July 04, 2020

The Strongest Dull Prince Battle for the Throne Bahasa Indonesia Chapter 19

Translator: Sai Kuze

Chapter 19 - Ibu dari Ketiganya


The Strongest Dull Prince Battle for the Throne Bahasa Indonesia Chapter 19


Dua minggu telah berlalu sejak persitiwa itu. Karena terlalu banyak huru hara, belum ada yang melalukan pergerakan dalam perang suksesi.

Sementara itu, aku dan Leo membuat rencana mengunjungi tempat tertentu.

Tempat itu disebut Istana Dalam.

Tempat itu merupakan tempat tinggal para selir Kaisar.

Terletak di belakang istana pedang Kekaisaran, istana khusus wanita di mana hanya Kaisar dan orang-orang yang telah diberikan izin, boleh menginjakkan kaki disana.

Hanya ada satu alasan mengapa kami datang ke tempat seperti itu.



Yaitu untuk bertemu ibu kami.

Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Kurasa, mungkin sekitar tiga bulan. Yah, itu hanya berlaku untukku.

Leo sepertinya mengunjunginya kapan pun dia memiliki waktu luang. Dia anak yang berbakti.


"Ibu, Al, dan Leo datang berkunjung."

"Selamat datang. Aku membuat beberapa kue. Sini makan."


Satu-satunya yang bisa begitu jujur ​​dengan putranya bahkan ketika putranya tidak mengunjunginya untuk waktu yang lama mungkin hanya ibuku.

Namanya Mitsuba. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata hitam. Dia terlihat sangat muda dan cantik sehingga kau tidak bisa membayangkan dia memiliki dua putra yang sudah dewasa. Tapi aku harus menghindari topik itu di dekatnya.

Dia seorang penari dari timur, dia merupakan legenda yang membuat ayah jatuh cinta dengan kecantikannya dan melamarnya di tempat itu juga. Kisah mereka masih terkenal di ibukota kekaisaran bahkan sampai saat ini.

Yah, bagian legendarisnya berasal dari seberapa cepat kaisar melamarnya tetapi dia benar-benar tidak memberi saran mengenai pendidikan kami. Dia cukup eksentrik dalam hal itu, tapi yah, itu terdengar seperti ibuku.

Bahkan, dia tidak membahas satu hal pun kepada Kaisar mengenai hal itu.

Berkat itu, seseorang sepertiku tercipta namun karena Leo ternyata tumbuh dengan sempurna, sepertinya itu berhasil.

Kami duduk di meja yang sudah disiapkan dan meraih beberapa kue. Kemudian.


"Sudah lama ya, Al."

"Ya, sudah lama. Ibu."

"Apakah itu karena kau terlalu sering bermain-main dan melupakan ibumu? Atau mungkinkah kau mendapatkan seorang kekasih?"

"Pastinya yang pertama."

"Jawaban yang membosankan. Kalian berdua memiliki terlalu sedikit kenalan wanita. Ceritakan beberapa kisah asmara dengan ibumu sesekali."


Terkadang aku berpikir orang ini lupa jika kedua putranya merupakan seorang pangeran.

Mengesampingkan diriku, bisa menjadi berita besar jika Leo memiliki kekasih. Kau harus menyelidiki siapa pasangannya atau apakah dia berasal dari keluarga yang baik atau tidak.

Yah, kami dibesarkan sebagai anak-anak biasa tanpa mengkhawatirkan tentang hal-hal semacam itu. Kami di ajari sedikit sopan santun dan hanya itu saja.

Kebijakan pendidikannya yaitu membiarkan anak-anaknya melakukan apa pun yang mereka inginkan. Karena ibu kami seperti ini, bahkan jika aku merasa pelajarannya membosankan dan aku tidak menghadirinya, dia tidak pernah marah pada kami. Namun, dia selalu mengatakan kepada kami [jika kau berpikir itu akan diperlukan untuk masa depan maka pastikan untuk mempelajarinya] dan hanya itu.

Setelah memikirkannya, itu menakutkan. Memangnya dia tak memikirkan pendidikan yang layak untuk seorang pangeran?

