April 04, 2020

The Eternal One - Prolog





Author : Sai Kuze


Prolog


Di kegelapan malam yang sunyi pada distrik pertokoan yang hanya tersinari cahaya rembulan, kesunyian pada distrik pertokoan itu layaknya sebuah kota mati.

Tidak ada jendela yang terlihat memancarkan cahaya, bahkan semua kristal lampu jalananpun tidak ada yang memancarkan cahayanya.

Pada atmosfir mencekam di distrik itu terlihat siluet perempuan berlari dengan seluruh kekuatan yang dia miliki.

Di bawah cahaya redup rembulan, perempuan berparas cantik dengan rambut pirang sepinggang, tanpa mengenakan alas kaki berlari di jalanan yang dilapisi bebatuan.

Proporsi tubuhnya terlihat sempurna, gundukan bagian depannya terlihat memberontak seakan melawan gravitasi saat dirinya berlari.

Pakaian yang dia kenakan terlihat seperti sebuah gaun pesta berwarna putih, namun yang dia kenakan saat ini kotor dan kusut hampir seperti pakaian yang dikenakan seorang budak, bercak noda darah yang tampaknya masih basah menetes disepanjang sobekan bagian punggungnya.

Wajahnya yang tengah berlari tampak sangat kacau, ekspresinya menunjukkan seolah-olah dirinya ketakutan akan sesuatu.

Mulutnya bergetar, air matanya mengalir, tetapi... siluet samar akan kemarahan dirinya, terlihat dari matanya.

Dia berlari dan terus berlari, sesekali perempuan itu menengok kebelakang untuk melihat posisi orang-orang yang sedang mengejarnya.

Perasaan kacau yang dia alami saat ini membuat dirinya bertanya-tanya entah kepada siapa di dalam hatinya.



Kenapa ini bisa terjadi? 



Kenapa berakhir seperti ini? 

Apa salahku?!



Tiap langkah kaki perempuan itu membuat luka terbuka di punggungnya semakin pedih, darahnya menetes, seolah-olah tak akan berhenti sehingga mewarnai gaun putihnya menjadi merah.

Lukanya tidak dalam, tetapi tidak cocok juga dianggap sebagai luka ringan.

Sudah sekitar 20 menit lamanya dia berlari menyusuri gang-gang sempit itu, semakin jauh dia berlari semakin pelan kecepatan larinya, hingga tanpa ia sadari, siluet orang-orang yang mengejarnya terlihat, kakinya sudah lemas, otot-otot pada kaki mulusnya yang seharusnya tak akan pernah terlihat, kini menggenjang dan sampai pada titik dimana dia keluar dari gang menuju jalanan terbuka, dia melihat sebuah bangunan di kejauhan, dia berlari menuju ke tempat itu.

Ketika ia semakin mendekati bangunan itu,  sedikit demi sedikit menahan lajunya, menyadari adanya ruangan seperti kandang kuda yang saat ini sedang terbuka, ia memasukinya dan menutup rapat kedua pintunya.

Di dalam kandang kuda, yang hanya diterangi cahaya rembulan dari jendela di atap bangunan itu terlihat sebuah tong besar, agaknya akan muat ditempati oleh orang dewasa, tong itu sepertinya digunakan untuk menampung air minum para kuda, lalu agak jauh di bagian belakangnya terdapat tumpukan tinggi jerami sebagai pakannya.

Perempuan itu memandangi sekitar kandang, namun tidak sesuai harapannya, ternyata tak ada satupun kuda yang terlihat.

Beberapa detik setelah memasuki ruangan itu, langkah kaki segerombalan orang yang mendekat mulai terdengar, suara kasar seorang pria diantara gerombolan di luar meneriakkan nama perempuan itu.


“Emory Bradshaw! Jangan berpikir kau bisa lari dariku!”


Emory Bradshaw, nama perempuan yang sedang diburu oleh gerombalan pria itu, ketika ia mendengar teriakan dari luar memanggil namanya, dalam keadaan paniknya dirinya meringkuk gemetaran di sudut kadang di balik tumpukan tinggi jerami.

‘Ketakukan?’, ya pasti, itulah perasaan yang saat ini dia rasakan.

Tidak ingin tertangkap dan bernasib sama seperti orang-orang yang telah  tertangkap sebelum dirinya, adik laki-lakinya, ayah, serta ibunya dan juga beberapa orang yang dia kenal.


“Boss, jejak darah perempuan itu menghilang disini.”

“Dia pasti bersembunyi di sekitar sini, bagi tim dan berpencar untuk mencarinya!”

“Baik boss!”


Emory yang berada di dalam kandang sangat putus asa ketika mendengar percakapan itu, kakinya sudah letih, bercak darah yang menetes dipunggunya telah kering, dia mungkin telah kehilangan banyak darah.



Apa yang harus ku lakukan? 



Bagaimana ini? 

Bagaimana ini? 

Bagaimana ini?!



Teriaknya dalam hati, dia terus mengulangi, mengulangi dan mengulangi pertanyaan itu.

Dobrakan pintu terdengar di tiap-tiap bangunan di sekitar area itu, dan mungkin karena ini adalah pintu terakhir dan berpeluang besar menjadi tempat persembunyiannya.


"Braaakkk-!!", pintu itu didobrak dengan sangat kencang.


Suara langkah seseorang, yang perlahan-lahan memasuki ruangan, terdengar semakin mendekat.


Ketika langkahnya terhenti, pria itu berucap, “Tak perlu sembunyi Emory, tenang saja aku tak akan melukaimu, menimbang dari penampilan yang kau miliki sepertinya itu sudah cukup untuk mendapatkan 2 kantung penuh koin emas putih dari para binatang itu, hahahaha.....”


Mendengar itu Emory mencengram erat kedua tangannya melingkari lutut dan memejamkan matanya, meringkuk ketakutan, badannya gemetaran, malam ini mungkin menjadi akhir dari kehidupannya yang terhormat.

Perkataan pria itu cukup untuk memberikan kesimpulan pada dirinya, dia mungkin akan dijual sebagai budak, lebih parahnya mungkin saja dirinya dijual sebagai budak seks keluarga bangsawan di kerajaannya sendiri.

Bibir Emory bergetar, tangisnya hampir pecah.

Langkah pria itu terdengar semakin mendekat kearah dirinya, atau lebih tepatnya mendekati tumpukan tinggi jerami.





Jangan mendekat! Jangan mendekat! Jangan mendekat! 

Jangan mendekat! Jangan mendekat! Jangan mendekat!



Teriak Emory dalam hatinya.

Dalam sekejap, kulit kepalanya terasa sakit.

Ketika ia menyadarinya, rambutnya yang panjang ditarik keatas dengan satu tangan oleh pria itu.

Emory membuka matanya, sosok yang dia lihat dihadapannya merupakan wajah orang itu.

Orang itu, seseorang yang lima tahun lalu dibawa oleh ayahnya sendiri ke kediamannya.

Dipekerjakan sebagai pelayan keluarga bangsawan setelah dirinya diselamatkan dari sebuah tragedi.

Tragedi yang memusnahkan dua kereta pedagang di wilayah perbatasan keluarga bangsawan Bradshaw.

Tragedi yang hanya memiliki kesimpulan sebagai serangan binatang buas yang tak diketahui.

Seseorang yang telah Emory percayai dari lubuk hatinya.
Berakhir mengkhianati dirinya.

Tirai perburuan telah diturunkan.

Dua orang keluar dari bangunan itu, salah satunya menarik rambut yang lain, menyeretnya dengan satu tangan.

Pada malam itu, keluarga bangsawan Bradshaw telah dinyatakan musnah.


Catatan Penulis:
Fuwaaa~
Ini novel pertama saya yang bertema fantasy
Sorry ae kalo tata bahasanya hancur, karna saya bukan guru bahasa
😂

Btw, ayo donk di komen, biar saya semangat meres idenya
Kali aja bisa ampe diadaptasi jadi anime, awkawkawkawkawk



INDEX | NEXT

14 comments:


EmoticonEmoticon