitu Climb. Namun, perbedaan di antara mereka bukan hanya itu saja.

        Seperti semut, merindukan langit. Itulah perbedaan antara domain mereka.

        Meski begitu - meskipun dia mengetahui betul jika dirinya tidak bisa menang, dia telah membulatkan tekad untuk memberikan segalanya, untuk menjadi tameng daging Renner hingga akhir.

        Keberanian melonjak melalui dirinya.

        Jantungnya yang layu terbakar sekali lagi.

        Ya.

        Semua ini untuk Renner.

        Untuk wanita yang menyelamatkannya pada hari hujan itu.

        Untuknya, yang melihatnya sebagai manusia—


        "... Aku mengerti. Mata itu."


        Sorcerer King mengatakan sesuatu yang aneh.

        Dia pasti merasakan keinginan Climb untuk bertarung. Sorcerer King memperlihatkan punggungnya yang tak berdaya menuju Climb, mengambil Razor Edge yang tergeletak di tanah, dan melemparkan ke arahnya.     


        "Bangkitlah."


        Sorcerer King mengulurkan satu tangan dan dalam sekejap, sebuah pedang hitam muncul. Panjang bilahnya seperti pedang panjang.

        Climb menatap Sorcerer King yang tidak sedikitpun meningkatkan kewaspadaannya ketika dia mengambil Razor Edge. Mau tidak mau dia harus meninggalkan kesempatan pada saat ini. Dia teringat duel Gazef. Tepat sebelum pertarungan dimulai, Sorcerer King pernah mengatakannya sendiri jika senjata tanpa enchant yang memadai tidak dapat melukainya, namun juga pedang ini dapat membunuhnya.

        Bahkan set ini - set armor yang diberikan kepadanya oleh Renner, yang memiliki banyak enchant melekat padanya, tidak dapat menghancurkan pertahanan Sorcerer King. Ini merupakan kenyataan yang menyedihkan, yang telah dia konfirmasi pada serangan tadi.


        "Climb..."


        Kepada Renner, yang mencondongkan tubuh ke arahnya dengan khawatir di matanya, Climb tersenyum dan berbisik.


        "Putri, aku akan memberi anda waktu. Jika... anda mau, kumohon secepatnya melakukan itu."


        Pikirannya tersampaikan ketika Renner mengangguk.

        Climb menciptakan jarak antara dia dan Renner sebelum dia mengangkat Razor Edge.


        "Apakah kau sedang mengucapkan selamat tinggal?"

        "Aku memiliki permintaan. Setelah kau membunuhku, maukah kau juga membunuh sang putri?"

     
Sorcerer King tetap diam.

        Climb tidak bisa menganggap itu tidak aneh.

        Ini bukan wakunya untuk diam. Pertanyaannya dijawab dengan "haha" oleh Sorcerer King, tawa yang lembut.


  "Bagaimana aku akan menyiksamu...? Cara terbaiknya yaitu dengan tidak menjawab pertanyaanmu."

        "Sorcerer King!"


        Dia mengayunkan Razor Edge, yang dengan mudah ditangkis oleh pedang Sorcerer King. Setelah beberapa serangan, Sorcerer King tetap berdiri di tempatnya.

        Sorcerer King tidak menyerangnya, dia malah bermain dengannya, seperti yang dilakukan orang dewasa menjahili anak kecil.

        Namun, ini tidak masalah baginya.

        Dia mengangkat Razor Edge tinggi-tinggi dan mempertaruhkan segalanya dalam serangan tunggal ini.

        Seperti sebelumnya, Sorcerer King menangkis serangannya dengan pedang hitam murni itu.

        Saat ini adalah waktunya.

        Untuk mempertaruhkan semua yang dia miliki.

       Climb mengaktifkan seni bela dirinya. Tidak hanya itu, tetapi dia juga mengaktifkan kemampuan cincin itu juga. Pada saat itu, kemampuan tempur Climb melonjak secara signifikan.

       Pada saat itu - karena Sorcerer King sudah terbiasa dengan hal ini, serangan ini lebih seperti penyergapan baginya.

        Dia berpura-pura menggunakan semua kekuatannya untuk mengayunkan pedang ke bawah, mengendurkan otot-ototnya, dan menarik pedangnya kembali dengan sekuat tenaga saat pedang itu diblokir. Dalam satu pukulan, dia menusukkannya ke bola merah di perut Sorcerer King.

        Dia sudah memikirkannya sejak lama.

        Itu mungkin titik lemah Sorcerer King.

