September 13, 2025

OVERLORD Bahasa Indonesia Phantom Ship of Katze Plains Chapter 4 - Part 4

               

 

 Chapter 4 - Part 4

“Tunggu sebentar.”


Ainz menatap buku catatannya, berusaha keras mengingat bentuk dari item yang pernah ia berikan kepada Elder Lich itu.


Sepertinya ingatannya memang benar, karena pemandangan itu tergambar jelas dalam Mirror of Remote Viewing.


Melihat ke bawah dari ketinggian, tepat di bawah Elder Lich yang terbang di udara terdapat—


“Kepiting?”


—Ainz tanpa sadar kehilangan karakternya ketika melihat makhluk di bawah itu.


“…Kepiting.”


Ia berkedip beberapa kali. Namun, pemandangan itu bukanlah ilusi; sosok tersebut tidak menghilang ataupun berubah.


Cermin itu menampilkan bayangan seekor kepiting yang dikenalnya, meskipun ukurannya sangat besar. Kepiting itu jauh lebih besar dari manusia—bahkan mungkin lebih besar daripada Hamsuke. Tubuh raksasanya ditopang dan diangkat oleh kaki-kaki panjang dan kurus.


Tidak ada perubahan yang terlihat pada wujudnya, tidak seperti kerusakan fisik yang umum pada Zombie. Namun, dengan insting seorang undead veteran, Ainz bisa merasakan bahwa kepiting itu memang undead.


Ainz perlahan menutup matanya, lalu membukanya kembali.


Dan benar saja, sosok itu tidak menghilang.


Kalau ini monster panggilan, Ainz bisa memahaminya. Namun kenapa makhluk laut muncul di sini, jauh dari pesisir? Ainz menggelengkan kepala.


Ia pernah mendengar cerita bahwa kepiting juga bisa hidup di sungai. Bukan di sungai keruh penuh logam berat yang dikenal Ainz, melainkan di sungai jernih dan bersih pada masa lalu. Apakah ada sungai di dekat sini sehingga kepiting itu tersesat dan keluar dari alirannya?


Saat Ainz merenungkan hal itu, kepiting tersebut mulai berjalan perlahan.


Langkahnya lambat namun mantap.


Apa yang kupikirkan ini…? Kurasa perasaanku sedang kacau setelah melihat undead… mungkin undead… yang jauh melampaui perkiraanku. Tapi… apa yang harus kulakukan? Entah kenapa aku menginginkannya…


Karena emosinya tidak ditekan secara paksa, berarti keterkejutannya tidak terlalu parah. Memang, hanya melihat seekor kepiting seharusnya tidaklah terlalu mengejutkan—jika ia terguncang hanya karena itu, keteguhan mentalnya jelas tampak lemah. Bagaimanapun juga, begitu keterkejutan itu mereda, hasrat seorang kolektor akan spesimen langka mulai bangkit dalam dirinya.


“Kalau kupikir-pikir lagi… apa makhluk itu tampak punya kecerdasan?”


“「Kalau begitu, biar kucoba memanggilnya.」”


Kepiting itu berhenti sejenak, lalu kembali bergerak.


Meskipun tampaknya ia menyadari keberadaan Elder Lich yang melayang di atasnya, tidak ada tanda-tanda bahwa ia ingin melakukan sesuatu.


Bisa jadi ia memang tak berakal, sehingga tidak mengenali sesama undead sebagai musuh. Atau mungkin ia cerdas, namun hanya menyimpan kebencian pada yang hidup, bukan pada undead. Menyebalkan, karena kedua kemungkinan itu sama-sama masuk akal.


Ia memang makhluk langka, sehingga Ainz ingin memilikinya. Namun setelah mempertimbangkan untung ruginya, keputusan itu terasa sulit.


Untuk mengendalikan undead tanpa akal, seseorang perlu menggunakan kemampuan seperti [Undead Domination]. Tidak seperti manusia yang bisa dipengaruhi dengan “permen,” atau binatang yang bisa dilatih dengan “cambuk”—pendekatan semacam itu tidak akan berhasil di sini.


Meskipun membiarkannya berkeliaran bebas untuk menghalau penyusup mungkin masih bisa diterima, sebagai penguasa wilayah ini Ainz menganggap keberadaan undead tanpa kendali justru merepotkan.


“…Untuk sementara, ikuti kepiting itu. Cari apakah ada sungai, laut, atau danau.”


Setelah memberikan instruksi tersebut, Ainz mengakhiri [Message].


Jika ternyata tidak ada sungai, laut, atau danau, lalu dari mana undead ini muncul? Memang, di dunia dengan sihir, akal sehat dari dunia asalnya tidak bisa dijadikan patokan. Namun—


Hmm, yah, kurasa tak ada yang aneh dengan kepiting yang berjalan di darat. Tidak, kalau kupikir lagi, makhluk seperti itu mungkin memang ada secara alami.


Kemungkinan besar kepiting semacam itu tersesat ke daratan, mati, lalu menjadi undead.


Jika dipikir seperti itu, semuanya masuk akal. Namun—


Kepiting… Apakah mungkin dulu ada sebuah danau di sini yang sudah mengering? Apakah kabut ini berasal dari air danau itu? Kalau begitu… Ghost Ship…


Setelah itu, ia beberapa kali menggunakan [Message] untuk mengumpulkan informasi. Ketika kapasitas ingatannya mulai terasa memudar, akhirnya Ainz mendengar kata-kata yang ia tunggu-tunggu.


“「Ainz-sama, saya telah menemukan kapal darat yang kita cari.」”




PREVIOUS | INDEX | NEXT


Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ya~


Peringatan: Author ngambek, auto delete!! Belilah Novel aslinya jika sudah tersedia!!





EmoticonEmoticon