June 24, 2020

The Strongest Dull Prince Battle for the Throne Bahasa Indonesia Chapter 17

Translator: Sai Kuze

Chapter 17 - Hitam dan Putih


The Strongest Dull Prince Battle for the Throne Bahasa Indonesia Chapter 17


Rantai terus menjerat mereka.

Itu menyiratkan kutukan pelemah akan terus menjadi lebih kuat.

Setelah aku menangkap mereka, perlahan-lahan aku terbang ke langit. Saat ini mereka bahkan lebih lemah dari serangga. Sisanya hanya tinggal membuangnya.




"Kekuatan seorang vampir berasal dari kekuatan sihir mereka yang sangat besar. Kalian mungkin berumur panjang tetapi tanpa sihir, kekuatan fisik kalian tidak jauh berbeda dari manusia. Dengan kata lain, jika aku menyegel sihir kalian, maka tidak akan ada yang perlu ditakutkan."

"Hei!!?? Kenapa rantai ini juga menjeratku!?"

".........."


Aku sedang mencoba mengatakan sesuatu yang keren tetapi wanita ini malah merusaknya.

Melihat dirinya, sepertinya rantai benar-benar menjeratnya. Mungkin rantai ini hanya melakukan tugasnya untuk menangkap mereka yang memusuhiku.

Sebaliknya, dari awal kok bisa wanita ini tertangkap? Apakah dia benar-benar manusia? Mantra diaktifkan ketika dia benar-benar tidak menghiraukan diriku.


"Maaf tentang itu. Sepertinya rantai itu hanya mencoba menangkap orang-orang yang memusuhiku."


Ketika aku melepaskan rantai dengan kedipan mataku, Elna terengah-engah seperti dia kehabisan nafas dan menatap tajam padaku.

Ketika aku menertawakannya, wajahnya memerah.


"Kau!! Kenapa kau mencoba menangkap sekutumu menggunakan rantai!?"

"Rantai itu tidak bereaksi pada siapa pun yang menganggapku sekutu. Kau terlalu memusuhiku. Selain itu, kau seharusnya tidak akan kerepotan berurusan dengan beberapa rantai yang dilemparkan oleh orang sepertiku kan?"

"Dasar licik! Kau masih menyimpan dendam karena pertemuan kita sebelumnya kan!? Pikiran sempitmu mudah sekali dibaca! Aku bahkan mengkhawatirkanmu ketika kau diserang orang itu!!"

"Kau khawatir ya. Pasti berat ya jadi bawahanmu."


Wajah Elna saat ini benar-benar memerah. Sepertinya aku tidak bisa menggambarkan keadaannya hanya sebagai marah saja.

Sangat menyenangkan mengolok-olok Elna seperti ini, tetapi pelanggan pertamaku sedang menungguku.


"Maafkan aku. Aku tertunda oleh pahlawan tomboi di sana. Tadi sampai dimana kita? Ah, tidak perlu takut pada vampir yang sihirnya tersegel kan?"

"DASAR BAJINGAN!! JANGAN MERENDAHKAN KAMI!"

"LEPASKAN KAMI! JIKA AKU BISA MELEPASKAN INI, TANPA BUANG-BUANG WAKTU AKU AKAN MENCABIK-CABIK SESEORANG SEPERTI DIRIMU!!"

"Jika kalian pikir kalian bisa melepasnya maka silakan lakukan dengan segala cara. Kalian tidak akan dapat melakukannya bahkan jika kalian menghabiskan seluruh sisa hidup kalian. Lalu sekarang... saatnya untuk penebusan. Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dikatakan?"


Setelah mengatakan itu, aku memusatkan sejumlah besar kekuatan sihir di tanganku.

Itu kugunakan untuk melemparkan sihir yang berbeda dari apa yang telah aku gunakan sejauh ini.

Melihat itu, Sam dan Dean mulai berkeringat dingin.


"Tu, tunggu sebentar.....! Kau tidak memiliki dendam terhadap kami kan! Jika kau membiarkan kami pergi, kami akan berhutang padamu!"

"Dendam ya...... bukan berarti tidak ada sedikit pun."


