April 08, 2022

Isekai Apocalypse Mynoghra Bahasa Indonesia Chapter 3

 Translator: B-san

Chapter 3 - Dark Elf


Isekai Apocalypse Mynoghra Bahasa Indonesia Chapter 3



Pemimpin Dark Elf, Gia-Naguive-Mazaram, berjalan perlahan menuju ke jalan kecil itu.

Dia pernah dipanggil [The Steel] oleh negara-negara tetangga, tetapi dia sekarang hanyalah pria kurus; bisa dibilang dia lebih lemah dari seorang bayi. Beberapa rekannya yang mengikutinya pun tidak jauh berbeda.

Hutan yang dalam, suram, dan dikelilingi kegelapan yang dingin.

"Seperti yang kuduga, tidak ada apa-apa...."

"Gia-dono, mungkin seharusnya kita tidak masuk ke Daijukai..."

Gia menggelengkan kepalanya setiap dia mendengar saran itu.

Dia ingin mengatakan, tolong jangan memaksa dia untuk mengatakan hal yang sama lagi dan lagi, tetapi dia tahu perasaan rekan-rekannya, dan akhirnya dia setuju.

Tetapi, situasi mereka membuatnya jadi tidak mungkin.

"Sekarang, kalau kita keluar, apa yang akan terjadi? Kita tidak punya tujuan, dan aku rasa kita tidak mungkin bisa melakukan perjalanan bersama anak-anak hanya dengan sayuran sebanyak ini. Harusnya ada makanan di sekitar sini. Untuk kebaikan semua orang, kita harus lakukan yang terbaik"  

Senyum yang ia buat tidak pernah terasa ramah.

Tetapi, rekannya hanya bisa tersenyum.

"Tetapi, kita telah sangat jauh memasuki hutan terkutuk ini, ini membuatku merinding"

Ini adalah penjelajahan yang membuat mereka depresi.

Tetapi Gia tetap membuka mulutnya walaupun dia sendiri sudah lemas.

Dia bisa gila kalau dia tidak berhenti bicara.

Sunyinya hutan ini, adalah salah satu alasannya.

"Di sekitar sisi selatan dari benua Hydragia adalah hutan terkutuk, Daijukai (Dunia yang terkutuk). Di literatur kuno, dikatakan bahwa, ada sesuatu yang jahat disegel di dalam hutan ini, sesuatu yang seharusnya tidak hidup..." 

"Hahaha, itu hanyalah takhayul. Kalau begitu, bagaimana pohon-pohon di sini bisa sangat lebat? Jalanlah beberapa langkah, sepanjang matamu memandang, kau hanya bisa melihat pohon, bukankah ini pertanda bahwa di hutan ini kaya akan kehidupan?" 
  
Yang barusan menceritakan cerita menakutkan adalah pembantu Gia. Diantara mereka, dia adalah orang yang paling paham cerita ini.

Saat masa mudanya, dia sangat sunga membaca bahkan semua pendapatannya dia gunakan untuk membeli buku, jadi mereka mempercayainya.

Tetapi Gia memutuskan untuk tertawa pada kata-katanya.

Semuanya berharap bahwa kekhawatiran mereka tidaklah nyata. Sebagai prajurit yang memimpin, dia tidak boleh komplain.

"Jangan menyerah. Jangan menyerah. Roh leluhur suci kita pasti akan menunjukkan jalan pada kita untuk melewati masa sulit ini"  

Gia sangatlah dihormati sebagai prajurit bukan hanya karena keahliannya, tetapi karena kekuatan mentalnya.

Itulah mengapa dia menjadi ketua prajurit untuk klannya.

Bahkan ketika keselamatan ras mereka dipertaruhkan, mereka tetap akan mengikuti Gia seperti ini.

Rekan-rekannya yang mengikutinya terpacu oleh keberanian dari kata-kata Gia, dan tetap berjalan.

Menembus kegelapan, yang tidak pernah mereka saksikan.

Keyakinan bahwa dia akan membuka jalan, dan dia akan menyelamatkan mereka dari situasi ini.

Dan--

Dunia pun terbuka.

Mereka mungkin saja mengharapkan sebuah keajaiban.

Sebuah tempat yang dibangun manusia, pemandangan yang tidak pernah mereka saksikan sebelumnya, sudah cukup untuk membuat mereka berharap sesuatu yang berbeda.

