Chapter 4 - Part 3
Kosakata Ainz terasa sangat terbatas.
Seharusnya ia bisa menggunakan kata-kata pujian yang lebih luar biasa, namun tak satu pun terlintas di benaknya.
“Hebat, kau bilang?”
“Hebat! Benar-benar hebat!”
Itu murni karena momentum. Atau lebih tepatnya, hanya momentum itulah yang ia miliki.
“Kau luar biasa! Narberal itu luar biasa!”
“Ah, u-um…”
“Kau benar-benar luar biasa! Kau hebat sekali, Narberal!”
“A-Ainz-sama, t-tolong hentikan…”
Narberal berbicara lirih, wajahnya memerah hingga telinganya, menunduk dalam-dalam.
“…Ah, begitu ya?”
“Y-ya…”
Keduanya pun terdiam.
Apa aku terlalu berlebihan? Ainz menyesali tindakannya, bertanya-tanya apakah ia sudah kelewat batas. Ia sama sekali tidak bermaksud menyindir atau mempermalukan Narberal, tapi akan jadi masalah jika dia menafsirkannya begitu.
Memang sulit, memuji seorang bawahan ketika diri sendiri adalah atasannya. Bagaimana biasanya para manajer memuji anak buah mereka? Ia ingin menjadikannya acuan.
Aku sudah membaca buku-buku tentang bagaimana menjadi bos yang baik… tapi tidak ada satupun yang mencantumkan kata-kata spesifik untuk memuji bawahan… atau jangan-jangan aku saja yang belum menemukannya…
Apa ada gunanya membaca buku-buku bisnis yang isinya tidak terlalu spesifik? Atau mungkin, salahnya sendiri karena tidak bisa menangkap poin yang dibutuhkan dari buku itu.
Sementara Ainz merenung dalam kabut pikirannya, suasana di dalam menara tetap tak berubah.
Sejujurnya, atmosfer di sana terasa sangat tidak tertahankan. Kebetulan, ia mengabaikan Hamsuke yang gelisah di sebelahnya, seakan ingin bertanya, “Lalu aku? Bagaimana denganku?”
Biasanya, inilah saat yang tepat untuk memanfaatkan Hamsuke. Kalau ia melontarkan topik ringan, Hamsuke pasti akan langsung menanggapi dengan penuh semangat, lalu Narberal akan merespons Hamsuke dengan sikapnya yang blak-blakan, dan suasana pun akan kembali normal.
Namun, sejak mereka tiba di negeri ini, Hamsuke lebih sering bergumam sendiri ketika dibiarkan sendirian sebentar saja. Hal itu membuatnya agak menyeramkan untuk diajak berbicara.
Apa mungkin dia sedang berbicara dengan sesuatu yang tak kasat mata… meskipun sepertinya tidak ada undead tak terlihat di sekitar sini… Kalau begitu… apa dia hanya merasa kesepian? Sebagai pemilik yang bertanggung jawab, aku seharusnya memperhatikan hal ini…
Mungkin nanti, setelah kembali ke Nazarick, ia perlu mengajaknya bermain lempar tangkap atau semacamnya.
Sial… Narberal masih terlihat tidak nyaman! Baiklah, meski agak dipaksakan—
“—Ehem! Maaf. Aku baru ingat ada tugas lain yang harus segera kutangani. Narberal, maaf, tapi bisakah kau berjaga di luar? Kau juga, Hamsuke.”
“Y-ya, segera, Ainz-sama!”
Balasan Narberal terdengar lebih bersemangat dari biasanya. Ia bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui kebiasaannya untuk keluar dari menara, menerima alasan mendadaknya tanpa sedikit pun rasa curiga. Biasanya, ia akan melemparkan tatapan dingin pada Hamsuke dan menyeretnya dengan paksa, tapi kali ini ia meninggalkannya begitu saja.
“Uh, wuh, b-baiklah, Tuan. Aku juga akan berjaga di luar bersama Narberal-dono, begitu adanya.”
“Aku mengandalkanmu, Hamsuke.”
Setelah keduanya keluar, Ainz — kini sendirian — menunggu di dalam menara untuk beberapa saat.
Alasannya, ia harus menunggu para Elder Lich menyebar, dan mereka belum berhenti bergerak. Namun, mengingat luasnya Dataran Katze, sulit untuk memastikan apakah mereka sudah berhenti atau masih terus bergerak. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu dengan tenang.
Ia sebenarnya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca, tapi perasaan tak enak itu muncul—seolah jika ia melakukannya, semua detail mengenai item-item yang sudah dihafalkannya dengan susah payah akan menguap begitu saja dari ingatannya. Karena itu, ia hanya bisa menahan diri dalam kesunyian.
Sudah berapa jam berlalu? Meskipun kabut menutup pandangan, kemungkinan besar matahari sudah tenggelam saat ini. Ia merasa sedikit bersalah, karena membiarkan kedua orang itu menunggu di luar selama ini.
Tidak ada gunanya menyuruh mereka menunggu di luar terus-menerus—mungkin lebih baik kalau tadi ia biarkan mereka menunggu di dalam. Namun, di sisi lain, kalau mereka ada di dalam, mungkin saja konsentrasinya akan buyar.
Ainz memusatkan perhatiannya pada para Elder Lich yang ia kirim. Lebih tepatnya, ia mencoba merasakan keberadaan undead miliknya yang tersebar di area itu. Tidak seperti di sekitar E-Rantel, hanya ada sedikit undead miliknya di wilayah ini, sehingga ia bisa sedikit merasakan perkiraan posisi mereka.
Mereka telah menyebar cukup jauh.
Meskipun masih belum cukup jika dibandingkan dengan luasnya Dataran Katze, jarak yang mereka tempuh sudah cukup untuk membuatnya bisa mengirimkan sebuah [Message] guna memeriksa kondisi mereka saat ini.
Ainz pun melafalkan sihir itu dan menghubungi mereka satu per satu.
Sebagian besar melapor bahwa mereka tidak menemukan sesuatu yang istimewa, tetapi salah satu Elder Lich melaporkan hal yang berbeda.
“『Ainz-sama, saya menemukan seekor kepiting.』”
“…Kepiting?”
Mendengar kata-kata itu, sekelebat bayangan kepiting merah terang muncul di benak Ainz.
Ia sendiri belum pernah memakannya; satu-satunya “kepiting” yang pernah ia coba hanyalah stik kepiting imitasi. Tapi setidaknya ia tahu bentuknya. Selain itu, dalam YGGDRASIL juga ada monster berbentuk kepiting.
“…Apa kau berada di dekat danau? Tidak, atau mungkin laut? Ada pantai di sana?”
“『Tidak, saya mohon maaf. Ini hanyalah dataran.』”
Ainz tidak yakin apa yang perlu dimintakan maaf, tapi fakta adanya kepiting di tengah padang rumput jelas lebih mengkhawatirkan.
Mungkin saja dirinya yang kurang memahami ekosistem kepiting—barangkali hal ini normal? Namun, sejauh yang ia ingat, di YGGDRASIL kepiting biasanya muncul di tempat-tempat yang berhubungan dengan air—seperti rawa atau lautan—bukan di tanah kering.
Tidak—Ainz menggeleng dalam hati. “Kepiting” hanyalah bentuk pengenalan dari si Elder Lich—tidak ada jaminan bahwa itu benar-benar kepiting. Skeletal Dragon adalah contoh yang bagus. Meski menyandang nama “Dragon,” wujud mereka hanya menyerupai naga dan sama sekali tidak diciptakan dari tulang naga, seperti yang mungkin orang kira.
Namun tetap saja… kenapa seekor kepiting undead…? Tidak, pasti itu hanyalah undead atau monster yang kebetulan memiliki wujud menyerupai kepiting.
“Tunggu sebentar.”
Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ya~
EmoticonEmoticon