Sebagai hasil dari kemerdekaan kami, anak tertua ternyata menjadi tidak berguna sementara anak termuda tumbuh menjadi sempurna. Bisa dibilang jika metodenya benar-benar yang menciptakan kepribadian kami.


"Jadi, mengapa kali ini kalian berdua bersama-sama ke tempat ini?"

"Ibu. Kali ini, aku sudah ditunjuk sebagai duta besar berkuasa penuh dan Nii-san ditugaskan sebagai ajudanku. Kami mungkin harus meninggalkan kekaisaran sebentar lagi. Karena itu sebelum itu terjadi kami ingin memberitahu ibu."

"Ara? Apakah itu masalahnya? Lalu, bisakah ibu meminta oleh-oleh berupa makanan? Jika kalian membelikan ibu sebuah ornamen, ibu tidak tahu mau diapakan."

"Haa...."


Meskipun dia memiliki kepribadian seperti ini, dia masih hidup dengan baik di istana dalam ini.

Saat ini, istana dalam juga di tengah-tengah perebutan kekuasaan. Rupanya, para ibu yang ingin anak mereka menjadi seorang kaisar sedang merencanakan sesuatu. Karena mata Permaisuri dan Kaisar yang mengawasi istana dalam, mereka tidak dapat membuat pergerakan sejelas itu tetapi tidak ada keraguan jika disini merupakan tempat yang mengharuskanmu untuk berhati-hati.


"Ibu, apakah ibu tidak khawatir?"

"Khawatir untuk apa? Kau masih saja manja ya, Leo. Ibu tidak akan memberi tahu putra-putranya yang berusia delapan belas tahun tentang apa yang harus dilakukan tetapi jika Yang Mulia menugaskanmu untuk melakukan sesuatu, maka ibu pikir beliau sudah menilai jika dirimu mampu melakukannya lho."

"Aku mengerti... Lalu aku dengan percaya diri akan menjalani pekerjaanku."

"Karena dia memberiku pekerjaan, maka akan aku kerjakan."

"Lakukan sesuka kalian. Kalian tidak akan terbunuh jika kalian gagal."


Kata Ibu, sembari menyeruput tehnya.

Jika selir lain maka mereka pasti akan mengatakan kepada kami jika kami tidak diizinkan sedikitpun untuk gagal atau mengatakan jika ini merupakan kesempatan untuk menarik minat Yang Mulia.

Ketika aku memikirkan hal itu, aku mendengar ketukan datang dari pintu.

Ketika ibu membuka pintu, tiba-tiba, Christa yang muncul.


"Ara, Christa. Selamat datang."

"Okaa-sama!"


Dengan ekspresi cerah yang tidak biasa, Christa berlari kearah ibu dan duduk di pangkuannya.

Si kecil Christa menyesuaikan posisinya di pangkuan ibu dan menatap kue di atas meja.

Sepertinya dia menyadari jika kue itu disiapkan untuk kami.


"Kau boleh memakannya kok. Lagipula Al dan Leon tidak makan banyak."

"Benarkah? Al-nii-sama, Leo-nii-sama."

"Ya, makanlah. Makanlah sebanyak yang kau suka."

"Kueku masih kupegang jadi bagaimana kalau kita makan bersama, Christa."

"Un!"


Melihat Christa meraih kue benar-benar memberiku ketenangan pikiran.

Sepertinya mereka benar-benar orang tua dan anak.

Ibu Christa meninggal sejak Christa masih muda. Pada saat itu seseorang yang mengajukan diri untuk merawat Christa adalah ibuku.

Sejak itu, Christa menganggap ibu seolah-olah dia merupakan ibu kandungnya. Melihat mereka seperti itu, kami hanya merasa nostalgia.


"Omong-omong, Elna kemarin kesini. Dia meminta maaf kepada ibu mengenai Al, memangnya apa yang kau lakukan?"

"Yah, dia melakukan sesuatu yang tidak perlu. Berkat itu, aku sekarang terjebak dengan posisi yang merepotkan."

"Nii-sama merupakan orang yang merepotkan—!"


Christa menggunakan lengan bonekanya untuk menunjuk ke arahku.

Rupanya, aku dimarahi oleh boneka itu ya. Ketika aku mengerutkan dahi padanya, semua orang tertawa.

Mengapa? Memangnya itu lucu.

Waktu terus berlalu dengan damai seperti itu sampai ibu tiba-tiba ibu mengajukan pertanyaan ketika aku hendak berpikir untuk pergi.


"Ah, benar juga. Aku lupa menanyakan ini."

"Menanyakan apa?"

"Siapa di antara kalian yang akan menjadikan Blau Mowe sebagai permaisuri?"

""Buh!!""


Aku dan Leo menyemburkan teh pada saat bersamaan.

Kami tersedak teh sembari menyeka mulut kami dengan handuk yang ditawarkan oleh Christa.

Pertanyaan tiba-tiba macam apa itu, Ya ampun, Ibu.


"Kami tidak berada dalam hubungan seperti itu dengan Finne-san, ibu......"

"Tetapi itu tidak seperti biasanya kalian berdua dekat dengan seorang wanita kan? Jadi, apa dia permaisurinya Leo?"

"Yah, orang-orang sering mengatakan jika mereka berdua terlihat serasi."


Ayo kita tuntun masalah ini kepada Leo.

Ekspresi Leo menyiratkan [Kau mengkhianatiku!?] atau semacam itu namun berikan aku kelonggaran untuk topik seperti itu.

Ketika aku berpikir lebih baik untuk pergi secepatnya, serangan datang dari arah yang tidak terduga.


"Okaa-sama. Finne itu teman Al-nii-sama lho."

"Oh sayang! Begitukah?"

"Iya. Finne sangat cantik dan dia juga terlihat serasi dengan Al-nii-sama."

"Ara Ara."

"Tidak tidak....."


Sepertinya aku juga tidak bisa meremehkanmu, dan karena itu ibuku menatapku dengan tatapan bingung.

Beraninya kau menceritakan kisah seperti itu padanya, gadis kecil. Finne terlihat serasi denganku? Jika kau menyebarkan cerita itu ke dalam ibukota, kau akan ditertawakan.


"Kami hanya sudah bersama lebih lama karena suatu permasalahan yang ada dialami Duke Kleinert. Tidak ada apa-apa di antara kami."

"Tetap saja dia merupakan wanita cantik nomor satu di Kekaisaran lho? Benar kan, Christa?"

"U-n...... Okaa-sama lebih cantik!"

"Terima kasih, Christa. Ibu juga berpikir kalau Christa yang paling cantik juga lho."


Melihat dua perempuan beperlukan untuk beberapa alasan, aku menghela nafas dan berdiri.

Aku membungkuk dan bersiap untuk pergi.


"Apakah kau sudah mau pergi?"

"Bagaimanapun juga sudah agak lama. Aku harus bertemu seseorang hari ini juga. Kau disini saja lebih lama lagi."

"Al-nii-sama, sampai jumpa lagi."

"Ya, sampai jumpa. Ibu juga."

"Ya, hati-hati. Bagaimanapun juga, kau selalu memaksakan diri."

"Aku tidak pernah memaksakan diriku sehari pun dalam hidupku lho. Lagipula aku sudah menjalani hidup sesuai keinginanku."

"Begitukah? Baiklah, yasudah kita anggap saja seperti itu. Baiklah, lakukan yang terbaik."


Karena diusir oleh ibu, aku meninggalkan istana dalam dengan motivasi baru.

Aku masih harus memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku harus melindungi tempat itu.

Aku tidak boleh beristirahat.


"Sebas."

"Ya."

"Temukan kelemahan para bangsawan di faksi netral. Aku harus melakukan apa yang kubisa selagi aku masih di dalam ibukota kekaisaran."

"Sesuai keinginan anda."


Oleh karena itu, aku melanjutkan manuver rahasiaku.



----------------------


Jika ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca, beritahu kami di kolom komentar, dilarang COPAS dalam bentuk apapun macam-macam kuhajar kau.


PREVIOUS | INDEX | NEXT

Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini

4 comments:


EmoticonEmoticon