Mungkin ada pertapa yang tinggal di dalam kegelapan ini. Mungkin ada banyak tanaman yang bisa dimakan. Mungkin juga ada banyak binatang liar, atau mungkin Dewa akan meringankan penderitaan mereka.

Tetapi harapan mereka sirna.

Hanya ada reruntuhan disini.

(Semuanya sia-sia!)  

Ketika dia menyaksikan pemandangan itu, penyesalan menyelimuti tubuh Gia.

Pada awalnya, pemandangan misterius ini mungkin berarti sesuatu, tetapi 'sesuatu' itu bisa jadi adalah masalah.

Yang pertama adalah perempuan di samping tapakan batu yang sedang melirik ke arah sini.

Rambut abu-abu yang usang, dan memakai jubah dengan potongan lengkung.

Tetapi perempuan ini bukanlah masalah.

Yang masalah adalah satunya lagi.

Tidak, gia bahkan tidak yakin apakah ini bisa disebut orang atau bukan.

Keberadaannya adalah fenomena yang sungguh tidak bisa dipercaya, seolah-olah ia datang dari literatur kuno yang disebutkan oleh pembantunya.

Terlihat seperti manusia. Tetapi, dia tidak bisa memahaminya.

Seolah-olah dunia telah menolaknya. Bentuknya diselimuti kegelapan, seperti perwujudan dari kejahatan yang telah diceritakan turun menurun.

Dunia ini telah membuat kesalahan, kehancuran akan dimulai, dan dunia ini akan segera hancur.

Keberadaan hal itu membuatnya membayangkan semua hal menakutkan ini.

(Aku tidak tahu apa itu, tapi instingku terus menerus memperingatkanku kalau benda itu berbahaya) 

Perempuan itu masih menatap Gia, dan mungkin juga makhluk jahat itu juga melirik padanya.

Semua rekannya menahan nafas mereka.

Lalu dia sadar bahwa tindakannya adalah hal yang konyol yang mungkin bisa mengakhiri nasib rasnya, jadi dia harus berhati-hati dalam memilih kata-kata.

"Sa-,Saya adalah Dark Elf, Ketua Pasukan dari Klan Mazaram, Gia-Naguive! Saya menganggap anda adalah jiwa yang terhormat! Pertama-tama, Saya mohon maaf karena telah memasuki hutan ini tanpa izin!" 

Dia bertekuk lutut dan merendahkan kepalanya, berusaha tidak membuat makhluk itu marah.

Walaupun berlutut adalah pertanda menunjukkan hormat di bahasa isyarat manusia, dia tidak yakin apakah orang ini memahami maksudnya.

Dia bersyukur karena rekan-rekannya yang melihat tindakannya, segera mengikutinya.

Gia menunggu balasan. Tetapi, instingnya mengatakan untuk menunjukkan hormat setinggi-tingginya untuk orang itu.

"..Hmm. Kau sepertinya paham apa artinya kalau kau memasuki area ini. Dark Elf, kenapa kau melakukan hal tabu ini?"  

Sang musuh berpikir untuk beberapa detik.

Gia dan yang lain masih khawatir, tetapi mereka sedikit lega karena lawan bicaranya memahami perkataan mereka.

Setidaknya, niat mereka bisa tersampaikan.

"Kami adalah klan Mazaram, salah satu Klan Dark Elf. Kami pernah bermukim di tanah para Elf di tengah benua Hydrangea. 

Tetapi, mantan pemimpin Dewan Tertinggi Elf, Dewan Tetralucia..."

"Katakan dengan jelas!"

"Baik, mereka menuduh kami atas kejahatan dan kami dipaksa meninggalkan tanah kami. Kami tidak punya tujuan sampai kami pun sampai di hutan ini..."

Gia mengatakan kata-katanya dengan terburu-buru karena dia sadar bahwa perempuan itu sedikit marah. Sepertinya menceritakan situasi mereka adalah kesalahan.

Bahkan kalaupun hanya kesalahan kecil. Hidup mereka ada di tangan musuhnya. Dia selalu mengingatkan dirinya sendiri tentang itu.

(Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan? Apakah aku harus menunggu kata-katanya?)

Pikiran itu berputar-putar dengan cepat di kepalanya, dan jantungnya berdegup dengan kencangnya sampai ia bisa merasakan sakitnya.

Makhluk dengan nafas pendek dan penuh keringat. Kegelapan di dalam hutan, dan kengerian yang mengelilingi mereka di malam itu.

Gia tidak bisa bertahan. Dia hampir meminta belas kasihan pada musuhnya, tepat sebelum dia mengatakannya...