        Bahkan jika bukan, jika dia berhasil menghancurkannya, bukankah itu juga dianggap sebagai bentuk balas dendam?


        "—oooof."

        "—Aku mengerti, serangan yang mengesankan."


        Serangan yang telah dia lakukan dengan seluruh kekuatannya, ditangkap di jalurnya oleh Sorcerer King dengan satu tangan.

        Climb merasakan bahunya terbakar, sensasi lembab mulai mengembang darinya, dan pada saat berikutnya, panasnya berubah menjadi rasa sakit yang luar biasa.

        Dia segera melompat mundur, mengetahui bahunya telah ditebas.

       Armor yang diberikan kepadanya oleh Renner dengan mudah ditebas oleh pedang Sorcerer King. Bisa dikatakan, pedang itu tidak memiliki kemampuan menghancurkan senjata, karena armor itu sendiri tidak hancur.

        Dia masih bisa menggerakkan lengannya, tetapi masalahnya yaitu dia tidak bisa lagi melakukan serangan yang baru saja dirinya gunakan.

        Pemikiran jika dirinya bisa membalas mereka yang telah mati hanyalah mimpi belaka.


        "Bisakah Razor Edge menghancurkan World Class Item? Aku sangat tertarik dengan hasil percobaan semacam itu. Jika itu bisa merusak salah satunya, nilai pedang itu akan meroket. Bisa dikatakan—" Sorcerer King melemparkan pedangnya dan menghilang di udara, "—Aku bisa menunggu sampai setelah aku membunuhmu untuk menjalankan eksperimen itu."


        Sepertinya Sorcerer King hendak melemparkan sihirnya.

        Climb tertawa. Sorcerer King memilih untuk menggunakan sihir melawan seseorang seperti dirinya, jadi dia tidak boleh mmemberikan lawannya cukup waktu untuk melemparkan sihirnya.

        Climb melompat. Ketika dia mendengar kalimat "[ Grasp Heart ]", dia merasakan sakit yang begitu luar biasa, seolah-olah tubuhnya terkoyak dari dalam.


        "Luar biasa."


        Lalu-

        Penglihatannya—

        Benarkah—

        Berarti—



----------------------


Mini-FAQ Hitori-san : 
T: Udah nyampe mana?
J: Halaman 533/568


Jika ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca, beritahu kami di kolom komentar, dilarang copas dalam bentuk apapun macam-macam kuhajar kau.


PREVIOUS | INDEX | NEXT

Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini



Peringatan: Novel ini versi bajakan !!! Author ngambek, auto delete!! Belilah Novel aslinya jika sudah tersedia!!

126 comments:

  1. Replies
    1. ntar hidup lagi kok, kan dia sex toy nya renner.

      Delete
    2. Si renner jadi succubus kah?? Kok jadi babu sex?

      Delete
  2. Duh kesiannya climb-kun... Lahir gak ad bakat malah dijadiin mainan rener ... Itu nasib si ramphosa gmana?

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. epilog kali........

      Delete
    2. Prolog? Lah malah ngulang dari awal lagi dong mas?! Gimana sih

      Delete
    3. Aku suka komen kayak gni. goblognya gk dibuat"

      Delete
    4. Udh bener itu prolog kita minta lanjut ke volum 15 hehe

      Delete
    5. Yg komen "goblognya gak di buat" gw bilang "gw se7 bro awokawok"

      Delete
  4. Climb akhirnya bertemu dengan Gazef dan Brain :"(

    ReplyDelete
  5. maksih min,semangat buat epilog.nya

    ReplyDelete
  6. Thanks min, mmoga sehat selalu

    ReplyDelete
  7. Nampak nya next page adalah yg last tq min

    ReplyDelete
  8. Di overlord orang baik matinya cepet,tenang. Cincinya itu yang di kasih rigrit hebat ga ya?.climb masih lanjut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo Buat Penduduk NW Mah Lumayan Gan, Tapi Kalo Bagi Nazarick Mah B Aja

      Delete
    2. udah pernah dibahas keknya efeknya nambah 5 level pengguna

      Delete
  9. Selajutnya terakhir terus nunggu 1 tahun 👍

    ReplyDelete
  10. nanggungnyaa.. ga bisa tidur nyenyak ini. btw makasih min semangat

    ReplyDelete
  11. Gw dari awal emang udah ga demen ama ni Climb. Sok pahlawan tapi otaknya cuma Renner Renner trus bikin jijik

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak nyampe gan kalo dibilang sok pahlawan, lagian dia hanya sampah yg digunakan buat tambah"an dalam cerita doang.
      masih menarik cerita para kadal/goblin army atau si brita.