Seseorang yang mengarahkan sihirnya pada Finne sebelumnya yaitu Dean. Sudah cukup untuk membunuh mereka ribuan kali ketika aku mengingat kemarahan itu.

Kenyataan jika dia mengarahkan sihirnya padanya. Kenyataan karena dia menempatkan Finne dalam bahaya. Bahkan jika Finne tidak benar-benar terluka, tindakan itu saja layak mendapat hukuman.


"Ap, apa yang pernah kami lakukan padamu!? Kau tidak datang kemari karena request dari serikat kan!? Jika kau ingin membunuh kami maka itu seharusnya di dasari perintah dari serikat kan!"

"Manusia itu rumit ya? Kau tidak akan tahu dari mana dendam itu berasal. Selain itu, bahkan jika aku tidak datang kemari karena request dari serikatd, aku masihlah seorang petualang. Kenyataannya tidak ada yang berubah di mana pun aku berada. Sudah menjadi tugasku untuk melindungi orang-orang di benua ini dari para monster. Dengan atau tanpa request itu sendiri."

"KA, KAMI BUKAN MONSTER!"

"Serikat menganggap kalian sebagai monster. Selain itu, tindakan keji kalian tidak berbeda dari para monster. Hei, apa kalian tidak memiliki hal lain untuk dikatakan? Jika kalian memberitahuku identitas seseorang yang memerintahkan kalian untuk melakukan hal ini maka aku mungkin bisa menghentikan pahlawan itu untuk  menghajar kalian lho?"


Saat aku berbicara kepada mereka, kekuatan sihirku secara bertahap meningkat.

Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, sangatlah jelas jika serangan yang aku persiapkan terlalu berlebihan. Mereka berdua pasti mengerti, jika serangan itu di lemparkan mereka akan mati.

Namun, meskipun Sam dan Dean ketakutan, mereka tidak pernah mengatakan sepatah katapun.

Entah mereka memang tidak mau membuka mulutnya atau mereka hanya ketakutan. Aku tidak bisa membayangkan keduanya merupakan sosok prajurit maupun setia kepada seseorang. Maka pasti hanya ketakutan ya.

Seorang perencana yang bahkan ditakuti oleh monster peringkat S ya.

Siapa itu?


"Cepat dan lemparkan itu. Jika tidak, aku akan membunuhmu."

"Ka, Kami bangga menjadi vampir! Jangan berpikir kami akan menyerah hanya karena beberapa manusia saja!!"

"Begitukah. Kalau begitu ayo kita akhiri ini. Aku juga sudah menyelesaikan persiapanku."


Seseorang yang paling terkejut mendapati balasan itu yaitu aku.

Para vampir mungkin tidak menyadarinya tetapi jika itu merupakan sesuatu yang Elna harus siapkan maka itu pasti 'itu'.


"E, Elna von Amsberg!! Jangan bilang, kau akan memanggil pedang suci!?"

"Memangnya kenapa?"

"Sihirku sudah cukup untuk menyelesaikan mereka! Apa kau berniat menghancurkan seluruh kota!?"

"Aku akan menyesuaikan kekuatannya maka seharusnya baik-baik saja. Seseorang menahan musuh untukku karena itu aku bisa memanggilnya dengan sempurna."

"O, Oi....."

"Aku salah satu anggota keluarga Amsberg. Menghancurkan musuh kekaisaran merupakan tugasku. Aku tidak akan pernah memaafkan mereka!"


Elna mengangkat tangan kanannya menuju langit.

Kemudian.


"Dengar suaraku dan turunlah! Pedang bintang terang! Saat ini, sang pahlawan membutuhkanmu!!"


Cahaya putih jatuh dari langit.

Elna meraihnya dan dengan kilau putih mengubahnya menjadi pedang perak yang bersinar.

Lima ratus tahun yang lalu, pedang yang digunakan pahlawan untuk mengalahkan Demon King, Aurora. Diceritakan pedang itu tercipta dari meteorit yang ditempa, pedang itu dapat memotong segala sesuatu dan memusnahkan segala jenis kejahatan.

Karena kekuatannya yang luar biasa, pedang itu disegel oleh generasi pertama Keluarga Pahlawan Amsberg dan hanya dapat dipanggil oleh mereka yang memiliki bakat untuk memanggilnya.