"Kasihan sekali."  

Yang sedang duduk di pijakan batu berbicara.

Perasaan bahwa sesuatu merayap di punggungnya pun dirasakan oleh Gia.

Mereka menyadarinya sampai tubuh mereka bergetar, keringat berkucuran, diikuti perasaan tidak nyaman yang mengalir di dalam tubuh mereka. Suaranya terdengar seperti suara pria muda.

Tetapi, tidak ada perasaan di sana, bahkan, dia tidak merasakan adanya hasrat ataupun jiwa dalam perkataannya.

Bahkan mereka yang telah mati dan hidup di neraka, suaranya masih terasa nyaman didengar.

Ini aneh. Cukup aneh untuk mereka.

Itulah kenapa dia secara tanpa sadar menunda reaksinya dan berhenti berfikir.

"Rajaku bertanya"  

Suara perempuan itu terdengar penuh amarah.

"Kami telah difitnah dan kami datang ke tempat ini untuk melarikan diri! Kami kehabisan makanan dan tidak bisa mengamankan persediaan makanan untuk mengecoh pasukan yang mengejar kami. Kami belum makan selama beberapa hari."  

Gia heran karena dia tanpa sadar membuat kesalahan besar dengan mengabaikan pertanyaan tuan dari perempuan itu. Dengan suara yang kering dan penuh iba, dia menjelaskannya.

Akhir yang sedikit aneh dari perkataannya membuatnya menyesali ucapannya.

"Hmm."  

Penjelasan Gia telah meyakinkan sosok itu.

Hal ini sudah dipastikan ketika perempuan itu sedikit mengangguk, dan terlihat puas.

Dia berhasil melalui hal yang paling sulit.

Tetapi, ini semua belum berakhir.

(Kenapa?! Kenapa kita harus seperti ini! Apa yang pernah kita lakukan! Kita hanya ingin hidup dengan damai!)

Tidak ada salahnya, tetapi hanya karena dia memasuki hutan ini, dia sunguh benar-benar harus bersujud pada sosok itu dan meminta belas kasihan.

Apa yang akan terjadi padanya? Tidak masalah apa yang akan terjadi padanya. Yang penting, apa yang akan terjadi pada rekan-rekannya dan semua anggota klannya?

Mungkin sudah takdir mereka untuk menjadi mainan sosok jahat ini.

Sambil gemetar membayangkan masa depan yang menakutkan ini, hati Gia terisi dengan amarah, dan juga kesedihan.

(Hasrat kami untuk hidup, apakah itu dosa?)  

Dan

Sesuatu terlihat menggelinding di depannya.

Tubuhnya gemetar ketika ia berpikir bahwa mungkin saja itu kepalanya yang jatuh dari tubuhnya.

Siapa yang bisa menyalahkan Gia karena sangat takut dan akhirnya menutup matanya?

Saat ini, Pemimpin Klan Mazaram sudah tidak ada. Dia yang dulunya ditakuti karena keberaniannya, hanyalah seseorang yang gemetar ketakutan.

Tetapi ketika dia membuka matanya.

Lehernya tidak apa-apa, yang berarti tidak ada sesuatu yang terjadi, tetapi ia merasakan ada aroma manis yang menggelitik hidungnya.

Di depannya ada buah matang dan segar berada di tanah.

"I-I,Ini apa?"

"Kuberikan padamu"

Sosok itu menjawab dengan singkat.

Gulp.... dan Gia tanpa sadar menelan ludahnya.

Bentuk dari buah itu, dia tidak pernah mendengarnya sama sekali, apalagi melihatnya.

Bicara tentang buah menurut pengetahuan mereka, buah yang mereka tahu kecil dan keras. Ada sedikit aroma manis, tetapi aroma pahit lebih kuat.

Di beberapa daerah, orang-orang makan buah sebagai makanan sehari-hari. Pada awalna, orang-orang bisa makan buah hanya dengan sedikit modifikasi.

Tetapi yang ada di depannya berbeda.

Aroma yang sangat manis menusuk hidungnya, bentuknya juga merah terang dan terlihat menggoda, seolah-olah menggodanya untuk segera memakan buah itu.

Ketika dia mengambilnya, ternyata buah itu padat, tidak ada lubang.

Terlihat seperti sesuatu yang hanya bisa dimakan oleh kaum bangsawan. Tidak, mungkin mereka juga belum pernah memakan hal ini, buah yang terlihat seperti permata.