      Delete
    2. Brita?? Enri kali bwang :v yg pegang trompet goblin kan enri yg di kasih juga enri, ni abang ni iri ama enri yah di kasih give away ama ainz :v

      Delete
  12. Sisa epilog? Yahhh bangsat:( mind blow parahh sih ini, emg overlord doang dah

    ReplyDelete
  13. Berarti nanti nih si climb bakal di idupin lagi ya..
    Sama kaya Lizardman ama neia, dia pasti bakalan lebih nurut lagi ke Renner..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya.. Nanti dia dijadiin budak s** ama si rener :v

      Delete
    2. Enak tuh tiap hari dikasih ngewe

      Delete
    3. Cuma disiksa disuruh coli gak dikasih ngewe, disuruh nonton rener di ntr goblin

      Delete
    4. Hah serius di eue goblin?

      Delete
    5. Baca dimana yang itu?

      Delete
    6. Anjay sobat NTR bikin cerita ngawur awokawok
      Minta dibacok

      #Vanilla4life

      Delete
  14. Yeay gw masih hidup sampai skrng. Mati kalian semua bangsawan bodoh, kerajaan ini telah menyianyia bakat alami seperti ku. #kang curi gandum

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anjenk Kang Curi Gandum Dong wkwkwk

      Delete
    2. kimak emang nih si lampu, ditunggu cerita ngenes lu jd keset albedo ntar

      Delete
    3. Boleh... Kang... Volume paling brutal...

      Delete
    4. Akhirnya gua mati. Trus di hidupin ngewe. Haha

      Jones jangan ngiri

      Delete
  15. NnngggggggAINNNZZZsama

    ReplyDelete
  16. Liat Hubungan Nya Climb Sama Renner Jadi Inget Lagu Sweet But Psycho wkwkwk v:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi pengen kasihan, tapi si climbnya rada polos kali :"v

      Delete
  17. End of kingdom re-estize

    ReplyDelete
  18. Lanjut min.. sedikit lagi. semangat

    ReplyDelete
  19. Lah kok climb,mati terus yang jadi budak sex siapa?

    ReplyDelete
  20. Mantap kang coli meninggal wkwk lanjut min

    ReplyDelete
  21. Ane nungguin si philip

    ReplyDelete
  22. Vol 15-17 bakalan lawan slane teokrasi,gak sabar nunggunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. paling yg 15 lawan aliansi kota...(PDL)

      Delete
    2. Volume 17 mgkn temen2ny ainz pada dtg jenguk ainz dinazarick

      Delete
  23. Wcl nya ainz(orb merah yg di perut ainz mksdnya) mo dihancurin pake razor edge yah mana bisa lah climb wkwkw...

    ReplyDelete
  24. Next...
    Mkasih min updatenya, sedikit lgi slesai.

    ReplyDelete
  25. Kuharap climb mati... Kuharap climb mati.. karakter yang lebih gue benci dariapad Philip. Karakter yg ngeganggu Renner aja, dia gk pantas mendapatkan perhatian Renner, dia harusnya musnah.. musnah

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang gan setuju banget, karakter sampah ga guna.
      tp kalo mati terlalu baek, tp kalo dijadiin mainan buat disiksa juga males denger ceritanya, serba salah.

      Delete
    2. Mending mati, meskipun gua lb proud sama brain yg walaupun awalnya karakter cupu tp endingnya cool abis

      Delete
  26. ku lihat di part ini penuh dgn skenarionya renner

    ReplyDelete
  27. Thanks min updatenya, di tunggu lanjutnya..
    Semangat..

    ReplyDelete
  28. Semangat min.. Ditunggu lanjutannya..

    ReplyDelete
  29. Si Renner pandai kali, bikin dirinya seperti seorang korban. Padahal dia si pengkhianat. Playing victim Ni mah :v

    ReplyDelete
  30. Wkwkwkwk makanya kalo jd org jgn napsuan :v

    ReplyDelete
  31. Climb kuuun...... Mati aja lu! Paling males liat scene si climb

    ReplyDelete
    Replies
    1. bikin komunitas anti karakter sampah (climb) bagus nih keknya wkwk.
      ane kira ane doang yg enek sama si sampah, ternyata ada juga yg laen.