Dengan kata lain, untuk dapat memanggil pedang ini berarti orang tersebut memiliki kualifikasi untuk menjadi Pahlawan.

Elna memanggil pedang ini ketika usia dua belas tahun. Ini adalah alasan mengapa orang-orang menyebutnya anak ajaib.


"!?"


Sesuai dugaan dari pedang yang mengalahkan Demon King, kehadirannya saja sudah konyol.

Jika digunakan oleh seseorang yang sekaliber Elna, orang itu akan menjadi tak terkalahkan. Itulah alasan mengapa keluarga Amsberg ditakuti oleh negara lain. Menggunakan pedang suci bintang ini, bisa saja satu pasukan dimusnahkan dalam satu serangan. Disisi lain, hanya ada beberapa kasus di masa lalu di mana pedang itu dipanggil untuk memerangi para tentara.

Lagipula pedang ini jarang sekali dipanggil. Satu-satunya yang dengan sia-sia memanggilnya karena dia hanya merasa kesal mungkin hanyalah Elna.


"Sekarang... persiapkan diri kalian."

"Ya ampun.... Aku akan membiarkanmu memilikinya."

"Hmph! Sejak awal mereka memang mangsaku! Akulah yang memberikannya padamu!"

"Okok, cukup sampai disitu."


Aku mundur selangkah dan mulai melantunkan sihir.

Aku belum melantunkan mantra apa pun sejauh ini, tetapi sebagai tindakan jaga-jaga aku menggunakan mantra untuk memaksimalkan kekuatan sihir dan memastikan kehancuran mereka.


[[ I am the usurper ・ Usurpation is darker than the dept of underworld ・ The darkness is darker than the abyss ・ The darkness is deeper than the night ・ The darkness of creation ・ The darkness of death ・ Return all those born from darkness to where it from —- INFINITY DARKNESS ]]


Sebuah bola hitam besar muncul di atasku.

Berbeda dengan kegelapan yang menelan segalanya, cahaya putih dari pedang suci Elna membentang hingga ke ujung langit.

Hitam dan putih. Kegelapan dan Cahaya.

Serangan dengan atribut yang tidak pernah kompatibel. Namun, konsekuensi dari mereka yang tertelan keduanya sama.

Kami menyesuaikan arah serangan. Lebih mudah untuk membinasakan monster pada saat yang sama. Saat itu, Leo masih dalam persiapan untuk menerobos gerombolan para monster.

Ketika aku melihatnya, tidak ada seorang pun di gerombolan monster itu.

Tetapi untuk berjaga-jaga, ayo beri mereka peringatan.


"Bagi kalian yang masih berada ditengah gerombolan monster, larilah!"

"Aku tidak bisa menjamin kalian tidak akan terbunuh dalam serangan ini!"


Kami berdua mengatakan peringatan kami.

Mungkin mereka merasakan bahaya, Leo dan pasukannya segera berpindah dari para monster sementara tentara garnisun menuruni benteng dan mulai melarikan diri.

Sementara itu, monster yang menjadi target serangan hanya menatap kosong ke arah langit.

Ada monster yang hidup dengan kelompok kecil tanpa membahayakan manusia disana. Tetapi maafkan aku. Bahkan jika mereka hanya dimanfaatkan, aku tidak bisa mengabaikan kenyataan jika mereka menyerang manusia.

Sama seperti mereka menyerang manusia untuk melindungi rekan-rekan mereka, kami juga harus berjuang untuk melindungi para manusia.

Satu-satunya penyesalan di dalam hatiku merupakan 'itu'.

Aku tak menyesal memusnahkan kedua orang yang ada di depanku.


"Sekarang... rapatkan gigimu."

"Sudah waktunya untuk penebusan!"

"Hiiiiiiiiiiiiii!?"

"Uwaaaaaaaaaaa!!??"


Bola hitam menelan Dean bersama dengan segerombolan monster.

Cahaya dari pedang suci Elna menelan Sam dan juga berlanjut menelan segerombolan monster.

Saat kami saling bersaing, serangan itu menghapus segalanya dan akhirnya, tidak ada yang tersisa.