Dia tidak bisa memahami bahkan setengah dari apa yang sosok itu beritahu.

Dia hanya mengerti bahwa buah ini disebut apel, dan ini rasanya enak.

"Apel? Ini, tidak seperti buah yang aku kenal..."

Sosok itu bilang,

"Aku memberikannya padamu"

Kalau begitu, dia akan mengambilnya. Tetapi, Gia bingung apakah dia bisa memakannya.

Dia khawatir kalau memakannya di tempat ini akan dianggap tidak sopan.

Selain itu, dia juga teringat rekannya yang kelaparan, menunggu mereka kembali dengan makanan.

"E-E-Enak!!!!"  

"Ini sangat manis!"  

Mendengarkan ucapan itu, Gia menyadari bahwa rekan-rekannya telah memakan buah itu sebelum dia membuat keputusan.

Tetapi, entah keputusan apa yang dia buat, dia tidak bisa menghentikan orang-orang yang lapar.

Dia menatap kembali untuk melihat apa yang rekan-rekannya lakukan; mereka memakan buah itu. Buah yang punya aroma manis dan sangat berair itu.

Dia menelan ludahnya, hatinya tergoda untuk melakukan hal yang sama, tetapi ada sesuatu yang ia harus lakukan.

Dia menoleh ke arah sosok itu.

Beruntungnya, dia bisa melihat sosok itu mengangguk. Mungkin tindakan rekan-rekannya bukanlah tidak sopan, tapi memang tindakan yang benar.

Di waktu yang bersamaan, Gia merasa tenang.

Dia percaya dia harus memperhatikan rekan-rekannya, yang memaka buah-buahan itu dengan terburu-buru.

Gia yang merasa lega, dia merasa harus mengingatkan rekannya untuk memakan buah itu dengan lebih sopan.

Tetapi dia tidak bisa mengatakan apapun di depan rekannya yang memakan buah-buahan itu sambil menangis.

Dia memahami penderitaan mereka dan rasa lapar mereka lebih dari apapun.

"Ada buah pir juga"  

Sesuatu kembali menggelinding di depannya.

Kali ini, buahnya hijau.

Ini disebut buah pir, dia juga tidak pernah tahu buah ini.

Permukannya dan warnanya yang hijau mungkin belum matang, tetapi ada aroma manis yang tercium berbeda dari apel. Semakin banyak pertanyaan muncul di pikiran Gia.

Memang ini adalah makanan yang sangat enak.

Dia mengambilnya dan melihatnya dengan seksama.

"Apa yang dilakukan orang itu? Walaupun Rajaku sudah berbaik hati untuk membantunya."

Perempuan itu terlihat marah.

Dia tidak tahu apa yang dipikirkan sosok jahat itu. Tapi perempuan itu bisa memahami sosok itu.

Oleh karena itulah, Gia mengatakan pikirannya kepada perempuan itu dan Tuannya.

"Ada banyak orang juga yang kabur bersama kami ke tempat ini. Di antara mereka ada anak kecil... Anak-anak kami kelaparan. Mereka juga belum makan beberapa hari, mereka sangatlah kurus. Buah ini, saya ingin memberikannya pada mereka. Jadi...." 

Ketika ia menyadarinya, ada rasa besi di mulutnya. Tanpa menyadarinya, darah mengalir dari ujung mulutnya.

Perasaan tidak berarti dan penderitaannya telah menumpuk sehingga dia tidak menyadari bahwa dia telah menggigit mulutnya sendiri.

Suara mengunyah dan beberapa teriakan dari rekan-rekannya hilang. Mungkin kata-katanya telah mengingatkan mereka pada misi mereka.

Rekan mereka yang masih bertahan melawan kelaparan menunggu mereka.

Banyak rekan mereka yang bahkan tidak bisa berdiri, hanya ada satu hal yang bisa mereka lakukan.

Tetapi itulah situasi mereka.

Dia sudah tahu bahwa perempuan itu tidak perduli dengan situasi mereka.

Gia tetap menundukkan kepalanya. Ini adalah hal terakhir yang ia harus lakukan.

Membawa makanan ini entah bagaimanapun caranya.

Sosok yang menakutkan, yang muncul di cerita legenda, yang akan menghancurkan apapun, sekarang berada di depannya. Dia harus tetap kuat dan berani.

Matanya menunjukkan kekuatan tekadnya. Dia telah menguatkan hati dan jiawanya, bertekad untuk menyelesaikan misinya walaupun dia harus mati.

Dan harapannya pun tersampaikan.

"Sungguh, kasihan"

Sosok itu mengatakannya.

"Tu,Tunggu! Takuto-sama!?"

Perempuan itu mendengar kata-katanya, dan segera berlari ke Tuannya dan membisikkan sesuatu dengan panik.

Sosok yang hitam legam itu tidak perduli.

Kemudian, dia mendengar suara benda yang terus menerus berjatuhan/

Gia membuka mulutnya karena takjub melihat keajaiban yang terjadi di depan matanya.

Ada buah yang pernah ia lihat sebelumnya. Ada kentang besar. Ada juga gandum.

Tidak hanya itu, ada juga beberapa roti yang saking empuknya bentuknya berubah ketika jatuh.

Yang terakhir adalah kacang-kacangan dan sayuran, serta garam dan rempah-rempah.

Setumpuk makanan jatuh dari ketiadaan, di sekitar sosok itu.

"Kuberikan padamu"

Memahami maksud kata-katanya, Gia terpaku dan tidak bisa menahan air matanya yang berjatuhan seperti air terjun.

Ini adalah belas kasihan.

Sosok itu mendengar situasi mereka, dan mengatakan "Sungguh kasihan".

Lalu ia membuat setumpuk makanan untuk membantunya dan rekan-rekannya.

Mereka menerima bantuan sebanyak itu, bahkan ketika sosok itu tidak ada hubungannya dengan ras mereka.

Dark Elf adalah makhluk yang menghindari cahaya. Mereka bisa hidup karena belas kasihan dari Light Elf.

Mereka selalu dipermalukan, sehingga mereka hidup di mana tidak ada cahaya yang menyinari mereka.

Tidak ada yang perduli ketika Gia diusir.

Justru sebaliknya, mereka justru mengatakan bahwa kepergian dark elf dari dunia ini akan membuat dunia ini kembali murni.

Selain elf, manusia, dwarf, dan bahkan semua ras yang ada menjauhi Dark Elf.

Gia berfikir ini adalah takdirnya, takdir yang mereka harus terima.

Dia berpikir untuk bisa hidup tenang, bertahan hidup di dunia yang keras dan sepi, adalah takdir dari rasnya. Karena bagi mereka, tidak ada Dewa; hidup mereka dihabiskan dengan rekan-rekan mereka di dunia yang dingin dan sepi. Dia telah menerima takdir itu.

Tetapi, semuanya berbeda.

Sosok itu menawarkan bantuannya pada mereka.

Mungkin saja mereka sedang dibodohi. Mungkin sosok itu hanya ingin bermain dengan perasaan mereka.

Tetapi, walaupun seperti itu.

Tidak ada satupun orang yang perduli dengan mereka, bahkan sampai menunjukkan simpati mereka.

"Ini adalah keajaiban!"

"Dengan semua ini!"

"Ah! Tuan Yang Agung! Terima Kasih!"

Dia bisa melihat bahwa rekan-rekannya sangatlah senang.


"Yang Mulia, kami mohon... beritahu kami nama anda...   

Dia berkata dengan spontan.

Dia ingat dia tidak pernah mendengar nama sosok itu sampai sekarang.

Dia mengerti bahwa yang dikatakan perempuan tadi mungkin saja namanya.

Tetapi itu bukan namanya.

Gia ingin mendengarnya langsung dari mulutnya.

Nama agung dari sosok yang membuat keajaiban hanya dengan satu tangan.

Sosok yang luhur yang menunjukkan belas kasihan pada ras mereka.

"Aku berikan padamu."

Sosok itu menjawab dengan suara yang membuatnya tidak merasakan emosi ataupun keinginan.

=Eterpedia============  

[Produksi Darurat] Perintah Lokal

Produksi Darurat adalah perintah khusus yang menggunakan "Kekuatan sihir" untuk memproduksi berbagai macam makanan.

Kau bisa membuat semua fasilitas atau unit, tetapi ini membutuhkan power yang tinggi.

Kekuatan Sihir tergantung kebutuhan

Sumber Daya <<Material Bangunan>> <<Makanan>>.  

Anda juga bisa membuat "Materials" dan "Makanan" dengan Produksi Darurat, tetapi tidak bisa membuat sumber daya strategis.

Perkembangan Teknologi dan Fasilitas Yang dibutuhkan bisa mengurangi konsumsi Kekuatan Sihir.
――――――――――――――――― 



----------------------
PREVIOUS | INDEX | NEXT

Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ini

1 comment:


EmoticonEmoticon