      Delete
  32. bentar bentar , kok pada bilang climb kang coli sih kenapaa nih?

    ReplyDelete
  33. Tukang rakit PC gaming kere hore gak tuh

    ReplyDelete
  34. Tinggal epilog lalu menunggu setahun lagi untuk vol 15.puasa selama setahun baca overlord

    ReplyDelete
  35. Nanggung ceritanya pas seru" , setiap char di overlord , gx segan" di bunuh , mantap dah bikin penasaran trus

    ReplyDelete
  36. terbukanya aib seblum meninggal wwkwkw

    ReplyDelete
  37. Benar kan?
    Brain ded..
    Climb ded...
    Renner manusia terakhir brdiri di puing puing ...
    Hahhaha

    ReplyDelete
  38. saran min, JANGAN DI LANJUTIN TRANSLETE NYA, biar org goblok gabisa bahasa inggris pada diem

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap TRANSLETE, jago banget bhs inggris ente, ajarin dong.
      hebat banget bisa baca yg bhs inggris, tp kok novel aslinya bhs jepang yak gan ? (reader gratisan aja banyak tingkah)


      untung ane udh beli novelnya, jd ga termasuk org goblok kan gan ?

      Delete
    2. Setau gw bahasa jepang deh???maksudny dari jepang ke inggris???ato dari inggris ke jepang???

      Delete
  39. Ty min.. Lanjut terus..
    Mamposs lu climb...

    ReplyDelete
  40. Jika ini adalah shounen, semangat akan membangkitkan kekuatan besar untuk mengalahkan Ainz ooal Gown. Namun sayangnya, Overlord bukan shounen. Hahaha. Mantap Maruyama-sama.

    ReplyDelete
  41. Climb charakter paling beruntung selama ini...

    ReplyDelete
  42. Mision failed_-(╥﹏╥)
    Rip clim-kun + masih perjaka lagi,
    Sad end gak tuh wkwkwk

    ReplyDelete
  43. ainz nya cupu maen maen sama bocil

    ReplyDelete
  44. Apa yang akan dilakuin raner????


    Menarik...

    ReplyDelete
  45. Mantap lah vol 14, nyampur dan seru ceritanya.... Best lah buat maruyama sensei para translator

    ReplyDelete
  46. Gw penasaran sama bohlam, belum dibahas lagi gimana nasibnya..

    ReplyDelete
  47. Mantap lah Min dah update. Thank you Min

    ReplyDelete
  48. Semua ini terjadi karena PHILIP, si lampu bohlam melakukan ini karena ia berdelusi/menghayal bahwa dirinya genius serta berbakat wkwkwk padahal kenyataannya idot+naif tapi mau bagaimana lagi dia menjadi seperti itu dikarenakan tidak di perlakukan dengan baik oleh kedua orang tua nya.

    ReplyDelete
  49. Betapa ironis... Mimpi seorang Manusia memang selemah itu. Tidak ada yang benar-benar mampu berhadapan dengan kekuatan absolut. Penulis benar-benar menunjukkan betapa rapuhnya peradaban manusia. Yang membuatnya lebih buruk, tidak ada yang bisa menghentikan invasi Ainz-sana yang terlalu kuat. Baik PDL atau Theocracy. Hmm, saya secara pribadi menantikan cara menarik untuk menghacurkan mereka semua. Tentu, menggunakan sudut pandang mereka yang menyedihkan.

    ReplyDelete
  50. Yup jdi peliharan raner ko kmu climb jangan takut ga mati ko kmu

    ReplyDelete
  51. Pas gua ngira bakal A pas baca jadinya malah B. Mau bilang plot twist tp keknya imajinasi gua aja yg kurang pelangi. But seru bgttt!!!

    ReplyDelete
  52. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  53. Andai Ainz njawab.

    "Aku tidak akan membunuh sang putri akan kuberi siksaan dengan digangbang oleh penduduk nazzarick"

    Pasti climb bisa power up

    ReplyDelete
  54. Udh latihan pedang lama msh lemah aj nggak taunya keseringan coli wqwqwq

    ReplyDelete
  55. Santai Gan yang cemburu Climb dpt Renner satu2nya Itu gak bener. Soalnya Climb gk berbakat. Kalau ada side story. Beberapa tahun kedepan Renner menemukan anak yg lebih berbakat dan cerdas kek dirinya di panti yg dikelolanya. Taulah nanti Climb ditikung juniornya yg mana Renner pun suka sama dia trus dijadikan iblis juga. Hehe tapi itu boong

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon