August 28, 2022

OVERLORD Bahasa Indonesia Volume 16 Chapter 4 - Part 1

Penerjemah: B-san


Chapter 4

OVERLORD Bahasa Indonesia Volume 16 Chapter 4 - Part 1



Part 1
         Ainz berjalan menuju desa Dark Elf dengan Mare di belakangnya.

Mare mengenakan pakaian laki-laki yang dipinjamkan Ainz, bukan pakaian feminim seperti biasanya. Sama seperti yang ia pinjamkan pada Aura, ini hanyalah pakaian sederhana yang tidak memiliki data apapun di dalamnya dan dengan demikian, tidak ada sihir.

Pakaian di dunia ini tidak akan secara otomatis menyesuaikan diri agar sesuai dengan pemakainya kecuali jika dijiwai dengan sihir, tapi itu berbeda untuk pakaian dari YGGDRASIL dan jadi mereka cocok dengan Mare. Mereka hanya harus berhati-hati dalam pertempuran saat mengenakan pakaian ini karena penurunan status yang tinggi terutama dalam statistik pertahanan dibandingkan dengan pakaian mereka yang biasa.

Ainz sebenarnya sempat berpikir untuk menyuruh mereka memakai sesuatu yang lain karena hal ini.

Dia sudah mendengar dari si kembar bahwa Bukubukuchagama menyiapkan banyak item untuk mereka selain dari perlengkapan normal mereka.

Tapi, apakah benar-benar ada sesuatu yang cocok di antara item-item itu untuk menyembunyikan status dan kekuatan mereka yang sebenarnya di tempat yang mereka tuju? Ainz hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan kecewa. Kebanyakan dari mereka adalah hal-hal seperti Animal Armor Suit milik Aura atau dress armor milik Mare; hal-hal yang Ainz anggap sebagai equipment untuk memenuhi fetish Bukubukuchagama. Itulah bagaimana Ainz akhirnya menyediakan pakaian untuk mereka.

Pertama-tama, ini adalah rencana Ainz, jadi masuk akal bahwa dialah yang harus menyediakan barang-barang yang diperlukan.

Itu tidak berarti mereka semua mengenakan pakaian yang sama setiap saat. Pakaian Mare dan Ainz memiliki satu perbedaan besar dari pakaian Aura.

Mereka berdua menutupi wajah bagian bawah mereka dengan kain, seperti mereka memakai topeng. Ada juga bandana yang menutupi dahi mereka, jadi hanya area di sekitar mata mereka yang bisa terlihat.

Meskipun ia merasa kasihan karena membuat Mare harus menanggung gerah karena cuacanya sudah panas, Ainz membutuhkannya untuk melakukan ini demi dirinya.

Mereka melihat Aura menunggu mereka di pintu masuk desa; meskipun desa itu tidak benar-benar memiliki tempat yang bisa disebut pintu masuk. Ia tidak berada di sini karena ia melihat mereka datang atau karena ia berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat karena keberuntungan semata. Itu karena mereka telah menghubunginya dengan [Message].

Di belakang Aura berdiri kelompok Dark Elf fanatiknya. Jarang sekali Dark Elf, yang menghabiskan kehidupan sehari-hari mereka di atas pohon, terlihat berdiri di tanah seperti Aura. Itu masih merupakan tempat yang berbahaya, bahkan jika itu dekat desa. Mereka mungkin melakukannya karena kepercayaan yang mereka miliki pada orang terkuat di sekitar-Aura-atau mungkin karena mereka ingin berada di dekat orang yang mereka puja, sebanyak mungkin.

Ada Dark Elf lain yang berkumpul di jembatan yang membentang di atas pepohonan, melihat ke bawah ke arah Ainz dan yang lainnya. Semua orang sepertinya sedang berbicara dengan orang-orang di samping mereka. Meskipun dia tidak bisa mendengar isi percakapan mereka, dia yakin mereka sedang membicarakan mereka.


"Ooo-Paman! Mare!"


Aura, merasa sedikit malu, menyapa mereka dengan keras sehingga para Elf yang berkumpul bisa mendengarnya juga. Ainz menanggapi dengan senyum lebar.

Dia ingin membalas dengan "Aku bukan Om!" tapi menahan keinginan itu, tidak ingin mengejek kesalahan Aura.
(TLNote Komoe: Awalnya Aura memulai dengan "Oooh" dan melanjutkan dengan "Oo-oji-san" (paman) dalam bahasa Jepang, yang ingin dibalas oleh Ainz dengan "Aku bukan om-om". Hitori bingung terjemahan dari JP ke ENG, jadi saya lokalkan jadi 'Om' dan 'Paman'). 


"Yoo, Aura! Akhirnya paman sampai juga!"


Ainz menjawab dengan suara ceria dan melambaikan tangan setelah meletakkan barang bawaan yang ia bawa di punggungnya. Kemudian, ia menepuk pelan anak laki-laki pemalu yang berdiri di samping punggungnya.


"Y-ya". Mare juga memberikan lambaian singkat. Dia menyapanya dengan "kakak..." tetapi sangat kecil kemungkinannya mereka mendengar gumamannya yang malu-malu.

Namun, tidak masalah jika suaranya terlalu pelan. Yang mereka inginkan hanyalah membiarkan semua orang tahu bahwa pria dan anak laki-laki itu-kerabat Aura-telah tiba.

Yah, mereka tidak perlu melambaikan tangan mereka untuk menunjukkan betapa dekatnya hubungan mereka, tapi itu juga tidak akan menimbulkan masalah. 

Mungkin mereka telah berhasil dalam aksinya, karena Dark Elf hanya terus memperhatikan mereka dalam diam bahkan saat mereka mendekati Aura.


"Mmm, dengan itu, izinkan saya untuk mengawal-saya akan mengajak Anda berkeliling"


Ainz menyeringai saat melihat Aura begitu gelisah dan tegang. Wajahnya berkedut-kedut saat ia mencoba untuk tersenyum. Melihat sisi Aura yang berbeda dari biasanya, pikiran-pikiran hangat seperti "Dia sangat manis" dan "Aku ingin menepuk-nepuk kepalanya" melintas di benak Ainz-kemudian ia segera menenangkan diri.


"-Tidak. Ti-..."


Jawaban itu tanpa sengaja keluar sedikit dingin, jadi dia berdehem dan membuat suaranya terdengar ceria lagi seperti sebelumnya.


"...Aku harus berterima kasih pada orang-orang ini karena telah menjagamu? Apakah kau menginap di sebuah rumah di desa ini?"


Aura memberikan anggukan yang berlebihan.


"Kalau begitu kenapa kau tidak pergi kesana bersama Mare? Aku akan menyusul nanti"

"Ya, tidak-tidak, Oke?"


Perannya saat ini adalah sebagai paman Aura.

Kebetulan, mereka bertiga memutar otak tentang peran apa yang seharusnya ia ambil: apakah dia kakak atau adik Bukubukuchagama? Jika ia adalah adik Bukubukuchagama, maka apakah ia lebih tua dari Peroroncino atau lebih muda? Pada akhirnya, Ainz mengambil peran sebagai adik dari Bukubukuchagama dan Peroroncino.

Aura, yang seharusnya bertindak sesuai dengan pertimbangan itu, akhirnya mulai berandai-andai karena tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengannya. Mungkin karena ia tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan diri karena ia dikirim ke desa terlebih dahulu, atau mungkin ia belum pasrah dengan situasi mereka, tapi sepertinya ia belum bisa memainkan peran itu dengan sempurna. 


"Hahaha. Kalau begitu, bawa Mare bersamamu. Walaupun perjalanannya tidak begitu lama tapi biarkan Mare beristirahat."

"Y-ya! Mengerti!"


Mungkin Aura pada akhirnya menetapkan beberapa rencana dalam pikirannya, saat ia memberikan jawaban yang energik. Namun, dia merasa kalau dia baru saja menyerah pada karakter itu.

Tatapan Ainz mengikuti si kembar, yang sedang berjalan pergi, untuk sementara waktu dan kemudian mengalihkan pandangannya ke Dark Elf yang berkumpul.

Ada banyak orang di sini.

Para tetua belum ada di sini, tapi yang berkumpul sudah lebih dari setengah populasi desa. Ada juga beberapa anak di antara mereka. Dia tidak merasakan niat buruk dari mereka, mungkin karena seberapa banyak mereka mendapat manfaat dari bantuan Aura. Meskipun begitu, masih ada beberapa tatapan kuat yang menilainya, mencoba memahami orang seperti apa paman Aura itu.

Itu adalah penggemar fanatik Aura dan para pengikutnya.

Ainz merasa ada yang janggal dari mereka.

Meskipun ia datang setelahnya bersama kakaknya, ia adalah orang dewasa yang telah mengirim seorang anak, Aura, keluar sendirian ke hutan. Sangat masuk akal bagi orang-orang dengan akal sehat untuk memiliki ekspresi itu saat melihatnya.

Oleh karena itu, Ainz tidak akan merasa ada yang aneh jika Dark Elf normal-seseorang yang bukan fanatik Aura-membuat ekspresi itu.

Tapi orang-orang ini berbeda.

Mereka adalah orang-orang yang mengatakan hal-hal seperti usia tidak masalah jika seseorang memang berbakat. Mereka semua seharusnya merasa logis bahwa dia akan mengirim seorang ranger yang sangat terampil ke depan sendirian. 

Dalam hal ini-


{-pandangan itu memiliki arti lain di baliknya,} Ainz berpikir, dan setelah merenung sejenak, ia tiba pada jawaban yang cocok. {...Aah, mungkin mereka bertanya-tanya apakah dia hanya dimanfaatkan oleh paman yang tidak kompeten. Itu mungkin alasan untuk tatapan sinis mata mereka...uuummm, cukup menjengkelkan bahwa mereka tidak benar-benar salah. Ups...aku harus segera memulainya}.


Dia telah mendapatkan penonton yang cukup banyak. Tidak ada gunanya menghabiskan lebih banyak waktu menunggu dan dia tidak ingin membiarkan rasa ingin tahu mereka yang menumpuk mendingin jika memungkinkan.


{Sudah lama sekali...}


Ainz merasa sedikit tegang. Dengan iseng bertanya-tanya apakah ini yang dirasakan oleh seorang dosen di kelas atau konduktor di atas panggung, dia mulai berbicara kepada para Dark Elf yang berkumpul di pepohonan dengan suara ceria, seperti yang dia gunakan dalam aksi orkestra yang dia lakukan sebelumnya.


"Sekarang sudah beres-"


Ainz membuka kain yang menutupi bagian bawah wajahnya dan menunjukkan apa yang ada di baliknya.

Dia menunjukkan senyuman dan segera menutupi wajahnya seperti sebelumnya.


"-Saya minta maaf. Tradisi suku saya menyatakan bahwa pria harus menutupi wajah mereka seperti ini. Bahkan jika menutupi wajah seseorang dianggap tidak sopan di sini, tolong maafkan saya karena tidak melepasnya."


Tidak ada suara-suara ketidakpuasan yang muncul dari para penonton. Sepertinya mereka telah menerima penjelasan Ainz.

Tentu saja, itu adalah kebohongan besar.

Ainz mengenakan topeng karet di wajahnya dan telah menambah ilusi di atasnya dengan gaya Momon, tapi itu hanya ilusi tingkat rendah sehingga ranger dengan indera yang tajam mungkin bisa melihatnya jika mereka melihat cukup dekat. Alasan ini adalah untuk menutupi kesalahan dalam penyamarannya.

Dia berharap bahwa akan sulit untuk melihat melalui ilusi hanya dari area sekitar matanya saja.


"Baiklah kalau begitu-senang bertemu denganmu. Sepertinya kau sudah mengurus Aura-ku... Dia mungkin sudah memberitahumu tentang aku, tapi namaku adalah Ain Bell Fior"


Dia menyatakan namanya, yang dipikirkan oleh mereka bertiga setelah menguras otak mereka. Kenyataannya, si kembar yang melakukan sebagian besar pemikiran dan dia hanya menerima nama dari mereka.


"Saya membawa sedikit hadiah. Apakah ada yang bisa meminjamkan meja untuk saya?"


Tiba-tiba, ia melihat pohon di dekatnya menggeliat sedikit sebelum cabang-cabangnya tumbuh dengan cepat, cukup lebar untuk menyebarkan barang-barang di atasnya. Seseorang di kerumunan mungkin menggunakan sihir. 


"Terima kasih," Ainz mengucapkan terima kasih dan mengangkat koper dari tanah ke atas meja.

"Saya tidak tahu apakah mereka akan sesuai dengan keinginan Anda tapi saya akan senang jika Anda mau menerimanya."


Ainz banyak berpikir tentang apa yang harus dia bawa sebagai hadiah.

Melihat para elf di Nazarick menyantap makanannya dengan lahap, dia berpikir untuk membawa bumbu seperti garam. Bahkan Ainz tahu bahwa garam adalah sesuatu yang tidak bisa dijadikan hadiah jika tidak ada hidangan.

Jadi, dia awalnya berencana untuk membawa gumpalan garam batu bersamanya tetapi menyadari bahwa meskipun garam sangat penting bagi manusia, itu mungkin tidak berlaku untuk Dark Elf.

Bahkan jika itu penting, bisa jadi Dark Elf tidak terlalu membutuhkannya seperti manusia. Dalam hal ini, nilainya akan berkurang di mata mereka.

Juga, seperti yang Ainz ketahui, mereka tampaknya tidak menggunakan sesuatu yang mirip dengan garam dalam sesi memasak mereka - setidaknya tidak selama yang dia intip. Dia juga tidak melihat ada Elf yang mengasinkan daging mereka. Bahwa mereka memiliki sihir untuk mencegah daging mereka membusuk mungkin adalah alasan utama mengapa mereka tidak melakukannya.

Mungkin mereka benar-benar menggunakan garam, tapi hanya pada kesempatan langka karena mereka menganggapnya berharga? Tampaknya bukan itu masalahnya.

Yah, bukan berarti dia bisa berkeliling memeriksa semua dapur untuk mencari garam hanya karena dia bisa menggunakan [Perfect Unknowable].

Mempertimbangkan ketiadaan garam ini dan bagaimana mereka tidak menyia-nyiakan darah mangsanya, mungkin mereka memenuhi kebutuhan mereka akan garam dari darah seperti yang dilakukan karnivora.

Kebetulan, karena E-Rantel tidak memiliki sesuatu seperti tambang garam batu atau danau garam, garam mereka diproduksi oleh caster sihir yang mahir dalam sihir rumah tangga. Mereka juga mengimpor beberapa dari Kekaisaran dan Kerajaan. Itulah mengapa dia diberitahu bahwa harga garam sedikit meningkat untuk sementara waktu di bawah pemerintahannya, tapi itu sepertinya tidak lagi menjadi masalah.

Ainz samar-samar teringat membaca sesuatu seperti itu dari dokumen-dokumen yang ia kerjakan. Albedo mungkin telah mengatasinya.

Bagaimanapun, Ainz memutuskan untuk tidak membawa garam.

Sebagai gantinya-


"Ini adalah pisau logam yang dibuat oleh para dwarf, kau lihat? Bagus sekali, bukan? Kudengar kau membuat beberapa pisau yang sangat kuat di sini dari pohon-pohon dengan menggunakan sihir tapi mereka mungkin tidak lebih kuat dari logam, kan? Ini dibuat oleh para kurcaci yang sangat terkenal dalam hal pandai besi. Mereka adalah barang kelas satu"


Hal pertama yang ia keluarkan dari tas adalah sebuah kotak kayu tipis dan ramping yang di dalaamnya ada pisau. Kemudian dia meletakkan mata panah dan pisau pemotong, menatanya dengan rapi di atas meja.

Ini adalah pameran dagang, untuk membawa devisa ke Negara Dwarf yang berada di bawah lingkup ekonomi Sorcerer Kingdom.

Tentu saja, desa yang mandiri ini tidak memiliki koin untuk membayar. Sebuah metode untuk membawa mata uang asing ke desa ini harus dipersiapkan dalam kasus ini, tapi Ainz berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagi Sorcerer Kingdom untuk bertindak sebagai perantara mereka dan dengan demikian membawa mereka di bawah lingkup ekonominya juga.

Masalahnya adalah dia tidak mendiskusikan rencana ini dengan Albedo.


{Aku tidak berharap rencana yang dipikirkan oleh otakku yang tidak berguna akan berjalan lancar, tapi bukan berarti aku akan kehilangan sesuatu dari hal ini...tidak ada, kan?


Jadi, tidak ada masalah bahkan jika gagal, tapi dia akan dipuji jika berhasil. Ainz menyimpan harapan seperti itu secara pribadi, tapi dia tahu bahwa semakin besar harapannya, semakin besar kekecewaannya ketika dia gagal. Jadi dia mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya.


{Itu tidak akan menjadi masalah sama sekali bahkan jika mereka mengatakan "kami tidak membutuhkannya". Saya hanya membawanya karena niat baik sehingga semua ini hanya akan berakhir dengan "Maaf karena tidak sesuai dengan keinginan Anda." Tapi....suasana hati tampaknya baik.}


Mata para Dark Elf di sekitarnya berbinar-binar. Yang pertama berbicara adalah Master of the Hunt.


"Bolehkah aku melihatnya?"

"Silahkan, silahkan. Silakan lihat dan rasakan di tanganmu"


Berjalan mendakati Ainz, pertama-tama dia meraih mata panah. Sebuah pilihan yang wajar. Ia akan sedikit terkejut jika Master of the Hunt itu malah meraih goloknya terlebih dahulu.


"Barang yang sangat bagus. Kudengar para Dwarf adalah ras yang tinggal di pegunungan, jadi mereka benar-benar bisa membuat benda-benda bagus seperti itu... Ini adalah barang berharga, benar? Apa yang bisa menjadi barter yang bagus untuk ini..."


{...Ooh, seperti yang aku perkirakan.}


Pengusaha Suzuki Satoru terkekeh pada dirinya sendiri.

Dia berhasil memberikan presentasi yang sukses tentang hal-hal yang diinginkan pendengarnya.

Beberapa Elf masih menggunakan mata uang karena Ibukota Kerajaan Elf pernah berdagang dengan manusia sebelum putusnya hubungan mereka, tetapi sangat diragukan jika desa terpencil seperti itu berpartisipasi dalam perdagangan itu atau bahkan ada pedagang Elf yang mengunjungi tempat ini juga. Oleh karena itu, barter adalah norma di sini. Seperti yang dia duga, "barang langka dan sangat baik" seperti ini sangat disambut dengan baik.


"....Aku membawa ini bukan untuk barter, tetapi untuk memberikannya pada semua orang. Silakan bagikan sesuka Anda nanti."


Master of the Hunt, yang sedang memeriksa ketajaman mata panah dengan tangannya, membuat ekspresi pahit.


"Tidak, kami yang berhutang budi pada keponakanmu, Fiora-dono. Untuk menerima ini tanpa memberikan imbalan apapun..."

"Tidak, tidak. Ini adalah hadiah-hadiah kecil, tanda kasih sayang dan rasa terima kasih kami. Terimalah, tapi jika kau ingin barter...aku punya item sihir yang diproduksi menggunakan teknik spesial Dwarf yang disebut rune."


Ainz bisa merasakan kilauan di mata Master of the Hunt semakin meningkat.


"Rune? Apakah itu item sihir yang anda barusan maksud?"

"Ya, itu benar. Ini adalah item sihir yang dibuat menggunakan rune. Aku menggunakannya sendiri, tetapi tergantung pada barter yang akan aku pertimbangkan. Menurut mereka, itu hanya hal yang belum sempurna tetapi aku tidak bisa memberikan item sihir secara gratis. Ditambah lagi, awalnya agak mahal juga."


Menjual barang dengan harga murah mendatangkan pelanggan, tetapi jika terlalu jauh, mungkin akan menciptakan kelas pelanggan yang akan menolak untuk membeli apa pun jika harganya tidak cukup murah.

Para dwarf bisa menjualnya semurah apapun yang mereka inginkan, tapi bukan itu masalahnya bagi Ainz. Bahkan, dia harus menjualnya dengan harga setinggi mungkin di sini. Masalahnya adalah desa ini tidak memiliki apa pun yang dia inginkan. Tidak-bisa jadi ada sesuatu yang Ainz belum ketahui.


{Sebenarnya, Runecraft™ belum membawa hasil yang baik, dan tidak banyak permintaan untuk itu juga. Tetapi, terlalu tergesa-gesa untuk mengambil kesimpulan, meskipun ini adalah departemen yang tidak menguntungkan. Aku harus mengambil pandangan jangka panjang, katakanlah, sekitar seratus tahun}.


"Jujur saja, saya tidak berpikir desa kecil seperti ini dengan banyak druid akan membutuhkannya."


Dengan penafian seperti itu, Ainz mengeluarkan tongkat logam dari sakunya. Dia sudah siap untuk mempresentasikannya seperti ini sehingga tidak ada keraguan dalam tindakannya.


"Benda ini menyalakan api kecil di ujungnya. Ini banyak digunakan sebagai pemantik api daripada sumber cahaya karena nyala apinya akan hilang saat meninggalkan tanganmu."


Karena dia tidak mendengar respon negatif seperti "apa, itu saja?" Ainz merasa sedikit lega.


"Saya juga punya beberapa yang lain, tapi itu untuk nanti. Aku berharap aku bisa segera bergabung dengan anak-anak di penginapan sementara untuk menghilangkan beberapa kelelahan perjalanan."


Dark Elf yang berkumpul membuat ekspresi empati.

Meskipun mereka tidak melakukan perjalanan jauh dari desa mereka, mereka tahu betapa berbahayanya tempat yang mereka tinggali. Mereka mengerti kebutuhan untuk beristirahat setelah melakukan perjalanan melalui itu.


"-Maaf untuk menanyakan ini saat anda kelelahan, tapi bisakah anda menjawab dua pertanyaan?"

"Ya, silahkan"


Itu adalah penggemar fanatik Aura yang bernama Plum.

Ainz berubah serius. Jika dia menjawab salah, ada kemungkinan pria itu akan berubah menjadi musuh mereka. Di sisi lain, jika dia memberikan jawaban yang mereka inginkan, dia akan menjadi sekutu yang kuat.


"Yang pertama adalah...apakah anda memiliki darah Elf yang mengalir dalam dirimu?" 

"Oi, kau bersikap tidak sopan-"


Master of the Hunt mencoba menghentikannya tapi Ainz melambaikan tangannya sedikit, mengungkapkan bahwa dia tidak keberatan.


"Tidak apa-apa. Tidak ada yang mengatakan itu padaku sebelumnya...tapi apakah saya terlihat seperti itu?"

"Ah, tidak, kalau begitu jangan pedulikan itu. Itu hanya terasa seperti itu."

"Benarkah begitu?"


Tajam.

Sangat tajam.

Ainz saat ini menggunakan wajah beberapa elf yang dia lihat di Ibukota Kerajaan, dengan hanya warna kulit yang diubah agar sesuai dengan Dark Elf. Ainz mengira itu sempurna dan bahkan Mare tidak menemukan masalah dengan itu, tapi untuk Dark Elf asli wajahnya mungkin terlihat luar biasa, cukup untuk merasakannya hanya dari area di sekitar matanya.


"....Aku belum pernah mendengar hal seperti itu dari orang tuaku, tapi jika anda merasa seperti itu, mungkin beberapa nenek moyang saya menikahi Elf di masa lalu...dan pertanyaan lainnya adalah?"

"Fiora-sama sangat berbakat sebagai ranger, tapi apakah kamu juga sama?"


Jadi dia akan melampirkan "-sama" pada nama keponakannya bahkan ketika dia berbicara dengan pamannya. Merasakan kekaguman yang aneh pada keteguhannya, Ainz bertanya-tanya apakah dia harus bertanya mengapa dia melampirkan "-sama" pada nama keponakannya, atau lebih baik tidak menyinggung topik itu?

Ia tidak bisa memutuskan pilihan mana yang benar, tetapi ia harus menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.


"Tidak, aku tidak memiliki bakat sebagai ranger seperti anak itu, tetapi aku yakin dengan kemampuanku sebagai wizard kelas satu."

"....wuizad?"

"Ya, Wizard."


Mata Plum melesat ke sekeliling.


{Ah, dia terlihat seperti seseorang yang tidak tahu apa itu wizards...apa itu mungkin? Tidak, seorang penyihir adalah seseorang yang memperoleh dan menggunakan sihir melalui pembelajaran. Di tempat seperti ini tanpa sistem pendidikan, tidak mungkin seseorang seperti itu bisa muncul...kan? Kalau begitu, mungkin masuk akal kalau mereka tidak tahu?}


Dia tidak benar-benar tahu alasan pasti di balik kurangnya pengetahuan ini, tetapi jika itu seperti yang dia harapkan, maka dia hanya harus membuat pihak lain mengerti.


"Maksudku, seorang caster sihir tipe arcane."

"Arcane...aku mengerti. Aku mengerti. Itu mengagumkan. Seperti yang sudah diharapkan daari paman Fiora-sama."


Dia merasa seperti dia bisa mendengar pria itu berpikir, {baiklah, aku tidak memahaminya, tapi kedengarannya mengagumkan jadi mari kita tetap memujinya}. Tapi, itu tidak apa-apa. Dia terbiasa dipuji secara fanatik untuk segala sesuatu di Nazarick, begitu banyak sehingga cara yang jelas-jelas tumpul seperti itu untuk mendapatkan pujian agak menyegarkan.


"Aa-, Sepertinya penjelasanku tidak cukup baik. Wizard adalah...pekerjaan yang menggunakan sihir, seperti druid."

"Ooh! Aku mengerti! Kalau begitu kau bisa menciptakan makanan juga?"

"Eh? Ah, tidak, maaf. Ada juga Wizard yang seperti itu...aku pernah dengar, tapi sayangnya, aku tidak bisa melakukan itu. Untuk lebih spesifiknya, aku lebih mahir dalam sihir yang digunakan untuk melenyapkan musuh."


Dia ingat pernah mendengar bahwa sihir domestik bisa menciptakan bumbu dan rempah-rempah, tetapi bertanya-tanya apakah itu juga bisa menghasilkan bahan makanan berkualitas tinggi.

Bahkan jika mereka menganggapnya tidak kompeten karena dia tidak bisa melakukan itu, dia tidak akan mempermasalahkannya. Dia tahu dirinya biasa-biasa saja, jadi jika pihak lain menganggapnya tidak kompeten, maka itu hanya akan menjadi cerminan dari pikirannya sendiri.

Sebaliknya, ia bahkan akan merasa senang jika bagaimana mereka melihatnya seperti itu.

Tapi-ia tidak bisa membiarkan dirinya dianggap tidak kompeten saat ia bertindak sebagai paman Aura. Ainz saat ini sedang menggantikan Bukubukuchagama.


"Musuh...begitu...lalu kau bisa berburu, kan? Aku mengerti. Memang paman Fiora-sama sangat bisa diharapkan."


Orang ini seharusnya menjadi seorang pemburu sejati, jadi apa yang dia bicarakan, Ainz bertanya-tanya.

Melumpuhkan ancaman dari luar mungkin adalah bagian dari tugas seorang pemburu di desa ini, tapi itu bukan satu-satunya. Kembali dengan membawa makanan dari hutan yang berbahaya akan menjadi pekerjaan utama mereka. Jika mengalahkan musuh sudah cukup bagi seseorang untuk disebut sebagai pemburu, maka desa ini seharusnya dipenuhi dengan prajurit yang tampak kekar dan bersenjata lengkap.

Tapi Ainz, yang bukan seorang pemburu atau salah satu penduduk desa, tidak bisa menunjukkan hal itu padanya. Akan sangat merepotkan jika ia akhirnya menyakiti perasaan pihak lain.

Aura dan Mare akan tinggal di sini untuk sementara waktu sehingga ia tidak bisa seenaknya membuat perselisihan dengan penduduk desa. Tidak ada jumlah permintaan maaf kepada si kembar akan cukup jika kedatangannya membuat mereka terlihat buruk di mata penduduk desa. Ia akan merasa lebih bersalah karena, bahkan jika itu terjadi, Aura pasti akan mengatakan "jangan khawatir tentang hal itu" dengan tulus.

Bagaimanapun, lebih baik menjelaskannya dengan jelas dan mendapatkan pengakuan verbal darinya. Ia tidak ingin dituduh berbohong atau hal lainnya nanti. Lagipula, si kembar akan selalu menyadari tindakannya di sini. Lingkaran orang-orang Nazarick yang paling cerdas mungkin akan menyimpulkan dengan "sasuga!" bahkan jika Ainz membuat beberapa kesalahan bodoh, tapi dia takut anak-anak akan bertanya kepadanya "mengapa anda melakukan itu? Tolong beritahu kami" dengan polosnya. Dia tidak ingin menggunakan kartu "pikirkan saja sendiri" kepada anak-anak.

Sementara Ainz memiliki pemikiran seperti itu secara berurutan, Plum mengangguk seperti dia memahaminya lebih atau kurang, dan akhirnya menjawab.


"Sungguh, itu bagus. Bagus sekali!"


Apakah itu benar-benar sangat bagus? Ainz bertanya-tanya, tapi dia baik-baik saja dengan itu jika itu adalah bagaimana hal itu dipandang oleh pihak lain. Situasi ini juga tidak buruk. Ainz memutuskan untuk mengikuti arus.


"Aku tidak terlalu percaya diri tentang kemampuan berburuku karena aku belum pernah berburu, tapi aku senang bahwa seorang pemburu yang terampil dari desa ini berpikir demikian tentangku." Dengan ini, mereka akan menjadi orang yang bertanggung jawab untuk memanggilnya seorang pemburu dan mengharapkan keterampilan berburu yang baik darinya. "Anak itu mungkin membantumu dalam berburu...kurasa, tapi biarkan aku mengambil alih tugas itu darinya. Bisakah kalian membiarkan mereka berdua bermain di desa sementara kita berburu?"


Plum membuat ekspresi seperti dia baru saja mendengar sesuatu yang tidak masuk akal. Ainz tidak berpikir dia telah mengatakan sesuatu yang sangat aneh dan mencoba mengingat kembali kata-katanya, tapi dia tidak bisa menemukan sesuatu yang salah dengan mereka.


"Aku datang ke sini berharap untuk membiarkan anak-anak kota itu mengalami kehidupan di desa Dark Elf, jadi aku ingin mereka mengalami sesuatu yang tidak bisa mereka alami di kota ... benar, seperti permainan yang dimainkan anak-anak di desa ini, jika memungkinkan."

"Aku mengerti. Jadi kehidupan di kota jauh berbeda dengan di desa, ya."


Master of the Hunt mengangguk mengerti. Ainz tidak yakin seperti apa kehidupan kota dalam pikiran Master of the Hunt, tapi dia tidak bertanggung jawab atas kesalahpahaman pihak lain. Dia mungkin telah berbohong sedikit, tapi dia juga tidak sepenuhnya salah. Dia bisa membuat sejumlah alasan bahkan jika dia diminta tentang hal itu nanti.


"-Bolehkah saya mengajukan pertanyaan juga?"


Orang yang berbicara adalah seorang pria yang tampak seperti Forest Guardian, berdiri di jalan setapak. Itu benar untuk semua Elf di sini tapi dia memiliki wajah yang goodlooking, akan lebih tepat untuk menggambarkannya sebagai "keren".


"Silakan kemari."


Ainz tidak senang tentang ini dan tidak ingin ditanyai sama sekali jika memungkinkan, tapi dia tidak bisa mengatakan itu di depan wajahnya.

Peri itu ragu-ragu sedikit sebelum mengajukan pertanyaannya.


"Apakah Fiora-dono punya tunangan?"

"Fuaah?" Ainz hampir berseru sebelum menekan dirinya sendiri. Pertanyaan itu datang entah dari mana.


Setelah ia bingung mengapa pria ini menanyakan pertanyaan aneh seperti itu, Ainz mengamati orang-orang di sekitarnya. Seperti dia, mereka juga terkejut.


{...Sepertinya dia bertindak sendiri. Selain itu, kenapa dia bahkan tertarik dengan tunangan Aura...? Dia ingin tahu apakah ada seseorang di kota asal kita...Fuu. Tidak ada yang perlu dipikirkan. Hanya ada satu alasan untuk ketertarikannya.}


Ainz merasa yakin bahwa ia memahami maksud di balik pertanyaan itu. Bahkan, tidak ada alasan lain di baliknya.


{Dia ingin memiliki garis keturunan Aura di desa ini. Aku yakin aku melihat beberapa anak laki-laki di antara anak-anak itu}.


Ainz melirik anak-anak itu sejenak. Ada banyak anak laki-laki seperti dugaannya.


{Apakah dia memiliki anak laki-laki di antara mereka? ...Sangat sulit untuk mengetahui usia Dark Elf dari penampilan mereka,kan? Tapi, pikiran tentang pernikahan mereka tidak pernah terlintas dalam pikiranku sampai sekarang. Yah, bukankah tidak apa-apa jika ada seseorang yang Aura sukai? Aku harus memastikan orang itu layak terlebih dahulu, sebagai pengganti Bukubukuchagama! ...Ups, aku jadi bingung lagi. Aku harus memutuskan apakah aku akan berbohong di sini atau mengatakan yang sebenarnya}.


Tetapi ia bahkan tidak perlu memikirkannya. Mengatakan yang sebenarnya tidak akan menyakiti mereka sama sekali. Sebaliknya, mereka harus mengikuti dengan kebohongan demi kebohongan jika dia berbohong di sini.


"...Tidak, tidak ada orang seperti itu sekarang."

"Begitukah."


Pria itu tampak sedikit lega.


{Apakah dia tipe orang yang terlalu banyak ikut campur dalam pilihan pasangan anak-anak mereka? Ini buruk. Aku datang kesini untuk mencari teman untuk si kembar. Akan sangat mengganggu jika orang ini mendorong anaknya ke depan Aura dan membuat anak-anak lain sulit mendekati si kembar. Aku harus mencari tahu lebih banyak tentang hal ini...}


"....Ngomong-ngomong...bolehkah aku menanyakan namamu?"


Pria itu segera mengedepankan penampilan yang tajam.


"Aku bernama Blueberry Egnia."

Ainz tahu tentang makanan yang disebut blueberry. Seperti pria Plum tadi, mungkin itu adalah tradisi Dark Elf untuk mengawali nama mereka dengan nama makanan. Dalam hal ini, ia seharusnya memberikan Aura nama palsu juga daripada mengkhawatirkan bagaimana perasaannya dipanggil dengan nama palsu oleh calon teman-temannya. Apa yang mengganggunya adalah ia tidak tahu apakah nama asli mereka untuk buah-buahan itu diterjemahkan ke dalam sesuatu yang ia tahu, atau jika mereka hanya menggunakan nama yang sama tanpa mengetahui artinya-bahwa ini adalah jejak yang ditinggalkan oleh Pemain.


"....Aku mengerti. Aku akan mengingatnya. Blueberry Egnia-san kan?"

"Ya, itu benar. Terima kasih sudah mencoba untuk mengingatku."


Ainz tidak mengerti mengapa ia berterima kasih. 

Sebelum Ainz bisa bertanya padanya, keributan kecil dimulai di antara Dark Elf.

Ainz segera mengerti alasan perubahan itu. Melihat ke arah tempat perhatian Dark Elf berkumpul, dia menemukan para tetua seperti yang diharapkan.

Dia bisa mendengar beberapa suara di sekelilingnya bertanya, "mengapa mereka begitu terlambat?"

Ainz menghela nafas dalam hati. Ini akan merepotkan, seperti saat Aura berkunjung.


{Apakah ada perusahaan yang karyawannya akan saling menjelekkan satu sama lain di depan orang luar? Orang-orang terkadang menggerutu, tapi mereka tidak akan pernah melontarkan hinaan...kurasa? Umu. Apakah tidak apa-apa membiarkan Aura tinggal di desa ini? ...atau haruskah aku berharap anak-anak tidak akan terseret ke dalam hal ini? Tapi bagaimana anak-anak itu akan bersikap setelah mendengar orang tua mereka menjelek-jelekkan orang lain? Entahlah...bagaimanapun juga, aku harus memastikan tindakanku tidak berdampak buruk pada Aura dan Mare}.


Dia bisa menebak apa yang akan terjadi sekarang, tapi dia tidak ingin memasukkan kepalanya ke dalam masalah yang tidak perlu. Dia hanya ingin menjaga netralitas mereka, jadi dia harus merespon dengan terampil dalam situasi ini. Itu berarti-


{Aku hanya harus menirukan simulasiku sampai T!}

{Ya, datanglah padaku} Ainz memposisikan diri secara internal. Salah satu tetua mulai berbicara, mengabaikan tatapan di sekelilingnya.


"Salah satu dari keturunan yang sama dengan sapling Fiora. Kau melakukan perjalanan yang baik ke sini dari tempat yang jauh."


{Sapling? Seperti yang aku pikirkan}.


Ainz menyeringai dalam hati.

Itu adalah cara Dark Elf berbicara. Di dunia ini, kata-kata dari berbagai ras diterjemahkan ke dalam sesuatu yang bisa dimengerti Ainz. Fakta bahwa kata "sapling" ini diterjemahkan seperti itu berarti tidak ada makna tersembunyi di baliknya. Jika itu berarti anak laki-laki atau perempuan, itu akan diterjemahkan ke dalam kata-kata yang Ainz tahu. Jadi, mengawali "sapling" pada nama anak-anak itu tidak lebih dari sebuah kultur.

Mereka mungkin memulainya dengan frasa ala Dark Elf untuk memperkirakan seberapa berpengetahuannya dia, sebagai seorang Dark Elf dewasa yang tinggal di kota.

Dari investigasi Aura-dan Ainz yang menguping-mereka tahu bahwa ada dua faksi di desa ini; satu faksi mementingkan tradisi seperti para tetua dan sementara faksi lainnya diisi oleh anak-anak muda yang ingin bebas dari belenggu itu. Para tetua mungkin ingin melihat faksi mana yang lebih bisa diterima oleh Ainz dan sejenisnya-Dark Elf yang tinggal di kota.


{...Aku ingin menjaga jarak dari kedua faksi. Kita mungkin akan ditarik ke dalam sebuah faksi jika aku mengatakan sesuatu yang ceroboh di sini. Jika kita memutuskan untuk bergabung dengan salah satu, aku pikir faksi yang disukai oleh orang tua dari anak-anak yang akan bermain bersama Aura dan Mare-mungkin faksi anak muda-akan menjadi pilihan yang lebih baik. Tapi, aku tidak yakin apakah itu faksi yang tepat... tidak ada informasi yang cukup. Menghindari mereka dengan mengatakan sesuatu yang tepat dan bersikeras bahwa itulah cara kita biasanya menyapa mungkin adalah tindakan terbaik di sini}.

Ainz sudah menduga hal seperti ini, jadi dia sudah siap sebelumnya.


"-Sebagai seorang penjelajah yang menapaki bumi yang sama, saya mengucapkan terima kasih kepada Anda, penghuni hutan ini, atas keramahan Anda terhadap kami, para penjelajah dari hutan yang jauh."


Ainz mengatakan sesuatu yang terdengar otentik tanpa berpikir terlalu banyak tentang hal itu. Para tetua berkedip sekali dan kemudian mendesah dengan "ooh".

Itu tentu saja bukan pertanda kesan yang buruk. Bahkan, dia bisa merasakan bahwa kata-katanya mendapat sambutan yang baik.


"Baik Sawtooth dan Ring-Cupped Oaks sama-sama kokoh, dan keduanya megah dalam kebangkitan mereka menuju langit. Saya puas. Jika pohon-pohon itu terus tumbuh subur, mereka pasti akan melahirkan hutan suatu hari nanti."


Ainz berbicara tanpa hambatan dan akhirnya mengangguk puas.

Terus terang, bahkan dia tidak bisa memahami apa yang dia katakan. Ini bukan seperti dia sedang memikirkan tentang apa pun sejak awal. Dia tidak bisa mengharapkan para pendengar untuk mengerti jika bahkan dia, si pembicara sendiri, tidak mengerti. Tapi tak disangka-sangka, para tetua mengangguk-angguk seperti dia.

Mereka bersikap seolah-olah mereka memahami kata-katanya.

Suzuki Satoru, seorang karyawan biasa, merasa reaksi mereka sangat familiar. Dia telah melihat banyak situasi seperti ini. Tidak, dia harus mengatakan bahwa dia memahaminya karena dia sendiri melakukan itu sepanjang waktu.


{Ah, bagaimana aku harus mengatakannya? Beginilah reaksi atasan ketika bawahannya menggunakan jargon atau singkatan yang tidak mereka ketahui...}


Keheningan menyelimuti area untuk sementara waktu setelah Ainz mengakhiri sapaannya.


"...Itu bagus. Kalau begitu, mari kita pergi juga. Pada akhirnya salam yang panjang kepada seseorang yng telah melakukan perjalanan panjang akan membuat seseorang tumbuh ivy"

"Ivy, bukan?"


Ainz tanpa sengaja mengulangi kata itu kembali. Mungkin begitulah cara Dark Elf mengatakan bahwa tidak baik untuk memperpanjang percakapan terlalu lama, tapi kemudian itu seharusnya diterjemahkan seperti itu di telinganya. Itu terdengar terlalu harfiah baginya.

Mereka mungkin mendengar pertanyaan Ainz yang tidak disengaja, tapi meskipun begitu, para tetua berbalik dan mulai berjalan kembali, mengabaikannya.


"...apa?"


Itu tidak berjalan sesuai dengan simulasinya.

Ainz melihat hadiah yang ia bawa.

Dia awalnya berharap bahwa mereka akan meminta pembagian hadiah untuk diserahkan kepada mereka.


{Eh? ...Hanya salam? Apa maksudnya ini? Apakah aku membuat kesalahan?}


Ainz merasa tidak nyaman, seperti ini adalah wawancara yang biasanya berakhir terlalu cepat. Ini persis bagaimana seseorang akan bereaksi jika pewawancara bertanya "apakah ada pertanyaan?" setelah hanya beberapa kata.

Jika mereka menunjukkan tanda-tanda ketidaksukaan yang jelas pada kata-kata Ainz sebelumnya, dia akan menganggapnya sebagai pengalaman berharga bahkan jika mereka akhirnya harus pindah ke desa lain.

Namun, dia sama sekali tidak mendapatkan reaksi apapun dari mereka di akhir percakapan mereka, jadi dia bahkan tidak yakin apakah dia telah meninggalkan kesan yang baik atau buruk.

Saat mengamati orang-orang di sekelilingnya, dia tidak bisa merasakan ketidaksukaan atau permusuhan yang ditujukan padanya. Sebaliknya, sepertinya mereka juga bingung dengan perkembangan ini.


{Aku tidak mengerti sama sekali...tapi, tidak ada gunanya berpikir lebih jauh. Tergantung situasinya, mungkin aku harus menggunakan [Perfect Unknowable] untuk mengintai mereka dan apa yang sebenarnya mereka pikirkan}.


Ainz menatap para tetua yang mundur dan kemudian bertanya pada penduduk desa terdekat seolah-olah dia tiba-tiba teringat sesuatu tentang masalah terkait.


"...Setidaknya, aku disambut. Aku punya sesuatu untuk dibicarakan dengan para tetua, apakah mereka sibuk?"

"Eh? Aa, saya..pikir?"


Penduduk desa itu menjawab dengan jawaban samar-samar dengan bingung. Dia mungkin memeras otaknya untuk mendapatkan jawaban dari percakapan sebelumnya.


"Ada sebuah pohon yang digunakan oleh para tetua untuk pertemuan, aku akan menunjukkannya padamu nanti."


Master of the Hunt, yang paling dekat dengannya, mengulurkan garis hidup. Ainz bisa mengerti mengapa Aura memanggilnya paman.


"Baiklah, aku akan mencoba untuk berbicara dengan mereka ketika ada waktu. Sekarang sudah beres, izinkan aku pergi dan bergabung dengan mereka berdua di rumah. Aku harap seseorang bisa menuntunku ke penginapan kita."

"Aku akan dengan senang hati melakukannya!!!"


Jantung Ainz yang tidak ada melompat keluar pada suara keras yang tiba-tiba terdengar dari sisinya.

Itu adalah Blueberry.

Dia mungkin telah turun ke tanah dari jalan setapak secara diam-diam saat Ainz sedang berbicara dengan Master of the Hunt.


"...Teriakan tiba-tiba seperti tidak baik untuk jantung, jadi bisakah kau berhenti?"

"M-maaf...Aku akan berhati-hati agar hal seperti ini tidak terjadi di masa depan."


Ainz tidak bisa menegur Blueberry lebih banyak lagi setelah melihatnya sangat meminta maaf.

Dia ingin menunjukkan bahwa dia adalah orang yang toleran. Dia juga tidak ingin membuat pria itu semakin gelisah untuk melakukan hal-hal yang tidak terduga.


"Aku senang kau mengerti...Sekarang, aku mungkin akan merepotkan Blueberry-san, tapi bisakah kamu menuntunku kesana?"

"Tidak ada masalah sama sekali. Jika ada sesuatu di desa ini yang menyusahkanmu, silahkan hubungi saya. Saya akan mencoba membantu sebisa mungkin."

"Itu terdengar menyenangkan," Ainz menjawab dan mulai berjalan mengikuti Blueberry. Namun, bukan berarti pekerjaannya sudah selesai. Tugas terpentingnya masih tersisa.


Ainz berhenti di jalan, matanya mendarat pada sekelompok anak-anak dan-meskipun tersembunyi oleh kain-ia tersenyum pada mereka.

Ada 4 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, total ada 6 anak.

Dua anak, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, tampak lebih muda dari si kembar. Satu anak laki-laki seumuran dan tiga sisanya tampak lebih tua.


"Hai, kalian" Ainz menyapa sambil berjalan ke arah mereka.


Tidak ada orang dewasa di sekitarnya yang menghentikannya karena was-was. Ainz mungkin telah meninggalkan kesan yang baik pada mereka dengan perilakunya sejak kedatangannya.


"Aku harap kalian bisa menjaga Aura dan Mare."

"Eh?" kata wajah anak-anak itu. Ia tidak bisa berhenti di sini. Ia membutuhkan sesuatu untuk mendorong mereka. Terus terang, untuk saat inilah Ainz bahkan memulai perjalanan ini.

"Tolong biarkan mereka berdua bermain bersama kalian semua. Bisa dikatakan, kamu mungkin tidak bisa menang melawan mereka jika kamu memainkan permainan yang melibatkan gerakan tubuhmu. Jadi aku akan sangat berterima kasih jika kalian bisa mengajak mereka untuk memainkan sesuatu yang berbeda, jenis permainan yang tidak bisa mereka mainkan di kota"


Ainz telah mensimulasikan percakapannya dengan para tetua dengan bantuan Mare. Sebaliknya, ia telah mensimulasikan percakapan ini dengan anak-anak dengan berunding dengan dirinya sendiri dalam pikirannya. Mungkin akan ada kesalahan dan beberapa hal yang telah ia lupakan.

Dia tidak bisa terlihat membuat kesalahan oleh orang dewasa karena itu bisa mempengaruhi mereka secara negatif di kemudian hari. Itulah sebabnya ia ingin berbicara dengan anak-anak sendirian sebisa mungkin, tetapi diragukan apakah mereka akan mengizinkannya, orang luar yang tidak dikenal, untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka yang berharga tanpa pengawasan orang dewasa. Dia harus menggunakan kesempatan ini sekarang.

Ainz mengeluarkan sebuah kantong kulit dari sakunya.

Kemudian ia mengeluarkan sebuah benjolan berwarna amber sebesar setengah ukuran ibu jarinya dari kantong itu.


"Sekarang, ulurkan tanganmu"


Orang yang diajak bicara oleh Ainz adalah seorang anak laki-laki yang berdiri di depan kelompok itu. Dia mungkin adalah pemimpin dari anak-anak desa ini.

Ainz menjatuhkan benjolan di telapak tangan anak itu, berhati-hati agar tangan mereka tidak bersentuhan secara langsung.

Meskipun terlihat seperti suap, namun tentu saja itu bukan suap.

Ainz dengan tulus ingin memberikannya secara normal daripada menjatuhkannya dari atas, tetapi tangannya adalah ilusi. Jika mereka bersentuhan, dia mungkin menemukan sesuatu yang salah dengan teksturnya.

Dia benar-benar harus menghindari itu.


{Bagaimana jika aku memotong tangan penjahat dan membuat sarung tangan dengan otot dan kulitnya? Mungkin Nazarick memiliki seseorang yang ahli dalam tugas itu...Aku ingin tahu apakah mereka akan membencinya jika itu adalah tangan manusia, tapi seseorang seperti Neuronist mungkin menyukainya...}


"Eh, I-ini adalah..."


Ainz berbicara dengan lembut pada anak laki-laki yang sedang melihat benda berbentuk aneh di telapak tangannya.


"Ini adalah permen. Ini lebih manis daripada buah. Ah, ini adalah makanan yang kamu jilat, bukan jenis yang kamu kunyah. Tapi...aku tidak tahu apakah itu lebih manis daripada buah yang benar-benar enak..."


Ainz menyatakan dengan sedikit ragu-ragu.

Karena tubuhnya, Ainz tidak bisa memastikan rasanya sendiri. Paling-paling, dia hanya bisa memeriksa bagaimana rasanya mengunyah, jadi dia tidak yakin tentang rasanya. Dia tentu saja pernah mengalami menjilati permen di dunianya sebelumnya. Tapi sekarang, meskipun permen YGGDRASIL yang belum pernah dia rasakan sebelumnya berubah secara ajaib menjadi nyata, dia tidak bisa lagi merasakannya.

Mempertimbangkan bahwa ada buah-buahan dengan kekuatan magis di dunia ini, sangat mungkin bahwa beberapa bisa lebih manis daripada permen ini. Mungkin juga para Dark Elf terbiasa makan buah seperti itu secara normal.

Dia telah mendengar bahwa buah-buahan di dunia ini tidak selalu mudah dimakan karena teknik pembiakan selektif tidak banyak berkembang. Itulah mengapa ada orang-orang di dalam Nazarick yang mencoba selective-breeding.

Misalnya, Sous Chef.

Anak laki-laki itu dengan gugup memasukkan permen ke dalam mulutnya.

Anak-anak di sekelilingnya-juga Ainz dan orang dewasa yang menonton mereka-menunggu reaksi anak laki-laki yang tidak beruntung (dan juga pemberani) itu.


"-Manis!!! Enak! Benda apa ini!!!"


Ainz tersenyum mendengar respon anak laki-laki itu, yang matanya terbuka lebar karena terkejut. Ekspresi Ainz tetap sama bahkan setelah melihat anak laki-laki itu, yang dari keterkejutannya, mengeluarkan permen itu dari mulutnya, meneteskan air liur.


{Aku lega karena dia menyukainya...Alergi adalah satu-satunya kekhawatiran lainnya, tapi, yah, itu sangat tidak mungkin...}


"Ayo, ayo. Biar kuberi kalian juga."


Ainz memanggil mereka dan memberikan permen kepada setiap anak.

Ada juga beberapa tatapan dari orang dewasa seolah-olah mereka menginginkannya, tapi dia mengabaikannya. Suap ini khusus untuk anak-anak. Tidak ada manfaatnya memberikan permen kepada orang dewasa juga. Ia membagikannya kepada anak-anak karena merekalah yang ia percayakan kepada Aura dan Mare.

Setelah semua orang menerima beberapa, Ainz mengulangi permintaannya. Tentu saja, ia memastikan bahwa ia tidak terdengar seperti sedang mengancam mereka.


"Kalau begitu, tolong jaga mereka berdua."


Dengan tugasnya selesai, Ainz mulai berjalan lagi. Setelah menyadari bahwa tidak ada yang menghentikannya-


[Wooo!]


-Ia bersorak dalam hati.

Presentasinya berjalan dengan baik, pikir Ainz, tapi kemudian ia segera meninggalkan pikiran itu dan menjadi serius.

Dia hanya akan tahu apakah dia berhasil atau gagal ketika anak-anak itu datang untuk mengajak si kembar bermain. Selain itu-


{Aku melakukan apa yang telah aku tetapkan. Tapi...kenapa Blueberry-san, yang berjalan di depanku, tidak mengatakan apapun? Orang tua setidaknya harus memberikan ucapan "terima kasih" jika anak-anak mereka diberi permen, bukan? Apakah itu berarti anaknya tidak termasuk dalam kelompok itu? Apakah ada anak-anak lain? Astaga. Sepertinya aku harus bekerja lebih lama lagi}.

--------


PREVIOUS | INDEX | NEXT

Baca doank, komen kaga !!!
Ampas sekali kalian ya~


Peringatan: Novel ini versi bajakan !!! Author ngambek, auto delete!! Belilah Novel aslinya jika sudah tersedia!!

18 comments:

  1. Adminnya mulai bangkit, semangat min, part 2nya, sehat selalu

    ReplyDelete
  2. Salah nulis chapter mind... Semangat

    ReplyDelete
  3. Seruu banget (≧▽≦)

    ReplyDelete
  4. Semangat terus min sampai mentok 😁

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, makasih min

    ReplyDelete
  6. ayo min semangat, ch 16 p 4 p 2 nya, semangat sehat terus

    ReplyDelete
  7. asekk chapter baru.. semangat TL nya B-san.. makasih :*

    ReplyDelete
  8. Jiwa salesman suzuki satoru akhirnya diterapkan di desa dark elf dengan presentasi ala sales dari kampung ke kampung jualan peralatan dapur 🤣

    ReplyDelete
  9. terimakasih sebesar2 ny buat mimin :)

    ReplyDelete
  10. Nice min, terimakasih permennya

    ReplyDelete
  11. Ainz be like : dek permen dek..

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon