February 24, 2021

Breakthrough with the Forbidden Master Bahasa Indonesia Chapter 2

Translator: A-san

Chapter 2 - Ayah dan Anak


Breakthrough with the Forbidden Master Bahasa Indonesia Chapter 2


Oooooooh, ya tuhan, kau membuatku muakkkkkkk!!

…… Aku tidak bisa mengatakannya! Mungkin aku akan merasa lebih lega jika aku bisa meneriakkan hal tersebut, namun aku tidak mungkin melakukannya. 

Sebenarnya, Aku ingin membetulkan semua perkataan buruk yang diucapkan oleh tuan putri kepada mereka, namun apapun yang kukatakan, hal tersebut justru akan membuatku terlihat seperti seseorang yang menjijikkan, atau bahkan lebih buruk. 

Jadi aku hanya bisa bepura-pura tidak mendengarkan ucapan dan pergi begitu saja, untuk mempertahankan harga diriku. 


"Sayang sekali, Earth. Tetapi kamu jangan putus asa, berlatihlah terus agar menjadi lebih kuat."


Tepat saat aku akan pergi, Taek, instruktur yang menjadi juri latihan tandingku dengan tuan putri tiba-tiba menepukkan tangan dibahuku dan berusaha menyemangatiku.  


"Tahukah kamu? Ayahmu 'Hiro' juga sering kalah dari 'Solja' yang merupakan murid terkuat diakademi ini ketika masih muda. Namun pada akhirnya… ayahmu bisa mengalahkannya saat [Graduation Commemorative Match]. Jadi jangan menyerah!"


Instruktur mengacungkan jempolnya sembari berusaha menyemangatiku. Mendengar hal itu, satu persatu teman sekelasku mulai memberikanku semangat.


"Benar sekali, Earth. Kamu pasti bisa mengeluarkan kemampuan dari gen pahlawan yang terdapat dalam tubuhmu!"

"Ya, karena Earth adalah putra dari pahlawan, ‘Hiro’!"

"Mungkinkah dia akan menunjukkan kemampuan hebat yang mampu mengalahkan si Raja Iblis?"


Setiap kali aku mendengar perkataan seperti itu, aku merasa terharu karena perhatian mereka. Namun, bagaimana dengan kalian? Maksudku, kalian memiliki kemampuan yang lebih rendah dariku, lebih baik mereka 'menyemangati' diri mereka sendiri! dan berhenti untuk selalu mengsangkutpautkan ku dengan 'gen Pahlawan'!

Namun, aku tidak mengatakan apapun. 

Aku hanya pergi meninggalkan mereka dan hanya menjawab dengan satu kata. 


"…… B-aikk…"


Seperti yang diketahui, peringkat pertama diduduki oleh seorang genius yang sering sekali di sebut anak ajaib meski dia sangat menyebalkan. Aku menyadari. Kerja kerasku mungkin tidak ada gunanya. 

Sebetulnya, bukan hal yang memalukan jika tidak bisa menang darinya. Di negeri ini, terdapat banyak anak seusia kami yang tidak bisa mengalahkannya. 

Meski mereka juga selalu kalah dari tuan putri. Namun, mereka sama sekali tidak terlihat kecewa, ataupun memiliki keinginan untuk menang dari tuan putri.

Ya, tentu saja, hal itu sangatlah menjengkelkan, namun aku merasa harus menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah bisa menang darinya. 

Bagaimanpun juga, sudah cukup, karena ada hal lain yang tidak bisa lepas dari pikiranku.

Yaitu……


"Sudah berapa kali tuan putri menang melawan putra Hiro?"

"Meski tuan putri merupakan anak yang sangat berbakat, sangat menyedihkan jika putra dari seorang pahlawan tidak pernah menang melawannya meski hanya sekali."


Aku mendengar suara dari sudut lorong tempat latihan tanding dilakukan tadi.

Suara orang dewasa. Mungkin para prajurit kerajaan yang sedang mengobrol. 

Mereka sedang membicarakanku dan tidak menyadari bahwa aku sendang mendengarkan pembicaraan mereka. 


"Bagaimana lagi, dia hanyalah anak dari pahlawan tetapi bukan pahlawan itu sendiri."

"Tuan putri memang memang anak yang luar biasa, namun… secara keseluruhan, kemampuan dari anak-anak generasi dibawah kita sangat kurang. Meski itu merupakan bukti bahwa kita hidup di era yang damai."

"[Graduation Commemorative Match] tahun ini akan dihadiri oleh para bangsawan dari berbagai negara. Aku khawatir mereka justru kecewa melihat ketidakmampuan putra Hiro~sama."

"Meskipun dia putra dari Hiro~sama, namun kemampuan akademis dan prakteknya hanya berada pada peringkat ke 2. Sangat memalukan jika dia tidak pernah berada di peringkat 1 meski hanya sekali."

"Betul sekali. Dia berhasil menduduki peringkat ke 2, karena 'mereka berdua' tidak ada disini. 

"Oh, mereka. ‘Mereka berdua’, saat ini sedang belajar diluar negeri dan telah menujukkan kemampuan mereka sepenuhnya. Bukankah beberapa waktu yang lalu mereka mendapatkan penghargaan dari raja negara tersebut?"

"Iya, benar sekali. Kesimpulannya, Putra dari Hiro~sama berhasil menduduki peringkat ke dua karena 'mereka berdua' tidak ada disini. mengecewakan sekali."


Aku sering mendengar percakapan seperti ini dimana saja. 

Ketika masih kecil, aku selalu mendapatkan nilai sempurna saat tes tulis dan memiliki kemampuan sihir yang lebih baik dibandingkan anak pahlawan yang lain, karena itu mereka selalu berkata "seperti yang diharapkan dari putra seorang pahlawan, Hiro."

Ketika berusia 13 tahun, aku mulai belajar di akademi dan berkompetisi dengan yang lain untuk menempati peringkat teratas. 

Hasilnya, aku selalu menduduki salah satu peringkat teratas di akademi. 

Namun, urutan ke 2 adalah peringkat tertinggi yang pernah kucapai dan aku tidak pernah menempati peringkat pertama. 

Meskipun begitu, akademi merupakan tempat berkumpulnya anak-anak terbaik dari seluruh kerajaan yang telah melewati ujian sulit untuk menjadi seorang prajurit kerajaan. 

Dengan kata lain, akademi merupakan tempat berkumpulnya para kaum elit dikerjaan ini. 

Karena itu aku merasa bangga saat berhasil menempati peringkat ke dua di akademi ini. 

Namun, orang-orang disekitarku sepertinya tidak memiliki pikiran yang sama. 


"…..Maafkan aku…."

""Huh!!??""


Tiba-tiba, kedua orang yang seperti berusia 30 tahunan menoleh kebelakang.

Mereka memaki baju besi yang berukiran lambang kerjaan. 


"Aku telah menujukkan pertarungan yang memalukan kepada prajurit kerajaan…"


Mereka sangat terkejut melihat kedatanganku, namun kemudian berusaha menutupi keterkejutan mereka dengan tertawa kecil dan mulai berbicara padaku dengan ramah. 


"Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, mau bagaimana lagi jika lawanmu adalah tuan putri. Kemampuan tuan putri saat ini setara dengan prajurit level 【Advanced Warrior]."

"Namun, bisakah kamu tidak terlalu bersantai? Ayahmu mencapai level 【Advanced Warrior】 diusia 16 tahun, hanya satu tahun setelah dia lulus dari akademi ini, dan pada usia 18 tahun beliau berhasil mengalahkan sang Raja Iblis."

"Setelah lulus dari akademi, kalian para 【Aspiring Warrior】, tentu akan direkrut sebagai 【Imperial Knight】, bukan? Namun, standar yang ditetapkan oleh akademi saat ini masih belum sesuai dengan standar tentara kerjaan, sehingga tuan muda akan dilatih kembali dari awal."

"Sebagai anak seorang pahlawan, tentu anda harus berusaha keras."


Dan…… itulah yang sering dikatakan oleh orang-orang disekitarku. 

Instruktur, teman sekelas, dan bahkan orang yang baru saja kutemui. 
Tentu saja, bahkan orang tuaku juga sering mengatakannya…


"Betul sekali! Tolong ajari anakku yang bodoh ini dengan baik setelah dia lulus nanti!"

"""Eehh!!??"""


Uugh!…. Dia muncul……


"Hiro! S~Sama?"

"Hey, jangan begitu. Berlatih dengan keras? Kalian akan segera menempuh [advanced promotion exam], bukan? Semoga sukses."

"Oh, terimakasih!"

"Kamu berhasil menarik perhatian para gadis, bukan? Ayah ingin menunjukkan kehebatan ayah!"

"Bagaimana anda mengetahuinya? Aku merasa terhormat…."


Dia memiliki rambut berwarna merah yang sama denganku. Dia adalah orang yang disukai oleh semua orang karena memiliki sifat ramah dan periang. Bahkan aku sempat mendengar kalau dia mempunyai 'fans club' di Kota Imperial, yang sebagian besar anggotanya adalah perempuan berusia 20 tahunan. 

Dia memiliki kemampuan berpedang dan sihir terkuat didunia ini, dan jika digabungkan, kemampuan [Magic Sword] telah menjadikannya sebagai pahlawan terkuat didunia. 

Ketika masih anak-anak aku mengagumi dan menghomati ayahku dengan mata bersinar-sinar… Tetapi sekarang…


"Hey, Earth. Aku datang tempat latihan ini karena ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan, tetapi… kudengar kalau kamu kalah lagi dari tuan putri."

"Guh…"


Ayahku mengejekku sambil menyengir. Menyebalkan. 


"Aku dan ayah tuan putri 'Solja' selalu bersaing diakademi ini. Namun tak sekalipun aku menang bertarung melawan Yang Mulia kecuali saat [Graduation Commemorative Match]. Tetapi lawanmu adalah perempuan, bukan? Bukankan kalah dari anak perempuan di setiap pertandingan sangatlah menyedihkan?"

"…… Hmm…"

"Namun, tidak sepertimu, ayahmu ini selalu merasa kesulitan saat ujian tulis, jadi kamu mungkin lebih pintar dari ayah. Tetapi pada akhirnya, yang menjadikanmu seorang Pria sejati hanyalah ini."


Sambil berkata seperti itu, ayahku memukul rahangku dengan pelan.

Apakah ayahku ingin mengatakan, "Kekuatanlah yang menjadikanmu seorang Pria sejati?"


"…… Nah, jika ayah bisa menemaniku saat aku latihan berpedang. Jika ayah mengajariku teknik berpedang yang ayah gunakan saat mengalahkan sang Raja Iblis dahulu… mungkin aku bisa mengalahkan tuang putri?"


Dengan setengah bercanda, aku meminta ayahku untuk melihat perkembangan kekuatanku. 

Tetapi ayahku hanya tertawa.


"Aku tidak bisa… Aku ingin mengajarimu, tetapi aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Jadi, giatlah berlatih dengan instrukturmu atau Sadiz. Selain itu, kamu masih belum bisa menggunakan [pedang] itu. Jadi, kita lihat saja nanti."


Jawabannya selalu sama.


"Tapi, kamu adalah tipe anak yang kuat secara perlahan. Nikmati saja dan berjuanglah."


Aku memang anak ayahku. Namun, ayahku tak pernah mengajariku teknik berpedang, sihir, atau yang lainnya. 

Aku seringkali dibandingkan dengan ayahku, padahal dia tak pernah mengajariku apapun meski hanya sekali. 

Dan yang terpenting, saat dia seusiaku, saat masih sekolah ayahku jauh lebih lemah dariku, namun justru aku yang dibandang lemah dibandingkan ayahku. 

Benar-benar……


"Tch… bukankah…… aku….. sudah cukup bekerja keras?"

"……Earth?"

"Menjadi kuat secara perlahan……? Dia hanya mengatakan hal yang tidak bisa dipertanggung jawabkan"


Menyebalkan. Aku jadi ingin merengek seperti anak kecil. 


"Kenapa… Kenapa aku merasa kecewa? Aku harusnya merasa senang! Aku menduduki peringkat ke 2 di akademi ini! Bukankah itu menakjubkan!? Cobalah puji hasil kerja kerasku meski hanya sedikit daripada selalu menasehatiku! Apakah ayah pernah menduduki peringkat ke dua? Tetapi ayah tetap merasa kecewa? Bukankan peringkat ke dua sudah cukup baik bagimu? Kenapa aku harus menduduki peringkat pertama?"
Aku merasa sedih… Aku tidak dapat mengendalikan kesedihanku meski aku menyadarinya, ya aku memang masih anak-anak dan aku sangat membenci diriku sendiri. 

"Earth…"

"…… tsk… Aku baik-baik saja…"



Tanpa sadar, aku mendorong ayahku dan pergi begitu saja.



----------------------

Jika ada kalimat/kata/idiom yang salah di terjemah atau kurang enak dibaca, beritahu kami di kolom komentar, dilarang COPAS dalam bentuk apapun macam-macam kuhajar kau.


PREVIOUS  | INDEX | NEXT

Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini

4 comments:


EmoticonEmoticon