Tidak ada seruan kemenangan. Ketika kami melihatnya, Kaisar dengan lelah menatap kami. Mungkin dia ingin mengatakan jika kami berdua terlalu berlebihan.

Yah, tidak apa-apa karena satu-satunya yang akan dimarahi hanyalah Elna.

Ah benar, itu benar sekali.


"Yang Mulia! Kali ini aku hanya berpartisipasi atas keinginanku sendiri, tetapi...... aku harap anda tidak akan mengabaikan serikat setelah hari ini."

"Fuh.... Aku mengerti. Terima kasih atas kerja samanya Silver."

"Dengan ini, martabat serikat masih bisa tertolong, mereka juga seharusnya tidak menuntut kekaisaran untuk masalah ini."


Ketika aku membungkuk pada Kaisar dan menyiapkan sihir transferku, Elna memanggilku.


"Silver."

"Ada apa? Kau masih memiliki keluhan?"

"Ya, ada banyak. Tetapi, aku tidak akan mengatakannya sekarang. Kau sangat berkontribusi pada masalah ini. Terutama, terima kasih telah menyelamatkan Finne. Gadis itu... dia tidak lain merupakan teman dari teman masa kecilku."

"Mungkinkah teman masa kecil itu pangeran ampas?"

"Dasar.... kau masih memanggilnya seperti itu setelah kau melihat apa yang terjadi pada vampir yang mengatakan itu sebelumnya ya? Tarik kembali ucapan itu. Teman masa kecilku merupakan pangeran terbaik yang pernah ada. Aku tidak akan memaafkan siapa pun yang mengolok-oloknya di depanku!"


Elna mengacungkan pedang sucinya ke arahku.

Matanya serius.

Dia sepertinya benar-benar ingin melawan petualang peringkat SS dengan serius untuk melindungi namaku.

Sembari tersenyum pahit pada Elna yang seperti itu, aku mengoreksi diriku sendiri.


"Maafkan aku. Jika kau menganggapnya sampai sejauh itu, maka itu pasti benar-benar tidak sopan untukku menyebutnya sebagai pangeran ampas. Namun, aku juga merasa kasihan. Memiliki teman masa kecil sepertimu pasti melelahkan ya."

"Apa!?"

"Yah, kalau begitu izinkan aku untuk undur diri."


Setelah mengatakan itu, aku melakukan transfer sebelum Elna bisa mengeluh.

Aku tiba di ruangan tempat Sebas menungguku dan menggerakkan tubuh lelahku untuk melepas jubah dan topengku.


"Terima kasih atas kerja keras anda. Silakan minum tehnya."

"Terima kasih.... maaf soal itu...."

"Anda terlihat sangat lelah."

"Ya.... seperti yang kau bilang......"


Melepaskan sihir transfer, healing barrier, cursed chain barrier, dan sihir serangan terakhir. Aku menggunakan sangat banyak kekuatan sihir. Jujur saja, kekuatan sihirku sudah mendekati batasnya. Hal yang sama berlaku untuk kekuatan fisikku.


"Aku lelah... aku mau tidur..."

"Tolong serahkan sisanya pada saya."


Setelah minum sedikit teh, aku mulai tertidur di kursiku. Aku ingin tidur di tempat tidur tetapi tubuhku tidak mau mendengarkanku.

Melihat keadaanku, Sebas berbisik padaku dengan suara lembut.


"Sungguh, terima kasih atas kerja keras anda. Anda luar biasa, Arnold-sama."

"Begitukah.... lalu aku akan beristirahat dengan tenang......"


Sudah lama sekali Sebas memujiku seperti ini.

Dengan pemikiran itu, aku melepaskan kesadaranku dan tertidur dengan nyenyak.



----------------------


Jika ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca, beritahu kami di kolom komentar, dilarang COPAS dalam bentuk apapun macam-macam kuhajar kau.


PREVIOUS | INDEX | NEXT

Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini

5 comments:

  1. jika klik next http.../2020/05... jadinya page not found
    kali klik dari index page http.../2020/06... baru pagenya bisa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Link sudah diperbaiki, terimakasih sudah memberitahu

      Delete
  2. kalo bisa menghancurkan banyak monster dalam waktu singkat knp buang2 waktu untuk memanggil pasukan

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon